:O

Nona Majikanku dan Dua Temannya yang Polos


Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun
dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu
mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah
yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab
yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya
bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga
cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan
mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang
mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang
dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat
mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia
dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman
belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang
dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.

Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida
sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang
melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang
bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah
sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun
dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran,
pikiran kotorku langsung bekerja. “Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul
dan mengagetkan mereka bertiga. “Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang
Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak
kesal dan cemberut. “Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri
mereka. Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba
menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…”
Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida
berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti
menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga….
Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada
Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia
berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…”
Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya..
mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.

Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida
menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi
laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata. “Hmmm maksudnya
ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga
gadis Chinese dihadapanku merona merah. Tanpa banyak berkata-kata aku segera
mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan
kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia
gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya
aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun,
tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam
dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi
rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain
penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar.
Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar,
makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan
panjang. “Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan
tampak gugup ketika kuhampiri. Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan
duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya
terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin
sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan
tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku

“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida.
Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun
kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan…
serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang
tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh
Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari
kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi
wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan
curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman..
he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha
mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik
mengocok-ngocok kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan
Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya
dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil
memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang
pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau
nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai
memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba
memainkan kemaluanku. “Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil
menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku
jadi kecewa namun…

“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut
bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia
berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi
yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku. “Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida
tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh
selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss
kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan. Kini Tarida
mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya
gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini
menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang,
terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata
“hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin
mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud
dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam
mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan
yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba
menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku. “Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan
nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot
air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku
yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan
mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa
terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat
menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan
mulus.

########################

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat
parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk
tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk
seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku. “Hahhhh… nanti gimana
kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang. “Ngak
akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak
sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku. Aku
membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku. “Ayooo
manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin
mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku
mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat. “Aduh… susahh Non,
kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku. “Diisep Nonn… pake
mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan. Feilin menghentikan
kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah
tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang
kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku, “buka
mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya
agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.

“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai
masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga
kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin. “Sedot Non… Ayoooo!” aku
membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin
mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian
belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus
pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak
mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap
perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya,
matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian
dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian
diemutnya lagi berkali-kali. “Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel
berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah
panjang sepertinya ia kecewa “Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti
lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik
pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba
mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff….
Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat,
kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku
tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya
sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah
Feilin.

Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil
kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat
dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian
dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka
duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus
dan mengocok-ngocok kemaluanku. “Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan
parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru. “Ehhhh…. ” Feilin tampak
terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos,
“Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih
tidak mengerti. “Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang
Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam
istirahat dilapangan parkirr. “Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan
dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..”
Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak
bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari
berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga
teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku. Feilin
hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak
membantah perkataanku.

“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek. “Lohhhh curang
bagaimana Non?” aku tidak mengerti. “Iyalah curang masak Feilin doing yang
diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara. “Jadi…. Non Tarida dan Non
Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar. “Tapi apa
beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu. “Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh
Nia dan mendudukkannya dipahaku. Nia berontak namun kutahan, kupeluk
pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia
merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam
sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat
menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya
dan juga dibibirnya yang lembut. “Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan
kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya
yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena
kuremas-remas buah dadanya. “Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang
hendak membuka kancing baju seragamnya “Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin
juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku
berusaha menenangkan Nia. Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban,
namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah
aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju
seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.

“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra
putihnya. Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan
mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati
lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar
dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai
berkeliaran didaerah seputar selangkangannya. “Uhhhh……” ia tersentak secara
reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam
celana dalamnya. “Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku
menggesek-gesek bibir vaginanya. Perlahan-halan kedua kakinya semakin
mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan
lembut. “Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku
memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih
asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan
terasa sangat hangat membasahi tanganku. “Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku
berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia
mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya
yang setengah terbuka. “Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya,
sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku. Aku bangkit
berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah
Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus
bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.

Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup rapi oleh
seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua
tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Feilin. “Kalau
ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin
pada kejadian tadi dilapangan parkir. Dari tatapan matanya sepertinya ia
sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku
langsung mengulum bibirnya yang tipis itu. “Hmmmm… Mmmmm” suara erangan
tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku. Tanganku
bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan
sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga
kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan
kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit
celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana
dalam itu sampai merosot turun. “Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong
bahuku sehingga ciuman kami lepas. Feilin hendak mempertahankan celana
dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya
sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya
kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras. Aku hanya tertawa
kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat
dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian
mulutku segera menciumi selangkangannya. “Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ”
Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak
kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu.
Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun
kaget.

[image: Foto0046.jpg]

“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup
kasar bibir vaginanya. Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka
berdua berusaha membantunya. “Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida
berusaha menarik bahuku. “Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia
kebingungan karena keganasanku. Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun
apalah artinya te

naga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang
terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena
aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona
majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir
vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos
celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada
didalamnya. “Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah,
kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku. Kedua tangan itu kini
meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah. Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan.
Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu
kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat
ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah
dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp

…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin. Ia merintih kecil ketika
lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah
kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan
rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara
bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun,
keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku
menjilati vaginanya kembali.

Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Feilin,
sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang
sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!”
SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa
merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu
aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida,
satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh. “Ehhh… Oww!!”
Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan,
kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan a

kan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali “Aduhh lepasss….
Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik
kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang
memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock
dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil
terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style,
tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya. “Aduhhh
mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana
dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan
mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak
melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida
tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar
melepaskannya. “unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku

menyusup masuk kebalik branya.

Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik
ditelinganya. Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini
kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku
bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela
pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style
kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku
bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari
belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil
bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya,
aku meremas-remas lembut buah dadanya. “Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar
memburu. Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku
mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus
naik keselangkangannya dari

belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan
menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya. Tarida
tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan
kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket
yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu
kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela
pantat Tarida.

“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang. Aku
tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat
Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat
Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan
kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya
tersungkur, “Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida
merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak
mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap
sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya,
kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah
Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi
mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis
Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti
menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan
menghampiri mereka. “Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku
yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka

“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum. “nanti kita
belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku memutuskan secara
sepihak. “Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes “Iya
tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes,
yang tidak

protes Cuma Feilin. “Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan
lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum
dan segar dihadapanku. “Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin
menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya. “Dasar
brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah
serapah keluar dari mulutnya. Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman
belakang “Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara
Tarida dan Nia yang mengasihani diriku. Hari itu merupakan sebua

h kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga
diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan
diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh
ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.



*Eps. 2: Feilin, Si Kucing Liar*

Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,

“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih
berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki
mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin
turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya
ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari
sela-sela seragam sekolah Tarida   . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit
deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang
masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang
Dhani berdiri tuhhh….  Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu
Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu
dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis
Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung
menjilati kepala kemaluanku, Feilin

dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala
bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik
kekanan Oleh  Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh
Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga  Gadis Chinese sesekali
bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik
keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga  Chinese , kudorong bahu
Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam
Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.

Aku memandangi wajah  Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam
putihnya,  Feilin  hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku.
“Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu
merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi
siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering
tersinggung dengan permintaan  Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali
menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati
aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk…
Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing,
Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua  Chinese Lainnya tampak
prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku
Sambil merangkak aku menghampiri kaki  Feilin aku menciumi dan menjilati
betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik ,  Feilin mengangkangkan kedua
kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku
mengendus-ngendus selangkangan  Feilin. “Good Boyyy…. “tangan  Feilin
menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan
kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang
kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan  Feilin yang semena-mena .
“Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya
ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku,  Tarida dan  Nia
memang baik hati berbeda sekali dengan  Feilin, Gadis Chinese yang satu ini
memang bandel, genit, nakal, dan galak.

“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa.
Tarida dan  Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia
bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang
seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik
ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika  Tarida menyuruhku agar
menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata
Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang  aja…..
kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida
mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan  Feilin sehingga
nafsu seksku turun.  Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada
buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan
tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena
guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada  Tarida, aku
membalikkan tubuh  Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku
meremas-remas kedua dada  Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku
melepaskan kancing baju seragam  Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian
seragam  Tarida , ak

u melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih  Tarida. Kedua
tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang
sangat halus dan lembut.. Aku melirik  Nia, hatiku merasa tersentuh karena
Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga
membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah  Nia dan
juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he
he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku.
Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada  Nia sedangkan yang
satunya asik meremas-remas buah dada  Tarida.  Tarida menarik wajahnya
sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku,
diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat,
kemudian  Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana
Non ? ” Aku bertanya pada  Tarida.  Tarida tidak menjawabku ia hanya
tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat
Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya
padaku.

* *

**************** *

*Lima** belas tahun yang lalu*

*“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis
cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan
kemudian..  ** *

*“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku
meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah**
*

* ** *

*“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba
didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku,
menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah b*

*anjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan
bensin…. Dan…*

*************** *

“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara  Tarida tiba-tiba menyadarkan
lamunanku. Aku mengecup bibir  Tarida,  Nia menggeliat melepaskan tubuhnya
dari pelukanku, kemudian  Nia bersujud dihadapan  Tarida dan… “Uchhhh
Niaaa….. enakk…”tubuh  Tarida menggelepar hebat ketika  Nia menjilati bibir
Vagina  Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul  Tarida kemudian aku
menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh  Tarida bergerak terdorong
perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan
yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan  Nia dan seranganku membuat
Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh  Tarida mengeliat indah
dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku
melepaskan  Tarida

. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat  Nia yang masih asik
menjilati vagina  Tarida, Aku mengangkat tubuh  Nia, kudorong tubuhnya agar
berpelukan dengan  Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud
dihadapan buah pantat  Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat
dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat  Nia,
Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah
pantat  Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat
menggeliat kedalam anus  Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….”  Nia menarik
pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa
?”  Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan
Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. “  Nia tidak melanjutkan
kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri  Nia,
lidahku terjulur menjilati Vagina  Nia, tubuh  Nia bergetar hebat,
rintihan-rintihan  Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih
mengasikkan

[image: Foto0047.jpg]

“Non.. kalau dicelup

gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada  Nia.  Nia memandangiku tidak mengerti.
“Maksud mang Dhani……….”  Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia
baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak
keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya
wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil
mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia
diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak
akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ket

ika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir
vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo
sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab
keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran
biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua
kaki  Nia. Nafas  Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai
menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh…
“pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala
kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali
berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali
lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss”
kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina  Nia.
“Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O,
tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram
pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!”
Tarida terkejut, sementara nafas  Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini
mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi
tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya
, matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh”  Nia agak terisak, aku
kebingungan,  Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya
terrengut olehku.

”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku
menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti  Nia
berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan
kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir
Vagina  Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana
kemari mengikuti gerakanku. Mata  Nia terpejam-pejam, bibirnya
mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan.
“Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat

dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan
kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….”
Tarida berbaring disisi  Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya
lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada  Tarida, aku
senang banget sama Dada  Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua
temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan
mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap
diantara belahan bibir vagina  Tarida,  Tarida menekan-nekan kepalaku sambil
sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.

Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir
Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai  Tarida mendesis-desis
dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi
bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya
kebelakang ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya
ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan  Tarida, dan sekali lagi
kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan
kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan
“Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat
masuk,  Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia
merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww
rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan
yang datang menerpanya.  Feilin menghampiriku namun aku tidak
mempedulikannya , aku malahan  asik memainkan buah dada  Nia yang kini
kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal  Feilin meninggalkan kami
bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut,
Nia dan  Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku
untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan  Nia
dan  Tarida pulang.

[image: Foto0062.jpg]

**************************

*Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”*

*“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.*

*“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak
Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku.
“Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”*

*************************

Setelah mengantarkan  Tarida dan  Nia, aku dipanggil oleh  Feilin kedalam
kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin menatapku liar,
dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku. “Auhhhh…”Aku agak terkejut
ketika  Feilin menyambar kemaluanku, sambil bersujud dia mengocok-ngocok
kemaluanku, aku meringis ketika merasakan sedotan yang kuat dikepala
kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku melirik kebawah, mulut  Feilin
yang biasa dipakai untuk menyinggung perasaanku kini sedang sibuk
mengemut-ngemut kemaluanku *(ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan
Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka)*,
diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama
semakin lebat.

Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi wajahku
semakin dingin, apalagi ketika  Feilin membuka pakaian seragamnya. “Tadi
gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin merasakan hal yang sama,
Feilin menjerit kecil ketika aku menarik tubuhnya dan menidurkannya diatas
ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku
tidak menggubris perkataannya kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala
kemaluanku. “Sebentarr… kamu yang dibawah…..”  Feilin tampak tidak percaya
kepadaku , aku hanya tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang
mengangkang. “Kalau beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil
berkata begitu  Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari
posisi yang baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku
terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina
Feilin , aku memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset
kesana-kemari,  Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp….
Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga
masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas  Feilin
terengah-engah seperti kecapaian, pinggul  Feilin mulai bergerak memutar.
“Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan terpejam-pejam. Kedua
tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, tidak ada lagi senyuman
diwajahku dan…

“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin
melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil
menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang menerobos
semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput daranya,Feilin mendadak
lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya tersengal-senggal. Tanganku
yang satu menekan buahpantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya
erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he segitu sih blon mampussss…. Tapi yang
ini pasti bikin lo mampussssssss ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat
tenaga aku menyentakkan kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam
“Awwww sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh
sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak
tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini
Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku
menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku
mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka seperti
huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku mengeluar masukkan
kemaluanku.

[image: Foto0089.jpg]

Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk
dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat sensual
dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang vaginanya
yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat karena menahan
sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan kemaluanku yang besar
dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak merasakan hangatnya lubang
Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku terus memompa lubang Vagina Feilin,
kedua tanganku meremas-remas buah pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh
Crrrttt… crrrr” kedua tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, air
keringat mulai mengalir dari pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot
kemaluanku dari lubang Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang
lemas tidak berdaya diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang
kadang-kadang terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya ,
tanganku menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras,
beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar
bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.

Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya Feilin
memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya penuh
keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali menekankan
kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak dengan kuat ketika
aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang kini
terasa licin akibat air maninya yang menjadi pelumas, kemaluanku semula
keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakanku semakin liar,
kupercepat kocokan-kocokanku mengocok lubang Vagina Feilin, tubuhnya
terguncang-guncang akibat sodokanku, kuputar-putar gerakan pinggulku
seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi Vagina Feilin. Feilin memalingkan
wajahnya kekanan, mulutnya terbuka disertai erangan tertahan “Ennghhh….”
Tubuh nya meliuk dalam gerakan yang erotis, kemudian air panas itu kembali
menyempot dari dalam Vagina Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan
sensasi tersendiri pada kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur
kelar masuk dengan kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu
kulahap kenikmatan dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang
tua Feilin tidak pulang selama seminggu.

Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada saat itu
jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar dengan
perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin sempat pingsan
beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai bra, posisinya yang
membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui olehnya. “Oww…. “Feilin
terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia membalikkan tubuhnya ,
wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh dendan membara. “Mahluk
rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia membentakku dengan kasar.
“Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya hingga dia terhunyung
kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan kemudian “plakkkkk…
plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu ngebentak-bentak gua
hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia tersungkur. Kakiku
terangkat dan hendak menendangnya wajahnya  “Am Ampunn… Manggggg” Wajah
Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha melindungi wajahnya. “Berani lagi
lu ngebentak-bentak gua ?” aku bertanya dengan beringas, Feilin
menggelengkan kepalanya. Aku duduk disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin
berdiri dan menghampiriku, tubuhnya bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua
mau nyusu” pikirku pagi-pagi begini pasti enak netek disusu Feilin.
“Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera kuraih dan dengan rakus aku menyusu
didadanya, kedua tangannya bahkan tidak berani mencegahku bahkan ketika aku
mengigit-gigit kecil buah dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku
mengigit putting susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan,
kucing liar yang genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan,
aku tahu  Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.

“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti
keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah dari
mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya. “Uhukkk…
uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin menjejalkan
kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa kusangka Feilin malah
menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala kemaluanku dan
mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti rupanya Feilin
berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat olehku.
“Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk kepalanya.
“Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk mengemut-ngemut
kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih…. Mau diperkosa terus
disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke bool lu…. He he he”,
mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya tampak pucat, ia terus
memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku menyuruhnya berdiri
membelakangiku kemudian Tanganku menarik pinggulnya, kemudian aku selipkan
telunjukku dibelahan pantatnya, telunjukku mencari – cari lubang Anus
Feilin, setelah kurasakan pas aku menekan jari telunjukku berusaha
memekarkan lubang anus Feilin dan “Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti
huruf O , kepalanya terangkat keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku
terus menekan jari telunjukku sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari
telunjukku memutar-mutar didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis,
agak lama juga aku memainkan lubang Anus Feilin.

Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku
menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang mengangkang,
kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku, wajahnya tampak kuatir
ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada lubang anusnya.  ”Hehhhh
!!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin sampai tersentak kaget,
perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi Feilin seperti lagi jongkok mau
buang air kecil, ditekankannya kepala kemaluanku pada lubang anusnya.
Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia sengaja , lama-kelamaan aku mulai
geram “Awas kalau sampe ngak masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini
Feilin sepertinya mulai berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya
bergetar hebat ketika melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil,
Feilin menggigit bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk
kedalam lubang anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari
lubang pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali
sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya, akhirnya
masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin tertahan, matanya
mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai terisak menangis
menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin keras ketika
kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki lubang anus Feilin
yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg pelan-pelan… okkkkhhh
aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh saja… tapi kamu musti
belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh Feilin menaik turunkan
pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas tubuhku, Feilin mengangguk
pasrah.

Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur ketika
ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang masih
perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku keluar
masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut untuk
memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua tanganku
bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu Feilin yang kini
mengeras, sambil kukombinasikan permainanku, menggesek-gesek clitorisnya
dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan kutarik pinggulnya lebih turun
lagi sehingga kemaluanku semakin dalam memasuki lubang anus Feilin,  kepala
Feilin terangkat keatas, matanya terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu
didadaku, tubuhnya berkali – kali merinding seperti terkena sengatan listrik
ketika kemaluanku semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna
kedalam lubang anus Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas
kemaluanku kedua buah pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek
tubuhku, pinggulnya berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya
ke kanan maka aku memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin
seperti diaduk-aduk oleh kemaluanku.

Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat
menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh…
Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika badai
kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas tubuhku.  Aku
menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser posisiku mendekati
buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi menungging seperti itu aku
dapat melihat dua buah lubang, lubang anus Feilin yang merekah dan memar
akibat kusodomi, kusentuh lingkaran anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik
pantatnya, sepertinya ia masih merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina
yang baru kemarin malam kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina
Feilin, kucari-cari daging kecil kesukaanku dan dengan lembut
kusentil-sentil daging kecil itu yang membuat pemiliknya berkali-kali
merintih tersentak keenakan. Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan
kepala kemaluanku pada belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan
kuat melesatlah kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina
Feilin, tidak ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut
Feilin, yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang
terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm Akkhhh….
Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit  semakin liar pula aku menyetubuhi
tubuhnya yang mulus.

Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya yang
seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya sambil
kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.

“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan tubuhku
menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini mendadak hilang,
yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin lama semakin
perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku yang sudah
bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit melangkahkan
kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin, setelah kuambil
segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru kembali kekamar
Feilin.

Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang
mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya,
matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya sambil
berkata dengan lembut *“Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”*Aku
membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan  pil pencegah
kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan air yang
kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam didinding sudah
pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap kenikmatan dan
kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang tertunduk memandangi
lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh dihadapanku , tubuh Feilin
yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku mendengar bunyi telepon diluar
kamar, aku bergegas untuk mengangkat telepon.

“Halooo…”

* *

**************************

*Malam Harinya *

*Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar Feilin, ia
tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh Feilin yang mulus
dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat penuh luka bakar, Aku
gelisah……** *

*Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan Tarida
merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka ?. Disatu
sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka selama ini
begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati, yang satunya
seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi kadang-kadang
keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum. ***

* *

*Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini terkurung
selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan Tarida, Nafsu
binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.***

*************************** *

Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan
Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan perawan
lagi, dihadapan mereka berdua aku hanya main luarnya saja namun jika mereka
berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan kenikmatan dan kehangatan
dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah dalam rintihan dan
jeritan-jeritan birahi yang binal, dunia seks yang kukenalkan pada Si kucing
liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari jati dirinya, keliaran dan
kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara terasa dingin , diluar hujan turun
dengan begitu deras, disebuah rumah kontrakan inilah aku tinggal, dan selama
seminggu ini pertarungan yang hebat selalu terjadi didalam hatiku, namun
lama-kelamaan sisi baik didalam diriku semakin kabur , seperti matahari pagi
yang hangat ditelan oleh gelapnya malam yang pekat , dingin tanpa sinar
sedikitpun. Aku tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam
pikiranku hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran
kotor dan mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku
membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok batang
kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam gelapnya malam.

Mataku mendadak terbuka, ada senyuman dibibirku, akhirnya hari yang
kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu
mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu Aku selalu menjemput Feilin
lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku kedalam mobil
agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang mulus dan hangat.

“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….”seorang pengamen
mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu sikupu-kupu malam, “Ini hidup
wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”Sang pengamen terbatuk-batuk
ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin keatas, petikan gitarnya
mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya melotot melihat kemulusan
paha Feilin.

Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok
seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus ,
sementara lampu setopan berganti warna hijau, Aku segera menginjak gas
meninggalkan sang pengamen yang masih bengong. “Ditttttt…Dittttt… Ditttt!!!”
Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil kulihat rupanya sang
pengamen masih bengong ditengah jalan, sementara Feilin buru-buru merapihkan
Rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku melihat jam tanganku, masih
menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam tua memperhatikan kami dengan
mata yang masih mengantuk disekolah,ia sepertinya tidak curiga dengan
kedatangan kami yang terlalu pagi. Aku segera memarkir mobil dilapangan
parkir yang masih sepi, baru juga aku mematikan mesin mobil sikucing liar
Feilin menerkamku, mulutnya mengulum bibirku, aku membalas mengulum bibirnya
yang mungil.

Feilin membuka kancing baju seragam sekolahnya, tersembullah sepasang buah
dada yang ranum dihadapanku, sudah seminggu ini Feilin tidak memakai Beha
dan juga celana dalam, Feilin menyodorkan buah dadanya yang ranum kewajahku,
aku langsung melahap buah dadanya , kuhisap dan kujilati bulatan buah
dadanya, tidak lupa aku emut-emut putting  susunya yang semakin runcing.
“Ahhhhh… Ahhhhhhh Manggggg  Dhaniiii…. Ouhhhh manggggg”Feilin menjerit-jerit
liat karena desakan birahi. “Sssssssttttt…. Jangan terlalu keras manissss…
nanti kedengeran orang gimana….???” Kataku mengingatkan sambil menciumi
bibir dan lehernya. Feilin tidak menjawab ia hanya mendesah-desah dengan
nafas yang semakin memburu keras. Tangan Feilin memaksa membuka seleting
celanaku dan menarik keluar isi celana dalamku, Feilin naik keatas tubuhku
yang masih duduk dengan santai , dipagi hari yang dingin , kepala kemaluanku
masuk kedalam lubang yang hangat dan seret, lubang Vagina Feilin, pinggulnya
naik turun dengan liar, kepalanya terangkat-angkat keatas, jeritan kecil
kadang-kadang terdengar dari mulutnya, aku tidak mau diam lagi kini
kusentak-sentakkan kemaluanku dengan kuat kedalam lubang mungil dan seret,
berulang kali tanganku meremas – remas buah pantatnya yang padat , “Akhhhhh
Crrrrr… Crrrr”gerakan-gerakan Feilin yang liar berhenti , kedua tangannya
memelukku kuat-kuat, sesekali kusentakkan kemaluanku untuk mengantar
mengiringi badai dahsyat yang baru saja melemparkan Feilin kejurang
kenikmatan, ciuman-ciuman kasarku berkali-kali hinggap didadanya yang turun
naik seiring dengan desah nafasnya. Feilin turun dari tubuhku dan duduk
dikursi sebelahku, setelah membersihkan cairan yang meleleh di pahanya
Feilin merapihkan pakaiannya, aku menerkamnya

“Sudah manggg…. Hampir jam 07.00 kurang”

Aku tidak mempedulikan kata-kata Feilin , kusibakkan rok seragamnya sampai
aku bisa melihat kembali gundukan mungil diselangkangannya, bibir Vagina
Feilin masih terlihat basah, lidahku langsung menari-nari, kukait-kait
clitoris Feilin sampai Feilin tersentak-sentak dan merintih-rintih, aku
tidak peduli lidahku semakin liar memainkan daging kecil didalam lubang
Vaginanya. “Auh… Crrrr….. Crrrrrr”Feilin merintih untuk kedua kalinya,
mulutku dengan lahap menyedot cairan putih yang terasa asin dan gurih sampai
habis. “Mangg…Manggg Dhani…”Feilin mendorong kepalaku keluar dari
selangkangannya. Mataku melihat keadaan disekeliling rupanya satpam tua itu
mulai mendekati mobil kami. Situa mendekati pintu mobil dan “tok…
tokkk….”Pintu mobil diketuk, Feilin membuka jendela mobil dan “koq ngak
turun Non?” Si tua Bangka bertanya, matanya memandangi kami berdua dengan
tatapan matanya yang penuh selidik. “Koq baunya gini…”Hidungnya
mengendus-ngendus, Wangi cairan yang keluar dari lubang Vagina Feilin
menimbulkan  Aroma yang tidak asing lagi bagi penggemar seks. “Psstttt…
Psttttt…….” Feilin menyemprotkan parfum , si tua bangka tampak kecewa
sekaligus curiga, Feilin tertunduk ia seperti takut ketahuan oleh Situa
bangka. “Hehhhh ngapain loh…. Minggir….”Aku turun dari mobil dan
menghardiknya agar segera pergi menjauh dari Feilin, Si tua bangka segera
ngacir pergi menjauh. Aku menenangkan Feilin yang masih ketakutan, sebelum
ia keluar dari mobil aku masih sempat meremas buah dadanya, Feilin menatapku
dengan manja dan kemudian sambil tertawa kecil ia menuju ruangan kelasnya,
aku dengan tidak sabar menunggu ketiga gadis Chinese itu selesai sekolah,
sang waktu berjalan lambat seolah-olah berusaha menyelamatkan Tarida dan Nia
dari nafsu binatangku, dengan kelelahan sang waktu mengakhiri perlawanannya
ketika bel sekolah berdentang dengan nyaring tanda jam sekolah telah usai,
akhirnya penantian di hari Sabtu yang kutunggu berakhir juga.

“Feilin Haus nihh…” Tarida menatap Feilin dengan tatapan manja. “Ya… ambil
sana dikulkas……..” Feilin menyahut “Minta Fantaaaaaaaaaaa”Tarida tambah
manja , sambil sebelah tangannya menyusup kebalik rok seragam sekolah
Feilin. Nina juga mulai ikut-ikutan ia merangkul Feilin dari belakang dan
meremas-remas bagian buah dadana yang masih bersembunyi dibalik seragam
sekolahnya, “Aku minta coca-cola yahhh… cuppp.. cupppp”Dikecupnya leher
Feilin sampai Feilin keenakan. “Ya sudah kalian tunggu disini… aku
ambilkan…..”Feilin membalas dengan meremas Susu Tarida dan Nia dengan
lembut. “Awww…enak” “aduhhhhhhh… jangannnnnnnn” Tarida dan Nia menjerit
manja, kemudian sambil tertawa lepas Feilin keluar dari kamar , Feilin
mengambilkan minuman untuk kedua orang temannya. Aku mengikuti Feilin
kedapur, Aku tersenyum ketika Feilin mulai mengisi Gelas-gelas kenikmatan
itu dengan Fanta dan Coca Cola kesukaan Tarida dan Nia. Kupeluk Feilin dari
belakang, kukeluarkan obat perangsang dosis tinggi,ambil menciumi dan
menggigit-gigit kecil daun telinga Feilin aku berbisik “Masukkan ini
sekalian manisku…”. Feilin menoleh menatapku , ia bertanya keheranan “Apa…
ini manggg”. Aku tersenyum memeluk Feilin sambil melepaskan kancing baju
sekolah dan beha Feilin dari belakang ” *Itu Obat perangsang* “

“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.”Jangan
banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin
ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku, dimasukkannya obat
perangsang pemberianku kedalam gelas kenikmatan rasa Fanta dan Coca Cola,
Sambil bersujud kulepaskan rok seragam Feilin dan kutarik celana dalam
Feilin. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..” kujilati belahan
pantatnya yang lembut dan halus, kupeluk erat-erat pinggul Feilin sambil
mencari-cari daging kecil didalam lubang Vaginanya, kutelan-tekan perlahan
daging kecil itu dalam gerakan memutar, Feilin merintih kecil, Api birahi
semakin besar menyala dalam dirinya, sambil merendahkan posisiku dari
belakang kutusukkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, kupacu Vagina Feilin
kuat-kuat dan iapun bergoyang dengan binal, kedua tangannya bertumpu pada
pinggir meja.

“Kamu jangan nakal manisku…Ayo berikan minuman ini pada Tarida dan Nia….agar
aku dapat segera menikmati mereka!!” perintahku kepada Feilin. Feilin
melangkah dengan pasti , sepertinya Api birahi yang berkobar dengan dashyat
sudah membakar habis akal sehatnya. Sambil tertawa senang aku mengikuti
langkah Feilin yang sudah lebih dulu sampai kedalam kamar, Hmm dikamar hanya
ada Feilin yang terdiam memegang dua buah gelas ditangannya, diletakkannya
gelas itu diatas meja belajarnya, Feilin menoleh kearahku, dilantai kulihat
Pakaian seragam milik tarida, sedangkan dalam jarak yang agak jauh lagi
kulihat pakaian seragam milik Nia, sambil memunguti Attribute ditubuh Tarida
dan Nia yang tercecer ,aku mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh
santapanku yang pasti lezat dan mengenyangkan nafsu birahiku, Rok seragam,
kemudian Beha dan yang terakhir celana dalam, semuanya kutemukan, sambil
membungkuk kuambil celana dalam terakhir berwarna coklat muda
dan…”Dharrrrrrr……..!!!!!!!” Sesuatu melompat dari tempat yang tersembunyi
,Mataku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika melihat dua pasang buah
dada yang segar dan ranum melompat kehadapanku. Dua sosok tubuh mulus yang
kukenal tertawa lepas tanpa beban, sepertinya mereka tidak tahu kalau hari
ini mereka wajib melepaskan dan dan menghidangkan  keperawanan mereka
untukku Aku menerkam mereka berdua dan kuciumi mereka berdua, tanganku
merayap. “Ihhhh mang Dhani… ihhhhhh” “Ahhhh geli mang!” Kata – kata seperti
itulah yang keluar dari mulut tarida dan Nia. Kugiring Tarida dan Nia menuju
kamar Feilin , kamar tempat aku akan menyantap keperawanan mereka. Didalam
kamar tanpa basa-basi Tarida dan Nia meminum minuman yang sudah disediakan
oleh Feilin, Feilin tertunduk, sepertinya ia merasa serba salah, aku
memeluknya dari belakang sambil berbisik “Jangan kuatir… mereka berdua akan
baik-baik saja…… hari ini kita berempat pasti akan bersenang-senang sampai
puas….. apa kamu sudah melaksanakan perintahku…?” sambil meremas kedua
susunya dalam gerakan memutar aku bertanya pada Feilin, Feilin mengangguk
sambil mendesah resah. “Bagussss… ha ha ha ha…..” aku tertawa senang.

* *

*15 menit yang lalu*

*“Haloooo…. Siapa ini…?” suara yang terdengar dari gagang telepon bertanya.
“Ini Feilin tante…. Tarida nginap dirumahku tante….”Feilin berusaha agar
tidak gugup. “Ooooo Tarida mana ?”suara itu bertanya lagi. “Lagi…. Dikamar
kecil tante, jadi aku bantuin ngasih tau supaya tante ngak kuatir…?”Feilin
berbohong. “Ooo ya sudah kalau begitu….”Suara itu tampak lebih tenang. “Mari
tante dha”Feilin kemudian menutup gagang telepon. Kemudian ia juga
menghubungi orang tua Nia dan melakukan hal yang sama *

Baru 10 menit aku meremas – remas Susu Felin, dihadapanku Tarida dan Nia
mulai terlihat resah dan gelisah, aku tersenyum karena tahu kalau pengaruh
dari obat perangsang pasti mulai bekerja, kubalikkan tubuh Feilin, kemudian
aku masukkan kemaluanku  ke lubang Vaginanya kutusuk-tusukkan dengan cepat
dan kuat sampai terdengar bunyi “Clepp.. Cleppp.. Clepppp” bunyi itu semakin
kuat terdengar dan “Akhhhhhh…..Crrrrrrrrr” satu pekikan manja terdengar dari
mulut Feilin. Kucopot kemaluanku dengan kasar, kemudian sambil
menggoyang-goyangkan kemaluanku aku mendekati Tarida dan Nia, kedua gadis
itu kini menggigil hebat karena berada dibawah pengaruh obat perangsang.
Kudorong tubuh keduanya keatas ranjang yang empuk. Aku menerkam Tarida dan
Nia kemudian menciumi mereka, ciumanku semakin liar dan kasar ketika aku
menggeluti buah dada mereka. Tarida dan Nia menggelepar-gelepa, rintihan
mereka semakin keras, kulepaskan tubuh Tarida kini aku mulai berkonsentrasi
pada tubuh Nia, kulumat lembut putting susunya, Nia memekik kecil ketika aku
merubah gaya bercintaku menjadi liar dan kasar, dengan rakus kulumat-lumat
buah dadanya bergantian yang kiri dan yang kanan. Nia seperti
merengek-rengek menahan nafsu birahi yang semakin tinggi, kugigit – gigit
dengan gemas putting susunya yang semakin mengeras, rakus sekali mulutku
ketika menjilati, mengemut, dan mengigit – gigit buah dadanya yang semakin
mengeras. Ciumanku yang liar dan brutal semakin turun, keperut,
dan…hinggaplah aku disebuah gundukan mungil yang aromanya sudah sangat
kukenal.

”nggghh…ahhhh!!” tubuh Nia mengejang ketika aku melumat-lumat bibir
Vaginanya dengan kasar,  kutekan dan kubuka bibir Vagina Nia dengan jari
jempolku, tersembullah daging kecil dambaan setiap laki-laki , kukait-kait
daging kecil mungil yang menggemaskan itu dengan lidahku sampai pemiliknya
tersentak-sentak kenikmatan. Aku mulai menggesek-gesekan kepala kemaluanku
pada lubang Vagina Nia, kutekan dan kucoblos lubang Vagina Nia dengan satu
sentakan yang kuat “clepppppppp” bunyi lubang kecil itu ketika kepala
kemaluanku merangkak masuk. Kutekan kemaluanku agar lebih dalam lagi
memasuki lubang sempit yang berdenyut-denyut  meremas-remas kemaluanku
dengan kuat, untuk sesaat aku tersentak…kuhentikan gerakanku, api kecil
menyala didalam hati nuraniku,haruskan aku merampas kegadisan Nia yang baik
hati dan pemaaf? Pada saat-saat yang kritis ini Nia menekuk dan
mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, kemudian mengangkat-angkat
pinggulnya keatas, api kecil itu mendadak padam bagaikan tertiup oleh angin
badai yang dasyat, kusentakkan kemaluanku berkali-kali merobek-robek
kegadisan Nia. “Aaaaahhh!! ” jeritan Nia terdengar menggema didalam kamar
itu ketika aku dengan buas melahap keperawanannya, aku terus berkutat
merojok-rojok  lubang Vagina Nia sampai kemaluanku tenggelam secara
sempurna, kutarik dan kutekankan kemaluanku berkali-kali.

Si kucing Liar Feilin kini naik keranjang dan menghampiri Tarida yang
mendesah-desah tidak karuan, Feilin memeluk Tarida dan mengulum bibir Tarida
dengan rakus, kedua gadis itu saling melumat dan saling berpelukan, ciuman
Feilin kini turun kebuah dada Tarida, mulut Feilin begitu rakus menggeluti
buah dada Tarida, setelah puas menggeluti buah dada Tarida Feilin menarik
tubuh Tarida agar bangkit duduk diatas ranjang, sedangkan Feilin duduk
dibelakang Tarida, sambil memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal
Feilin meremas bagian bawah buah dada Tarida , kemudian dengan gerakan
memutar kedua tangannya meremas-remas sepasang susu yang segar dan ranum,
Tangan Feilin yang sebelah kiri dengan perlahan merayap semakin turun dan
kini hinggap digundukan mungil milik Tarida, jari tangannya menggesek-gesek
bibir Vagina Tarida sehingga Tarida semakin sering merintih lirih, sambil
terus memacu kemaluanku menikmati Vagina Nia aku menonton “Live Show” yang
semakin liar, mata ku merayapi tubuh Tarida, Feilin seperti mengerti
keinginanku didorongnya tubuh Tarida kearahku,  kurengut dan kutarik tubuh
Tarida agar posisi susunya pas dimulutku dan kulahap buah susu Tarida,
sipemilik buah susu merintih-rintih ketika aku semakin liar melampiaskan
nafsuku pada buah dadanya,lidahku mengait-ngait putting susu Tarida yang
semakin keras, kuemut pentilnya dan kuhisap-hisap. Feilin menarik kepalaku
sambil menyodorkan buah dadanya , aku tersenyum senang sambil menerima
pemberian Feilin, kepala kemaluanku sibuk merojok-rojok lubang Vagina Nia,
sedangkan kepalaku sibuk mengemut-ngemut empat buah susu ranum yang
terhidang dihadapan wajahku,kupercepat kocokan-kocokan kemaluanku pada
lubang Vagina Nia yang mulai terasa lancar karena membanjirnya cairan
pelumas dari lubang kewanitaannya,sepertinya inilah yang disebut dengan
istilah empat sehat lima sempurna.

“Eeengghhh Achhh!!” Nia menjerit kecil, tubuhnya bergetar hebat dan
Srrrr…crrrttt, semburan-semburan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku.
Aku meneruskan acaraku “berpacu dalam melody” birahi.
“Crep….crepp…plepp…slepp!”Entah apa judul lagu ini, kadang-kadang slow,
kadang kadang nge-rock, kadang-kadang agak metal tergantung bagaimana cara
aku mengayunkan kemaluanku. Feilin menerkam Tarida sehingga tubuh tarida
yang mulus terlepas dari kekuasaanku, Sikucing liar Feilin menggeluti  tubuh
Tarida, seperti binatang buas yang kelaparan, kubiarkan Feilin bermain
dengan Tarida, kutarik pinggul Nia kemudian aku meneduhi tubuhnya dan
memompa lubang Vaginanya dengan lebih kuat lagi, kupeluk erat-erat tubuh
ramping Nia yang seksi, keringat sudah membanjir ditubuh kami berdua,
permainan semakin basah, hangat dan mengasikkan, Nia yang sexy sudah  tiga
kali menyemprotkan air maninya dalam posisi ditindih oleh tubuhku dan ini
yang keempat kali… “Akkhhh…crrrtttt” Nia kembali terhempas dalam kenikmatan,
Nia yang sexy dan cantik terkulai tanpa daya setelah kukalahkan dengan
telak, Aku bangkit dan mencabut kemaluanku “Plooopppp” aku memperhatikan
lubang Vagina Nia yang memar kemerahan, cairan putih kental meleleh keluar
dari sela-sela Vaginanya bercampur dengan cairan berwarna merah, darah
perawan, Nia terengah-engah kecapaian, matanya terpejam rapat-rapat,
mulutnya sedikit terbuka. Aku merangkak mendekati Tarida dan Feilin,
bersama-sama dengan Feilin Aku mengemuti Susu Tarida, Feilin mengemut Susu
kanan dan Aku mengemut susu sebelah  kiri, lumayan lama juga kami berdua
menyusu didada Tarida, Feilin mendorong tubuhku sampai aku terlentang diatas
ranjang dengan posisi mengangkang, kemudian Feilin menaikkan Tarida keatas
tubuhku,Feilin menekan pinggul Tarida turun, aku tidak menyia-nyiakan maksud
baiknya, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida yang
mendekati kemaluanku, beberapa kali kepala kemaluanku terpeleset ketika akan
masuk kedalam lubang Vagina Tarida yang licin, seret dan hangat, setelah
kurasakan pas kali ini dengan satu sentakan keras kuhentakkan kemaluanku
keatas “Cleppp…”suara itu begitu keras terdengar.terdengar, Feilin menekan
pinggul Tarida , kurasakan kemaluanku semakin dalam terbenam menusuk Vagina
Tarida. “Brettt… drrrrrrrrrtttt prrrrrrrrrttt……”terasa sekali enaknya ketika
kepala kemaluanku merobek-robek keperawanan Tarida, sedangkan pemilik
keperawanan meringis-ringis ketika aku merobek-robek miliknya yang berharga,
sesuatu yang tidak akan pernah mungkin dapat kembali lagi, kucengkram
pinggul Tarida sambil berkali-kali menghentakkan kemaluanku keatas,
sedangkan Feilin mengangkangi wajahku, SiKucing liar menghidangkan Vaginanya
yang beraroma harum menggairahkan. Aku langsung menjulurkan lidahku
mencari-cari daging mungil kesukaanku , pinggul Feilin berulang kali
menekan-nekan kebawah, sehingga lidahku semakin tenggelam ke dalam lubang
Vaginanya, kukorek lubang Vagina Feilin, kuemut-emut Vagina Feilin dengan
rakus.

“Akh….Hnngghh!!” Tarida memuntahkan cairan kenikmatannya, Tarida yang mulus
memang lebih cepat mencapai kenikmatan jika dibandingkan kedua temannya.
Feilin menekan-nekankan Vaginanya kemulutku, pinggulnya bergoyang kesana
kemari “Aww…Crrrr” Feilin semakin kuat menekan pinggulnya kewajahku ketika
aku dengan lahap menjilati cairan gurih yang meleleh dari selangkangannya.
Feilin hendak mengangkat Vaginanya namun kutahan buah pantatnya dengan kedua
tanganku, aku tidak akan membiarkan santapan yang lezat ini ,seenaknya
berlalu dihadapanku, sambil terus menghentak-hentakkan kemaluanku
merojok-rojok Tarida, aku melumat-lumat selangkangan Feilin, kadang-kadang
Feilin memekik ketika aku mengigit-gigit kecil bibir Vaginanya dengan gemas.
“Unghhh…crrrrrrr…” Tarida kembali mengeluh dan cairan hangat terasa
menyemprot kemaluanku berkali-kali. Aku merasakan Tarida turun dari tubuhku
“ploppppppppp….”Kemaluanku terlepas dari Vaginanya, Kuterkam sikucing liar
Feilin dan kugeluti tubuhnya, tembakan-tembakan gencar berulang kali
kuarahkan untuk menghantarkannya berkali-kali kejurang kenikmatan,setelah
itu sasaranku alihkan pada Tarida yang terkulai lemas diatas ranjang,
kubalikkan tubuhnya kini Tarida dalam posisi menungging,bibir Vaginanya kini
merekah dan agak terbuka, aku kembali menjejalkan kemaluanku kedalam lubang
Vaginanya yang seret , kutekan kemaluanku sedalam mungkin, sampai buah
pantatnya menggesek perutku, halus, begitu lembut, hangat dan ada perasaan
serrrrr di jantungku. Kukocokan kuat-kuat kemaluanku sampai terdengar bunyi
“Plokkk…” “Plokkk….” “Plokkk!” yang semakin lama semakin keras terdengar.
Tubuh Tarida terdorong maju mundur, semakin cepat aku mengayuhkan kemaluanku
semakin cepat pula tubuhnya terayun-ayun dalam posisi menungging, kemaluanku
keluar masuk menelusuri lubang kenikmatan yang seret dan sempit, pada saat
aku mendorongkan kemaluanku bibir vagina Tarida bagaikan amblas tertekan
masuk, dan pada saat aku menarik kemaluanku bibir Vagina Tarida bagaikan
tertarik keluar.

“Engggg Ahhhhh… Akh…ssshhttt!” Tarida menjerit tertahan ketika dirinya
kembali tenggelam kedalam lautan kenikmatan. Tanpa melepaskan pinggul Tarida
aku menjatuhkan diriku kebelakang, kini aku duduk diatas ranjang sedangkan
Tarida menduduki kemaluanku, tanganku meremas-remas Susunya ,
kocokan-kocokan kemaluanku semakin kuat menghujami lubang Vagina Tarida.
“Uhhhhh…” Aku menghentikan gerakanku, Tubuh Tarida dan tubuhku sudah basah
bagaikan habis kehujanan , keringat mengalir dengan deras dari tubuh Tarida
dan tubuhku, sesekali kuayunkan kemaluanku keatas dengan gerakan yang santai
sambil mengumpulkan kembali tenagaku yang terkuras,punggung Tarida bersandar
didadaku kepalanya terkulai lemah kecapaian, gesekan buah pantat Tarida yang
halus mulus menimbulkan sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan
kata-kata “Utssss…Crrrott” tanpa kuduga sesuatu yang sangat nikmat keluar
dari dalam tubuhku ,nafasku seperti tertahan, kuremas lembut Susu Tarida
dari belakang, tenggorokanku terasa panas, kulepaskan tubuh Tarida , aku
berlalu keluar untuk mengambil minuman dingin dari kulkas, Kemaluanku yang
besar kini terkulai, kubuka pintu kulkas dan kuraih sebotol Sprite untuk
melepaskan dahagaku, , kugerakkan tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal,
beberapa saat kemudian tenagaku mulai pulih, ulat-ulat porno mulai
menggeliat diotakku, kulangkahkan kakiku menuju kamar Feilin dan kubuka
pintu kamar itu perlahan, diatas ranjang terbaring tiga sosok tubuh mulus
yang terkulai lemah, kuhampiri tubuh mereka dan kini kubalikkan kembali
tubuh Tarida dan tubuh Nia ,kujilati lubang anus Tarida kemudian lubang Anus
Nia, perjalanan Tarida dan Nia masih panjang, kuarahkan kepala kemaluanku
pada lubang anus Tarida dan…jeritan kesakitan Tarida kembali terdengar
menggema didalam kamar…..setelah aku selesai kulepaskan tubuh Tarida tidak
berapa lama kemudian terdengarlah jeritan kesakitan Nia, mereka berdua
menangis terisak-isak , sepertinya pengaruh obat perangsang yang kuberikan
mulai hilang, kesadaran mereka perlahan-lahan mulai pulih namun segalanya
sudah terlambat, aku kembali menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh mereka
bertiga.

*Beberapa bulan kemudian     *

*Dari dalam sel disebuah penjara, tepatnya diblok D terdengar suara gelak
tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi,
cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan
ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis dihadapan mereka.*

*“Jangannnnn…. Ampunnnnn…… akkkkkkkkkkkkk” , “Aduhhhhhhhhhhh… Owwwwwwww…..”
“ngakkkkkk….. uhhhhhhhhhhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga
gadis itu.*

*Tarida ?…. Nia ?………… Feilin ?…………… Huhh ????? Mau Ngapain mereka didalam
sana ?*

*Eps. 4: The Gangbang*

Hari demi hari berlalu , kemudian minggu demi minggu berlalu semenjak aku
memperawani Tarida, Nia dan Feilin. Sikucing liar Feilin yang sudah terbius
oleh nafsu birahi selalu memberikan servicenya yang selama ini belum pernah
membuatku kecewa, Namun semenjak peristiwa pemerkosaan yang terjadi atas
diri Tarida dan Nia, mereka berdua selalu menolak jika Feilin mengajak
Tarida dan Nia untuk pulang besama-sama, tampaknya mereka berdua berusaha
menjauhiku, padahal dimana salahku!! aku hanya mengajak mereka berkelana
dilautan birahi, itu saja tidak lebih dan tidak juga kurang, hasratku untuk
kembali menikmati tubuh Tarida dan Nia semakin menggebu-gebu, halusnya kulit
mereka, mulusnya body mereka yang kencang, dan peretnya lubang Vagina mereka
membuatku selalu tersiksa dalam khayalan yang semakin lama semakin berontak
memintaku untuk segera mencetuskan dan merealisaskian “undang-undang”
bercinta dalam kobaran nafsu.

Dengan langkah yang pasti aku menaiki anak tangga disekolahan itu, pada saat
itu hanya ada beberapa anak sekolahan yang dengan terburu-buru ngacir pulang
kerumah masing-masing, tujuanku adalah kelantai empat tempat dimana Tarida ,
Nia dan Feilin menuntaskan mata pelajaran praktikum fisika. semakin lama aku
semakin mendekati lantai empat, suasana disana sepi dan hening, dari
kejauhan aku melihat tiga sosok gadis cantik yang sudah sangat kukenal,
perlahan-lahan aku mendekati mereka, baru saja aku hendak menampakkan diri
tiba-tiba, pintu ruangan disisi mereka terbuka “Ehh… kalian belum pulang ?”
Sosok pria itu menegur para gadisku, “Belum pak…. Lagi beres-beres dulu….”
Tarida menjawab. “Ya sudah kalau begitu bapak pulang dulu….”sahut sipria
yang sepertinya bertitel pak guru. Sebelum pak Guru melanjutkan langkahnya,
mata Guru yang nakal melirik paha Nia yang pada saat itu duduknya
sembarangan… kemudian pura-pura memandang kearah lain. “huh menyebalkan
dasar kadal…” makiku dalam hati, kalau aku sih sudah kelas buaya, sukses
memperawani ketiga siswi Chinese yang cantik dan mulus.

Setelah yakin keadaan aman aku menampakkan diriku “Halo manissku!”

Tarida dan Nia melotot kaget sedangkan Feilin tersenyum ketika aku melangkah
menghampiri mereka. “Tarida…Mang Dhani.. mau ewean lagi sama kamu”Aku
menghampiri Tarida, tarida melangkah mundur , ia tampak was-was dengan
nasibnya. Tarida mundur sampai punggungnya menempel ketembok, aku segera
menerkamnya “Aww….jangannn…. Tidakkk… ohhh!”Tarida berusaha melepaskan
dirinya ketika tanganku menahan bahunya. “Ssssssssstttt… jangan
keras-keras.. manisssku…? ” Aku berbisik ditelinganya. Tarida terus berontak
tanganku segera bergerak kini aku meraih pinggangnya yang ramping, ciumanku
mendarat bertubi-tubi dipipi, dileher dan dibibir Tarida. Kukulum kuat-kuat
bibirnya yang mungil, tanganku berkeliaran mengerayangi tubuhnya, kini
tanganku hinggap diSusu Tarida, Tarida berusaha mendorong tubuhku, kutampar
Tarida “Plakkkkk……” ia terdiam Shock melihatku yang beringas ,kemudian
sambil terus mengulum bibirnya tanganku semakin aktif meremas-remas Susu
Tarida yang masih rapih tersimpan dibalik pakaian seragam sekolahnya.

Aku menarik turun resletingku dan kusibakkan rok seragam Tarida keatas ,
dari sela-sela celana dalamnya yang berwarna biru muda kemaluanku menyelinap
berusaha mencari-cari lubang hangat yang nikmat dan seret. “Jlepppp…..
“Suara itu terdengar dengan jelas ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku,
berkali-kali sentakan-sentakan kemaluanku menghujam lubang Tarida. Tarida
merintih lirih mulutnya sedikit terbuka,air mata mulai menetes dari matanya
yang indah, desahan-desahan nafasnya tiba-tiba memburu tubuhnya mengejang
dan “Mmm…nhh…crrrrttt.. crrttt”mata Tarida terpejam rapat ketika cairan
kenikmatannya muncrat tanpa dapat dikendalikan, wajah Tarida merona merah,
ia hanya memandangiku tanpa berkata apapun,sesekali ia terisak-isak ketika
aku kembali menggenjot lubang Vaginanya, keputusasaan, dan juga
ketidakberdayaan akhirnya membuat Tarida pasrah dalam ganasnya
sodokan-sodokan kemaluanku sampai akhirnya ia kembali terkulai dalam
terkaman gelombang kenikmatan yang dahsyat.

Kini aku beralih mendekati Nia, Nia terlihat panik ia membalikkan tubuhnya
hendak menghindariku namun Feilin malah menghadang Nia dan dengan lembut
dipeluknya tubuh Nia, kedua tangan Feilin merangkul pinggang Nia dalam
posisi saling berhadapan, kutarik pinggulnya agar Nia berdiri dengan posisi
sedikit menungging , kusibakkan rok seragam Nia dan kuturunkan celana
dalamnya, “Tidakk…tidakk…okhhh, blepp…aahhh!” Nia tersentak ketika merasakan
kemaluanku yang besar dan panjang memasuki dirinya. Kucengkram pinggulnya
kuat-kuat sambil kusentak-sentakkan kemaluanku lebih dalam.
“Ehhhh…akkk…Feiii…. Feiliinn……Ngggghh” Nia meronta-ronta dalam pelukan
Feilin. “Kenapa Nia… enak yah?”Feilin mencium lembut pipi Nia, Nia hanya
mengangguk perlahan, tusukan-tusukanku semakin kuat. “Pelann.. pelannn
Ohhhhh manggggggg” Nia mengajukan permintaan. Aku menurutinya karena aku
tahu kalau Nia adalah tipe seorang gadis yang lembut, kutarik perlahan
kemudian kudorongkan lagi kemaluanku memasuki lubang Vaginanya dari
belakang. Tarida mendekati kami bertiga. Aku meraih pinggang Tarida dan
berbisik “Sini… kamu Bantu pegangi Nia…” dan Tarida menuruti perintahku,
tangannya membantu tapi bukan untuk memegangi Nia, kedua tangan Tarida kini
terjulur menggenggam kedua Susu Nia dari samping dan tangannya
meremas-remas Susu Nia, Nia semakin kuat merintih lirih dan
“Akhhh…crrttt”tampaknya Nia pun tidak berdaya menahan keluarnya cairan
kenikmatan dari dalam lubang Vaginanya, kucabut kemaluanku dan kemudian
kugiring Para Siswi yang mulus kedalam mobil , tanpa buang waktu aku segera
menuju rumah Feilin, sebuah rumah dimana api birahi dan nafsu selalu
berkobar dengan dahsyatnya

* *

*Sementara itu dari lantai empat*

*——————————————————————————*

*Sepasang mata memandangi kepergian Dhani Anwar dan ketiga gadis bertubuh
mulus itu, jakun ditenggorokannya turun naik, senyuman licik dan culas
menghiasi wajahnya. Hmmmmmm…. Siapakah itu….? Apa yang dilakukannya
disana…….Dan Apa yang hendak dilakukan oleh sosok misterius itu? Sesosok
tubuh yang kurus dan tua renta itu kini perlahan-lahan menuju pintu gerbang
sekolah ditangannya tergenggam sebuah Kamera murahan*

*——————————————————————————*

* *

“Mmmmmmmmmmmpppp……” dengan malas aku membuka mataku, tidurku terganggu oleh
rasa menggelitik dikemaluanku, kesadaranku mulai memasuki tubuhku,
perlahan-lahan dengan masih mengantuk aku membuka mataku, aku tersenyum
ketika melihat ketiga gadis cantik mulus itu kini sedang asik menjilati
kemaluanku, masih terasa olehku kenikmatan yang kuarungi semalam dan
tampaknya dipagi hari yang indah ini akan dimulai sebuah perjalanan
menjelajahi lautan api kenikmatan yang berkobar-kobar. Aku merasakan
kemaluanku semakin tegang dan mengeras, Feilin sedang mengajarkan kedua
temannya bagaimana cara memainkan kemaluanku, bagaikan seorang instruktur
yang sedang memberikan instruksi kepada bawahannya, “Bukan begitu… begini….”
“Nahhh betul ayoooo terusss kocokk” “Salahhh…. Agak di…” begitulah suara –
suara yang keluar dari mulut si kucing liar Feilin. Aku merasakan kemaluanku
semakin keras dan membengkak, mungkin karena sangking berkonsentrasi mereka
bertiga tidak menyadari kalau mereka sudah membangunkanku dari tidurku dan
itu artinya mereka harus siap menjadi santapanku dipagi hari ini.

Jilatan-jilatan lidah  terasa mengelus-ngelus kepala kemaluanku dengan
perlahan-lahan, hisapan-hisapan lembut itu membawa sebuah sensasi tersendiri
, kupejamkan mataku dan menikmati hisapan Nia yang sedang menungging kearah
wajahku, Aku menatap nanar melihat buah pantat Nia yang menungging kearahku
“Aww…..”Nia terkejut ketika aku menyambar pinggulnya dan menarik pinggulnya
dengan kasar agar ia menduduki wajahku , mulutku langsung mencecar buah
pantat Nia yang terasa lezat dan manis, lidahku menjilati sela-sela pantat
Nia , kugelitiki lubang anusnya dengan lidahku yang terjulur
menggeliat-geliat liar. “Hehehe….”Feilin terkekeh-kekeh melihat Nia yang
keenakan. Uhh enak sekali emutan dan jilatan liar dikemaluanku, sepertinya
ini jilatan khas Feilin, kudorong sedikit pinggul Nia keatas agar aku bisa
melihat siapa yang menjilati kemaluanku, keningku berkerut ternyata
Taridalah yang sedang asik menikmati kemaluanku, dalam hati aku memuji
kelihaian Tarida, sepertinya ia memiliki bakat alami apalagi setelah
diajarkan oleh sikucing liar Feilin.

Nia berontak dan melepaskan dirinya dari cengkramanku, aku hanya tersenyum
memandangi Nia yang duduk dengan posisi kaki agak mengangkang, mataku
merayapi lubang kecil elastis yang dapat menelan besarnya kemaluanku, Nia
rupanya menyadari aku sedang asik memandangi lubang vaginanya, ia
mengatupkan kedua kakinya, Tarida dan Nia bersujud disisi kanan dan disisi
kiriku. Aku kini bangkit dari posisiku, aku pindah kebelakang Tarida ,
kupeluk erat-erat tubuh Tarida yang hangat dan mulus, hidungku
mengendus-ngendus dan menghisap dalam-dalam aroma tubuh Tarida yang membuat
api birahiku semakin membara., kedua tanganku merayap dan meremas-remas buah
susu Tarida, Tarida mendesah-desah lirih, mulutku menyumpal bibirnya yang
mungil “Hmm…Mmhhhhh….” hisapanku yang liar dan buas membuat Tarida kewalahan
, “Ha uuhhh”Tarida menarik wajahnya, nafasnya terengah-engah, buah dadanya
turun naik, kuremas-remas dan kutarik-tarik pentil susu Tarida, sesekali
kupelintir-pelintir pentil Susunya yang semakin runcing mengeras. Kuselipkan
kemaluanku kesela-sela pantat Tarida, perlahan namun pasti aku mulai
menyodomi Tarida, ketika aku menyodominya dengan kasar Tarida
meringis-ringis,wajahnya terlihat seperti minta dikasihani, aku tidak peduli
apakah ia kesakitan atau tidak , yang pasti aku sangat keenakan, Feilin kini
menyusu di buah dada Tarida sebelah kiri, Nia mulai merangkak dan kini ikut
menyusu dibuah dada sebelah kanan., Nia menciumi bulatan buah dada Tarida ,
ciuman Nia semakin turun dan terus turun sampai akhirnya lidahnya
terjulur-julur menjilati selangkangan Tarida yang masih dalam posisi
bersujud “Aaaannnghhhhh… Crrrr” satu lenguhan panjang menghempaskan Tarida
tanpa ampun kedalam lautan kenikmatan.

Kuterkam Nia yang sedang memandangi Vagina Tarida, “Ahhhhh… Uffffff!”Nia
mengeliat-geliat kegelian ketika aku menggeluti buah dadanya yang putih dan
mulus, mata Nia terpejam rapat ketika aku menjebloskan kemaluanku memaksa
memasuki lubang Vaginanya yang masih peret dan sempit, kupompa lubang Vagina
Nia dengan lembut karena aku tahu kalau Si Sexy Nia kurang bisa menikmati
permainanku jika aku memompanya dengan kasar, beda banget dengan Feilin dan
Tarida, mereka berdua sepertinya menyukai tipe hardcore. Perlahan-lahan aku
memasuki lubang sempit lembut yang berdenyut-denyut , Vagina Nia seperti
sedang mengurut-ngurut kemaluanku, perlahan-lahan kuaduk-aduk lubang mungil
itu. “Ahhhh… Crrrrr ” Nia menjerit kecil, ketika sesuatu menyemprot batang
kemaluanku, Feilin yang sudah tidak sabaran menarik tubuhku dan memintaku
tidur terlentang diatas ranjang empuk, perasaan seperti sedang bernyanyi
lagu “Medley” tapi Medley yang ini lebih asik didengarkan karena suara –
suara “Pleppp… Plepppp… Plepppp…” “Ahhhhh….” “Uhhhhhhhh” yang dikeluarkan
oleh Tarida, Nia dan Feilin. Feilin mengangkangi Kemaluanku, pinggulnya
menekan turun dan “Sleppppppppp…….” Tenggelamlah kemaluanku berenang-renang
ria didalam lubang sempit dan berdenyut milik Feilin, Goyangan Feilin Liar
dan memukau seperti goyangan dewi persik, buah dadanya yang bulat dan keras
seperti sedang meloncat-loncat, tanganku terjulur meremas-remas buah dada
Feilin, berkali-kali Susu yang mengeras itu aku remas-remas, aku pilin-pilin
putting susunya, kukocok kuat-kuat sampai Feilin tersentak-sentak keatas

“ahhhh… Ahhh… Ahh Ouhh manggg Dhaniii!!”Feilin histeris dalam amukan nafsu
birahi, Tarida memeluk Feilin dari sebelah kiri sedangkan Nia memeluk Feilin
dari sebelah kanan, mereka memberi semangat pada Feilin yang mengarungi
lautan kenikmatan “Feilinnnn Ayoooo terussss… goyanggg” “Ayooo Feilinnn
jangan kalah… hebat!!! Terusss… Wowww Goyangan kamuuu itu lohhh he he he”
Tarida dan Nia memberikan semangat kepada Feilin yang sibuk menaik turunkan
pinggulnya, kedua tanganku mencengkram pinggul Feilin, aku lebih kuat lagi
menghujam-hujamkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, Tarida dan Nia kini
asik meremas-remas buah dada Feilin,bahkan berkali-kali Tarida dan Nia
mengemut-ngemut Susu Feilin “Ahhh.. aduhhh Taridaaaa… Akkk Niaaa kalian koq
bantuin mang Dhani Sihhh akhhhhh… mhalah ngeroyok akkkhuu Oww
Crrrrrttt…..”Goyangan maut Feilin tiba-tiba berhenti , cairan panasnya
bucatt !! muncrat… nafasnya terengah-engah, kupilin-pilin putting susu
Feilin dengan gemas.

Feilin menaikkan Nia keatas tubuhku “Ehhh Feilinnn… ngakkk ahhh aku ngak
bisaaa…”Nia menolak ketika ia disuruh Feilin untuk “bermain” diatas tubuhku.
“Makanya kamu belajar.. jadi bisaa… nihhh pegangin senjata mang Dhani terus
kamu masukin… ngak susah koqq” Feilin memberikan instruksi dengan serius
pada Nia, Nia terlihat “*malu-malu mau*” tangan kanannya memegangi batang
kemaluanku, diarahkannya kepala kemaluanku pada lubang Vaginanya , Nia
meringis ketika ia menurunkan pinggulnya,bibir Vaginanya sedikit demi
sedikit mulai terbuka berusaha menerima kepala kemaluanku yang extra big,
sungguh tidak sebanding dengan lubang Vaginanya yang kecil mungil, perlahan
– lahan Nia memasukkan kepala kemaluanku, pinggulnya menekan semakin kuat
“Sssslllleeeeshh….” Kedua tangannya bertumpu pada bahuku, posisinya agak
menungging ketika kemaluanku semakin dalam tertancap dilubang
Vaginanya,sebentar pinggulnya menekan turun namun tiba-tiba tidak jadi trus
terangkat lagi, wajah Nia penuh dengan keragu-raguan. Tanpa diduga Tarida
menduduki pinggul Nia kuat-kuat “Hiaaaatttt…he he he “Tarida terkekeh-kekeh
,kemaluanku melesat tanpa ampun merojok kemaluan Nia sedangkan Nia menjerit
kecil “Ouuuuuw… Hekkkkk” Nafasnya seperti tertahan, matanya melotot kemudian
terpejam rapat

“Auhhhh Tarr… Taridaa Hhhhh”Nia terkulai dalam pelukanku, kedua tanganku
menyambut tubuhnya yang terkulai lemah, nafasnya seperti sesak dan terdengar
berat, kupeluk erat-erat tubuh Nia, Kemaluanku terbenam dengan sempurna, Nia
perlahan-lahan mengeliat dalam pelukanku, ia mulai dapat menguasai dirinya
kembali, Nia melirik Tarida kemudian ia mencibirkan bibirnya , duh lucu
banget wajah sisexy Nia pada saat itu. “Ha ha ha ha…. Kalo ngak dipaksa
gitu… bisa setaun baru masuk…”Tarida sigadis periang tertawa lepas. Tangan
Nia kanan bertumpu dibahuku, sedangkan tangan kirinya diletakkan menyilang
didepan dada , sisexy Nia berusaha menyembunyikan  buah Susunya dari tatapan
mataku, kepalanya tertunduk kebawah, sepertinya ia sedang memeriksa
kemaluanku yang kini tertancap dengan sempurna, kemaluan kami berdua bertaut
dengan erat, kuhentakkan kemaluanku kuat-kuat menusuk-nusuk Vagina Nia dari
bawah, “Ahhhh aduhhh pelhann… akk pelllaannnnhhh manggg…”Nia menahan
gerakanku yang liar dan brutal, “Suda.. hhhh mangg akhuu
Saja…Nnnnnnhh”sambil merengek-rengek Nia menahan gerakan-gerakan liarku, aku
mengikuti keinginannya.

Nia menggerakkan pinggulnya Naik turun, wajah seksinya bertambah seksi
ketika meringis-ringis , desahan dan juga rintihan silih berganti , sebuah
irama baru tercipta disertai rengekan-rengekan manja Nia ketika Tarida
menjulurkan lidahnya menjilati belahan pantat Nia, Feilin memeluk Nia dan
memainkan buah dadanya, Nia menahan nafasnya ketika cairan kewanitaannya
meledak tanpa ampun “brrrrrr… Kecrotttt…. Cruttt.. Uffff”Nia berusaha
mengambil nafas , butiran-butiran keringat meleleh dari kulitnya yang putih
mulus, Aku mencabut kemaluanku kemudian aku mengambil posisi dibelakang
tubuh Nia yang masih menungging kecapaian, kuselipkan kepala kemaluanku pada
sela-sela pantatnya dan satu sentakan kuat membuat tubuh Nia terdorong dan
tersungkur, ia merintih-rintih , aku memakluminya Nia pasti belum terbiasa
disodomi, begitu juga Tarida, beda banget dengan Feilin yang binal, ia sudah
terbukti dapat kuandalkan dalam memuaskan nafsuku, depan oke belakang oke.
Kutusukkan dan kutekan kemaluanku masuk lebih kedalam menelusuri Anus Nia
yang berdenyut-denyut “Enhhh Owww sakit… mangg sakitttt….”Nia kesakitan
ketika aku memompa anusnya kuat-kuat, Tarida dan Feilin menghibur Nia,
mereka berdua membelai-belai rambut Nia yang meringis-ringis kesakitan,
tubuh Nia terdorong-dorong maju-mundur, nafsu yang meledak-ledak didalam
diriku membuat aku lupa diri, aku tidak mempedulikan Nia yang berulang kali
mengeluh kesakitan , didalam kepalaku hanya ada keinginan untuk menikmati
kehangatan dan kenikmatan tubuh Nia yang mungil dan mulus.

Lumayan lama kugenjot lubang anus Nia dan “Arggggg…. Gejroott….
Krrootttttt”Air Maniku meledak didalam lubang Anus Nia, Kutarik kemaluanku
dengan kasar , Nia langsung merangkak menjauhiku Wajahnya terlihat menahan
sakit, kemudian Nia tersungkur diatas ranjang, dari lubang anusna meleleh
cairan putih dan kental, Sperma milikku, perlahan-lahan Nia membalikkan
tubuhnya, Nia terlentang diatas ranjang, Aku kembali menerkamnya , Nia
memohon supaya aku melepaskan dirinya , Ha ha ha mustahil aku melepaskan
santapanku, aku semakin asik menggeluti buah dadanya yang putih dan kencang.
Kumiringkan posisi Nia dan kuangkat kaki kanannya keatas,wajah Nia terlihat
seperti kuatir ketika aku hendak menusukkan kemaluanku,Jleb…kutusukkan
kemaluanku dengan lembut dan kemudian dengan hati-hati aku memompa Nia,
sepertinya Nia sangat menikmati tusukan-tusukanku yang lembut, matanya yang
sipit terpejam-pejam, bibirnya sedikit terbuka mendesah-desah “Nnnn
Hhhhhhhh… Crrr Crrrr” belum begitu lama aku melakukan gerakan memompa Nia
mengejan dan semprotan-semprotan cairan hangat mengguyur kemaluanku,
kukalahkan Nia berjali-kali sampai ia terengah-engah tanpa daya, kuremas
buah pantatnya dengan lembut kemudian kucabut kemaluanku dari lubang yang
sudah banjir, cairan kenikmatan Nia meleleh sampai membasahi seprai bermotif
Donald duck, Feilin mendorong tubuh tarida terlentang diatas ranjang

“Ayooo Manggg, kocok memeknya sampe lecetttt…. He he he” kemudian Feilin
memaksa mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar “Auhhhh tidakkk ehhh
Feiiii ” Tarida ketakutan melihat wajahku yang beringas, Tarida hampir
berhasil melepaskan kakinya namun “akkkk Niaaa!”Tarida gugup ketika Nia
menangkap kaki kanannya sedangkan Feilin menangkap kaki kirinya, secara
serentak Nia dan Feilin menarik kedua kaki Tarida keatas, sehingga kini
Tarida dalam posisi mengangkang , tubuhnya menggeliat-geliat tidak berdaya,
mulutnya terus memohon agar Feilin dan Nia melepaskan kedua kakinya.
“Hekkkkkkkkkk….Ohhhhhhhhhhh” mata Tarida melotot ketika aku dengan kasar
menjejalkan kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang sempit, mulutnya
menceracau seperti orang yang sedang mengingau, kemudian Tarida seperti
merengek-rengek ketika aku menggasak lubang Vaginanya kuat-kuat, kemudian
tubuhnya menggeliat dalam liukan yang menggetarkan jantungku
“Srrrr…Crrrrttt…crrrrrttt… Emmmmhhh”

Tarida tergeletak diatas ranjang, tubuhnya masih terguncang-guncang dengan
kuat mengikuti sodokan-sodokanku yang semakin liar, Nia dan Tarida terkekeh-
kekeh menertawakan temannya yang tergolek lemah. “Wooowww gilaaaaaa… Mang
Dhani memek Tarida sampe merah gitu he he he…kayak punyaku waktu
diperkosaaa”Feilin terkekeh-kekeh, Nia mengelusi paha Tarida , Feilin juga
mengelus-ngelus paha Tarida, Tarida terdiam seribu bahasa terkadang memekik
kecil, kemudian merintih-rintih dan “Auuffff…. Ssssshh Nggggg Crrrrr….
Crrrrrr” Tarida meregang ketika kenikmatan menghinggapi dirinya. Kuambil
guling dan kuganjal pinggul Tarida dengan Guling, kusuruh Feilin dan Nia
agar mereka menarik kaki tarida lebih keatas sehingga lubang anusnya ikut
terangkat naik dan “Jrebbbbb akkhh” Tarida meringis menahan sodokanku
“Owww!” satu jeritan panjang mengiringi melesatnya kemaluanku memasuki
lubang anus Tarida. “Akkk Oww mangg Ammm phunnn achhhhhhhh”Tarida
menggeleng-gelengkan kepalanya, rambutnya acak-acakan, jeritan-jeritan
kecilnya sering terdengar diiringi oleh senandung rengekan-rengekan yang
terdengar semakin manja, aku harus sering melatih Nia dan Tarida agar mereka
dapat “Allll In” seperti teman mereka Si kucing liar Feilin, tusukan-tusukan
yang cepat dan prima kutembakkan sedalam-dalamnya pada lubang Anus Tarida
yang sempit, lubang anus Tarida tampak kewalahan menghadapi
tusukan-tusukanku, lingkaran disekitar anus Tarida yang seperti cincin
terlihat tertekan masuk kedalam ketika aku menusukkan kemaluanku kuat-kuat
dan melejit tertarik keluar ketika aku menarik kemaluanku, mata Tarida
mendelik-delik ketika aku semakin liar dan semakin kuat memompa anusnya,
tiba-tiba tarida terisak-isak sepertinya ia kesal karena ketidak
berdayaannya menghentikan aksiku yang brutal.

Tarida memang paling cengeng diantara tiga gadisku yang cantik, melihat
Tarida yang menangis Feilin melepaskan sebelah kaki Tarida, kemudian ia
menggeser posisinya dan membelai-belai rambut Tarida, bibir Feilin menyumpal
bibir Tarida, hingga Tangisan Tarida agak teredam, Nia memeluk diriku dari
belakang dan berbisik perlahan”Terusss manggg colokkk yang
kuat…lampiaskanlah nafsu mang Dhani pada Tarida tapi kalau sama aku
pelan-pelan aja, jangan keras gitu yah mang Dhani sayang”dikecupnya pipiku,
aku tersenyum padanya kemudian mengangguk, Nia tampak tenang ia semakin erat
memelukku. “Mmmm Mmmmm.. Hmmmm”Suara suara itulah yang selanjutnya terdengar
dari mulut Tarida dan Feilin, bibir Feilin melumat-lumat bibir tarida dengan
buas, tubuh Tarida tiba-tiba mengejang dan “Hnnnhhhh crrrr… crrrrrrrrrrrr”
muncratlah cairan kewanitaan Tarida , cairan putih lengket yang beraroma
harum itu seperti es yang mencair meleleh dari sela-sela bibir Vagina
Tarida, kutarik kemaluanku lepas dari dalam anus Tarida, Nia dan Feilin
menghampiri kemaluanku , lidah mereka membersihkan kemaluanku yang sudah
basah kuyup , diemut-emutnya kepala kemaluanku, denyutan-denyutan kuat mulai
terasa diujung kemaluanku dan “Keccrooootttt…. Krrrrrooooootttt…
Srrrreeppphh… “

[image: Foto0090.jpg]

Bendungan Spermaku akhirnya jebol juga, Nia dan Feilin saling berebutan
membersihkan Air maniku yang meleleh, setelah selesai dan puas Feilin dan
Nia membaringkan tubuh mereka disamping Tarida yang sedang tertidur, ketiga
gadisku yang cantik dan mulus menggeliat dengan malas ketika aku merangkul
tubuh mereka, ciuman-ciumanku mampir dibibir mereka, kulumat lembut
bibir-bibir mereka yang terasa manis, desahan-desahan nafas yang memburu
perlahan-lahan mulai sirna , kehangatan dan kemulusan tubuh mereka bagaikan
selimut terenak dipagi hari yang indah ini, mulutku masih belum puas ,
kuemut-emut enam pasang payudara dibawah pelukanku, ketiga gadisku yang
cantik menggeliat-geliat kegelian, mata mereka terpejam kecapaian.

Setiap hari kulewatkan dengan hati senang, gembira dan puassssssss lahir
batin, sampai pada suatu hari ketenanganku terganggu ketika aku sedang
menunggu para gadisku yang hangat dan mulus. “duh lama amat padahal
seharusnya mereka sudah keluar” kataku dalam hati,aku tersenyum lebar ketika
dari kejauhan kulihat Tarida . Feilin dan Nia menghampiriku, namun bagaikan
tersambar petir disiang hari aku dikagetkan oleh pengaduan Tarida, Feilin
dan Nia. Dengan api kemarahan yang makin berkobar aku mendengarkan cerita
mereka bertiga, kemudian aku mencari sibrengsek itu, pantesan aja mereka
lama. Dari belakang perlahan-lahan kuhampiri sipeot yang kelihatannya tidak
sabaran menunggu sesuatu, kujambak rambutnya “Wadowww… akkkk!” Sipeot
kesakitan, kubanting dan kuinjak mahluk tidak tahu diri itu. “Hehhhh jangan
kurang ajar lu… mana keluarin….”aku membentaknya. Dari dalam saku celananya
ia mengeluarkan sesuatu… ternyata sebuah foto yang diprint diatas kertas HVS
waduhhhh dasar amatirannn…!!!!!

Setelah selesai melampiaskan amarahku kutinggalkan tubuh peot menyebalkan
itu. Sipeot tertatih-tatih matanya memandang geram “Awassss
looooeee!!!!!!!!!! Bangsattttt… dasar Monster “sipeot hanya berani
bersumpah-serapah ria didalam hati. Huuhh… ada-ada saja, untung
gadis-gadisku pandai dan cerdik, mereka menjanjikan sipeot bermain
dibelakang sekolah.. kalau tidak entah apa yang akan terjadi..? kini aku
tinggal pulang dan menikmati hidangan hangat diatas tempat tidur. Hari-hari
selanjutnya kujalani dengan normal sampai pada suatu saat ketika aku sedang
menunggu Tarida , Feilin dan Nia “Tok… Tokkk… tokkkkk”Aku membuka kaca
mobil, tiga orang polisi berpakaian preman mengepung mobilku, mereka tampak
sangar, setelah meminta KTP-ku, aku disuruh keluar dari mobil dan diangkut
kemarkas mereka, aku dituduh memperkosa tiga orang gadis Chinese, dikantor
ada sesosok tua renta yang sangat kukenali, keterangannya dan juga alat
bukti yang dikeluarkan oleh sipeot Parto membuatku tak berdaya, rekaman
pemerkosaan di lantai IV!!!!!!!!!!! Aku tidak dapat mengelak lagi, dengan
lesu akhirnya aku digiring masuk sel tahanan, sipeot tersenyum senang
melihat nasibku yang sudah tidak tertolong

*========The End======*

——————————————————————————————-

*Tuamaaaaaaaaaaaaatttttttttttt!!!*

Saddd Endingggg Storiessss!!!!!!!!!! Wakakakakakakaka……..2000X.

Waduhhh para mupengers jangan langsung loyo begitu duongg, he he he….
Sementara kita tinggalkan dulu si Dhani Anwar yang lagi ngeringkuk dibalik
sel penjara. Nah…. Sepeninggalan si Dhani, Tarida&Feilin dan juga Nia kini
terancam bagaikan binatang langka, tanpa ada yang melindungi sama sekali,
tanpa ada yang Ehmmm… uhukkk… uhukkk bla… bla… Blaaaa. Trus Gimana dong
nasib mereka…menghadapi sipeot Parto Satpam ngak tau diri disekolah itu yang
sudah bersiap-siap menjalankan aksi bejatnya…. Selamatkah mereka dari
cengkraman Parto ??????????? And Gimana nih Nasib  si Dhani selanjutnya ?
selanjutna dikupas tuntas di *liputan 6 petang *, yang tajam, actual dan
terpercaya. Ngomong-ngomong karena ceritanya rada-rada panjang dikit udah
beli cemilan blonnnnn….. beli dulu gih…mupeng boleh lanjottt tapi perut
jangan lupa pada diisi oceh ?, *euhhhh….stoppppp… !!!!!* Sebelon berdiri
beli cemilan, yang bawah jangan lupa *diturn off* dulu…^^  ntar yang liat
pada kaget….. !!

——————————————————————————————-

Sepeninggalan Dhani Anwar, Parto situa renta merasa dirinya bebas untuk
melampiaskan hasrat bejatnya. Disuatu hari yang sepi karena para murid dan
guru disekolah itu sudah berlarian pulang “He he he….” Sosok tua renta
mencegat langkah Tarida, Feilin dan Nia, Ketiga gadis itu memandangi sesosok
tua renta yang terkekeh-kekeh dihadapan mereka, mau ngapain lagi sih manusia
peot bau tanah ini “Sudah ketemu tasnya ya ? wa ha ha ha” Situa bangka
terbahak-bahak, rupanya mahluk peot inilah yang menyembunyikan tas Nia
sampai-sampai ketiga gadis itu sibuk mencari-cari tas yang mendadak
menghilang. Tanpa terlalu banyak basa-basi , siParto mengeluarkan beberapa
lembar Foto yang kali ini tercetak diatas photo paper… lumayan mulai tau
teknologi juga akhirnya…

Sipeot menghampiri Feilin dan dengan nafsu yang berkobar ia hendak menjamah
buah dada Feilin. “Heeeiii…. Jangan kurang ajar pak.. parto….Nanti saya
bilangin sama mang Dhani!!!!”Feilin membentak siParto. “Eee Ehhhh… jangan
sok kalian ini….i Dhani mah udah tamat… udah dikurung kayaknya ngak akan
keluar lagi….he he   Nanti saya sebarkan foto-foto ini baru tahu..
rasaaa!!!! Ayo masuk kedalam……..He he he” sipeot tambah ngelunjak, matanya
berkedip-kedip dengan genit menatap bagian-bagian terpenting ketiga gadis
Chinese yang masih terhalang oleh pakaian seragam mereka. Wajah Tarida,
Feilin dan Nia mendadak pucat mereka tidak menduga akan mengalami kejadian
seperti ini apalagi tanpa ada seorangpun yang dapat melindungi mereka, Dhani
Anwar kini mati kutu didalam sel penjara, ketiga gadis Chinese yang cantik
memandangi Parto dengan tatapan geram,pasti siParto inilah yang punya
kerjaan, pantasan saja mang Dhani menghilang tanpa meninggalkan kabar berita
,Dengan mudah Parto menggiring ketiga gadis Chinese kedalam kelas, pintu
kelas itu tertutup rapat namun didalam.

Situa bangka Parto terkekeh-kekeh menghampiri Nia, Nia terlihat serba –
salah ketika tangan yang kurus kering itu terjulur dan mulai membuka kancing
baju seragamnya satu persatu, Parto tersenyum ditariknya cup Bra Nia sebelah
kiri dan kanan sekaligus, Boinnnnnkk… mata situa bangka melotot ketika buah
dada Nia seperti melompat keluar dari sarangnya. Mulut parto dengan rakusnya
menjilati buah Susu Nia, mulutnya yang sudah ompong mengigit-gigit buah dada
Nia, Nia menatap Feilin dan Tarida, tatapannya seperti minta tolong pada
kedua temannya , sungguh mengenaskan nasib Nia, Feilin dan Tarida hanya
dapat memandangi teman mereka yang sedang dilahap susunya habis-habisan oleh
situa bangka. Nia menolak ketika parto mengajaknya berciuman, ia jijik
berciuman dengan siParto, dengan kasar situa bangka menjambak rambutnya dan
“Hmmm… mmm”bibir parto mengulum bibir Nia dengan rakus, suara berdecak-decak
keras mulai menghiasi ruangan kelas yang menjadi saksi bisu kebejatan Parto
seorang satpam tua disekolahan itu, Mata nia terpejam rapat-rapat, ia tidak
rela menjadi santapan situa bangka yang lebih pantas menjadi kakeknya,
biarpun Parto sudah berupaya maksimal tetap saja nia tidak bergairah
menghadapi mahluk kurus kering dihadapannya, Parto mengeluarkan sesuatu,
Dhuennnnn !!!!!!! senjata pamungkas superrrrrrr wakkkkkkk!!!!!! , beda
banget kemaluan Parto sama kemaluan Dhani anwar, duhhh paling Cuma 10 cm,
….. Nia merasa was-was, apalagi ketika Parto menekan bahunya agar dirinya
bersujud dihadapan kemaluan Parto yang sudah tegang , “Setiap ada kamu…..
mengapa jantungku…… berdetak lebih kencang……. seperti genderang mau
perang…..” Senandung Lagu itu menghiasi kepala parto yang pening karena
sudah lama menahan nafsu birahi.

Parto memaksa Nia menjilati kemaluannya, Lidah Nia terpaksa terjulur keluar
menjilati kemaluan Parto, mata parto melotot ketika lidah Nia
mengulas-ngulas batang kemaluannya. “uuuhhhhh… asiiikkkkkk….
Sedappppp….Auuhhhhh ayo hisappp!!!”mulut ompong itu menceracau tidak karuan.
“Huaaa duhhhhh… Uhhhhh” Mata si parjo melotot ketika kepala kemaluannya
diemut oleh Nia. Parto sudah tidak sabar ditariknya tubuh Nia dan
dibaringkannya diatas meja dikelas itu,Nia mulai terisak-isak ia merasa
tidak berdaya menghadapi kebejatan Parto, baru saja Parto menyibakkan rok
seragam Nia, Parto dan ketiga gadis cantik mulus tersentak kaget, mereka
mendengar suara langkah kaki mendekati ruangan kelas, dengan terburu-buru
Nia merapikan pakain seragamnya begitu juga parto ia merapikan seragam
satpam yang lusuh dan dekil.

Pintu kelas dibuka seseorang “Lohhhhh ?? kalian belum pulang….” Pak Diro
bertanya keheranan, ternyata guru disekolah itu, “Ehhh eeee itu… tas sekolah
Non Nia hilangg pak jadi saya membantu mencariii….” Parto dengan sedikit
akal bulus mengakali pak Diro. “Ooooo…. Sekarang Tasnya sudah ketemu ?”Pak
Diro bertanya tanpa merasa curiga. “Sud.. Sudahh pak”Nia menjawab dengan
Gugup, Pak Diro memang terkenal sebagai guru paling galak disekolah itu.
“Yaaa kalau sudah ketemu mau ngapain kalian disini… koq ngak pulang…Oo iya
Pak Parto tolong bawakan tas saya yang tertinggal kemobil!! “dengan tegas
Pak Diro memerintah Parto, kemudian Pak Diro melangkah keluar diikuti oleh
Parto, mulut parto tampak monyong karena niat bejatnya terganggu. Tarida,
Nia dan Feilin segera kabur meninggalkan parto yang memandangi ketiga Siswi
yang hampir saja menjadi korbannya.       Nia yang terus terisak-isak
menangis dihibur oleh kedua temannya. “Fei… kita ngak bisa begini
teruss…”Tarida termanyun-manyun, namun wajahnya tetap saja cantik. “Iya… aku
pikir juga begitu… huhhhh… untung saja kita selamat… kalo ngak entah gimana
nasib kita”Nia cemberut. “Hmmmm gimana kalau…….” Si kucing liar Feilin
tiba-tiba mempunyai sebuah akal bulus, sebuah akal bulus yang tanpa disadari
oleh ketiga gadis itu akan membuat mereka semakin terperosok jatuh kedalam
jurang keangkaramurkaan birahi. “Wahhhhh kamu cerdik sekali Feiiii…” Tarida
dan Nia memeluk Feilin, mereka bertiga bersiap-siap menjalankan siasatnya
menghadapi situa bangka Parto sekaligus mencari tahu dimana keberadaan Dhani
Anwar..

Parto situa bangka melintas melewati kantin, matanya menatap Feilin, Tarida
dan Nia yang sedang duduk-duduk dikantin, mereka tersenyum manis kepadanya,
jantung Parto mendadak berhenti ketika ketiga gadis Chinese dihadapannya
seperti sengaja menggoda Parto, mereka sedikit mengangkangkan kaki mereka,
glek… Parto menelan ludah melihat kemulusan paha Tarida,Feilin dan Nia.
Siang itu, Tarida, Feilin dan Nia seperti sengaja menunggu sekolah menjadi
sepi, para murid dan para guru sudah pulang sedari tadi,Parto seperti seekor
macan buas yang sedang mengincar mangsanya,ia berjalan mengendap-ngendap
dari belakang mendekati ketiga gadis Chinese incarannya. “Hupppppp….
Nahhhhhh!!! Mau kemana kalian sekaranggg….” Tangannya menyambar pinggang
Tarida. “Oww.. “Tarida menjerit kaget namun ia kemudian membalikkan tubuhnya
dan tersenyum manis , kini Parto yang tersentak kaget, ketiga gadis
dihadapannya tampak jinak, hal ini benar-benar diluar dugaannya. Feilin
meraih dan meletakkan tangan parto pada buah dadanya, tangan kurus kering
itu sampai gemetar ketika meremas buah susu Feilin. “Mang Parto mau liat
susu ?” Feilin menjajakan buah dadanya yang sedang diremas-remas Parto,
tanpa menunggu jawaban dari Parto Feilin membuka baju seragamnya, Feilin
menarik Cup Bhnya kebawah sehingga kedua buah dadanya tersembul keluar,
Lidah Parto terjulur-julur seperti seekor ular tua , kedua tangannya
membelit pinggang Feilin , rakus sekali Parto ketika menikmati buah dada
Feilin yang putih dan ranum, Feilin mendorong kepala yang sedang
rakus-rakusnya menikmati kenikmatan buahsusu.

“Jangan disini pak… lebih baik kita kerumah pak parto aja..” Feilin
tersenyum menggoda si tua Parto. Parto menelan ludahnya “Ngak usah… kita
disini aja… kita terusin dikelas… kemarenkan sempet… kepotong he he he”Parto
terkekeh-kekeh kemudian menggiring Tarida , Feilin dan Nia kedalam kelas.
Feilin garuk-garuk kepala karena siasatnya gagal atau mungkin juga perlu
pengorbanan terlebih dahulu untuk menjalankan siasat yang sudah tersusun
dengan rapi ??, mereka berniat mendapatkan semua bukti-bukti yang digunakan
Parto untuk menjalankan aksi bejatnya, berhasilkah mereka bertiga?  tapi
yang pasti kini…tangan parto meremas-remas susu Tarida, Tarida merasa serba
salah, mau lari sudah tidak mungkin, agar tidak terlalu menderita dirinya
pasrah mencoba menikmati permainan lidah Parto yang mulai menjilati buah
susunya yang lembut. Parto menarik Tarida dan membalikkan tubuh mulusnya,
kedua tangannya meremas-remas pinggul Tarida , tangan keriput itu menurunkan
resleting rok seragam sekolah Tarida, kemudian sambil berjongkok ditariknya
kain segitiga berwarna putih sampai terlepas dari tubuh Tarida. Parto
menarik kursi , diletakkannya kaki sebelah kiri Tarida keatas kursi,tubuh
Tarida sedikit menungging, kedua tangan Tarida bertumpu pada tembok
dihadapannya, sedangkan ia berjongkok dan mengendus-ngendus selangkangan
Tarida. Tarida menahan nafas merasakan lidah Parto menjelajahi Vaginanya
dari belakang, rasanya basah, hangat dan menjijikkan apalagi ketika mulut
Parto dengan rakus mulai melahap kenikmatan dilubang Vaginanya.

Semakin lama Perasaan jijik semakin sirna, tubuh Tarida tidak dapat
menyembunyikan cairan-cairan yang semakin lama semakin berontak ingin keluar
“akkkk… Crrrrrr”nafas Tarida memburu , sesekali tubuhnya tersentak-sentak
ketika merasakan mulut Parto yang menyedot-nyedot cairan gurih
diselangkangannya. Parto duduk diatas kursi sambil menarik turun pinggul
Tarida namun Tarida berontak melepaskan dirinya, Feilin dan Nia menghampiri
parto, mereka berdua membujuk parto agar bersabar, buaian dan juga rayuan
mulai membuat Parto lunak, apalagi ketika Feilin dan Nia menyodorkan buah
dada mereka agar dihisap-hisap oleh mulut situa yang sudah keriput, Parto
tambah terlena, Feilin bersujud dihadapan Parto, dengan menahan rasa jijik
ia meraih kemaluan parto yang kecil, dijilatinya kemaluan Parto dan
dihisap-hisapnya kepala kemaluan Parto.  Detik demi detik merayap perlahan,
menit-demi menit berlalu, jam demi jam melangkah menuju sore hari ,salah
satu pintu kelas disekolah mendadak terbuka , dari dalamnya keluar tiga
orang gadis Chinese yang cantik dan mulus diikuti oleh Parto, wajah situa
bangka terlihat puas. “Heee heee heeee… lain kali kita maen
lagiii…”Tangannya dengan kurang ajar meremas buah pantat Nia. “Supaya lebih
asik gimana kalau kita main dirumah mang Partoo ?”Feilin merengek manja.
“Iya manggg… supaya lebih leluasa…..”Tarida dan juga Nia ikut merengek
manja, Parto terkekeh-kekeh kemudian ia mengangguk tanda setuju. “Tapi
ingettt janji kalian bertiga…. Kalau dirumah boleh ngewee…kalo enggak
awas!!! “Parto mengeluarkan ultimatumnya., Feilin berusaha tersenyum manis
dan mengangguk.

Hari demi hari berlalu semenjak parto hampir berhasil memangsa tiga siswi
disekolahan itu yang super cute dan mulus, jika diperhatikan seolah-olah
tidak ada kejadian yang ganjil dan aneh namun pada suatu Siang ,wajah parto
tampak ceria ketika pintu rumahnya yang terletak ditempat terpencil diketuk
seseorang, dengan terburu-buru parto membuka pintu rumahnya, senyum
diwajahnya tambah lebar ketika matanya melihat siapa yang datang….  ”masuk
cepat !!!!” Parto buru-buru menggiring ketiga tamunya kedalam kamar,
tangannya yang keriput menelanjangi Tarida, Nia dan Feilin, kemudian Parto
melepaskan kain sarung yang dikenakan olehnya, dan Jrengggg kemaluannya yang
pendek dan tidak tahu diri itu mulai unjuk gigi. “Eiiiittt ntar dulu
manggg…”Nia menolak ketika Parto hendak memeluknya, “Lohhhh…. Kannn udah
janjii !!! gimana sihhh….!!!”Parto tampak sewot karena keinginannya
terbendung untuk yang kesekian kali. Feilin dan Tarida memeluk Parto
kemudian berbisik “Mang Parto sayangg… sebelumnya… kami penasaran ingin tahu
sejak kapan sih mang Parto mengetahui rahasia kami…trus dimana mang
Dhani??”Feilin membelai – belai ujung kemaluan Parto yang bentuknya seperti
helm, Tangan Tarida mengusap-ngusap buah pelir Situa Bangka.

“Wadhhh kalo itu mah gampangggg…Si Dhani dipenjara di…… dan soal itu…..
ntar aja, kita entotan dulu…”Parto melepaskan diri dari pelukan Tarida dan
Feilin , ia menerkam Nia yang berdiri gemetar ketakutan menghadapi monster
tua dihadapannya, tangan Parto membelit pinggang Nia , kedua tangannya
memeluk erat-erat tubuh Nia, mulutnya sudah sedari tadi menciumi Nia dengan
nafas tuanya yang memburu. “Owww…. Blukkk…”Nia kaget ketika Parto mendorong
tubuhnya jatuh keatas ranjang, belum juga hilang rasa kaget Nia, Parto
menggeram dan menerkam tubuh Nia, Parto menggesek-gesekkan kemaluan
kecilnya, pada belahan bibir Vagina Nia, tubuh Nia merinding ketika Parto
hendak menyodok Vaginanya.

“Outssss….ouuuhh” Parto mengeluh keenakan ketika tiba-tiba Tarida menyambar
kemaluannya dan “Sllllrppp… Sllllppppppp”Tarida menjilati kemaluan Parto.
“Aduhh gimana sihhh !! baru juga mau masukk…. Duhhh Hmmmmmmm Mmmmm”Parto
bersungut-sungut namun mulutnya segera disumpal oleh mulut Feilin, Tangan
Parto bergerak liar mengusap-ngusap dan memeluki tubuh Feilin, bahkan tangan
Parto yang keriput berulang kali meremas-remas Buah Susu Feilin. Nia
menghela nafas panjang-panjang…. Untung saja Tarida dan Feilin bertindak
menyelamatkannya, kalau tidak sudah pasti kenikmatan dan kemulusan tubuhnya
akan menjadi santapan empuk Parto. “Hee ekkkkkkhhh… Kecrott… Kecrotttttt..
Blukk”Parto sampai terjengkang dan jatuh duduk diatas ranjang tuanya yang
dekil, kemaluan Parto kian menciut. Feilin mendekap tubuh kering Parto dari
belakang, Jantung Parto sampai loncat ketika merasakan buah Susu Feilin
menempel dipungungnya, gesekan-gesekan halus membuai Parto, Feilin berbisik
manja ditelinganya

“Ayoo Mangggg.. liatttt… jangan biarkan kami penasaran…sejak kapan
mangggg…”Feilin tambah erat memeluk tubuh kering yang terkekeh-kekeh,
kemudian Parto bercerita panjang lebar tentang kapan dan bagaimana caranya
Parto mengabadikan rahasia ketiga gadis Chinese bersama Dhani Anwar.
“Terusss ditaro dimana ? kita nongton yukkkkk” Tarida bergelayut dengan
manja. “Ayooo manggggg…..”Nia ikut merengek. Jakun Parto turun naik,
kemudian tubuhnya berdiri dan dari sebuah laci dikeluarkannya setumpukan Cd
berisi rekaman persetubuhan Tarida, Nia dan Feilin, kemudian digiringnya
tubuh bugil ketiga gadis Chinese itu menuju ruang tamu, diputarnya satu
persatu sampai kelima CD itu selesai ditonton. “Nahh sekarang… “Parto
mendesakkan tubuh Tarida kesudut dinding, ia mengarahkan kemaluannya pada
lubang Vagina Tarida. “Ahhh… mangg Partooo… ngak seru ahhh!!!! masak
rekamannya Cuma segini… tadi katanya banyak….”Tarida menolakkan tubuh kurus
kering yang hendak menikmati lubang Vaginanya. Parto menarik nafas panjang
akhirnya ia menuju sebuah lemari diruangan itu, dibukanya pintu lemari
“Krettttt….”Suara pintu lemari yang sepertinya menyimpan banyak rahasia
didalamnya. Feilin, Tarida dan Nia tersenyum ketika Parto mengeluarkan
sebungkus Cd termasuk Kamera murahannya. “Ya sudahhh ini dikeluarkan
semuanya!!!! tapi Ayoooo Dooooooonnnnnggg….”Parto merengek ingin segera
mencicipi lubang kenikmatan para gadis Chinese dihadapannya. “Kalau gitu
mang Partoo mandi dulu gihhhhh…”Tarida mengecup pipi Parto yang keriput.
“Asiiiiikkkk……he he he”Parto terkekeh-kekeh senang, ia menuju kamar mandi
yang terletak dibelakang rumah, baru saja ia menutup pintu kamar mandi
tiba-tiba ia teringat , ia lupa mengambil handuk, Parto keluar lagi dan
menuju kamarnya………………………

“Heiiiiii…. Kalian mau apa… lohhhh ???” Parto memergoki Tarida , Nia dan
Feilin sedang terburu-buru memakai baju seragam mereka kembali, melihat
mangsanya berusaha melarikan diri Parto bergerak secepat kilat menghadang
mereka, Parto benar-benar gelap mata, kini seorang kakek Tua keriput dengan
tubuh telanjang bulat tengah berusaha menangkap mangsanya yang mulus dan
segar. Huppp… mangsanya yang pertama Tarida meloloskan diri disusul oleh
Feilin mangsanya yang kedua, Parto mengamuk bagaikan macan tua yang terluka
dan kini diterkamnya mangsanya yang ketiga Nia, waduhhhhh mampusssss
dahhhhhhh ! ternyata mangsanya yang ketiga lolos juga… bahkan Nia masih
sempat  melempar kain segitiga ajaib kearah wajahnya, Kain ajaib itu
menutupi pandangan mata Parto… raungan terdengar mengerikan dari mulut Parto
yang hanya tinggal geraham.

”Owww…….Gubrakkk” Ternyata keberuntungan berpihak pada Parto, mangsanya
yang ketiga Nia, kurang hati-hati, ia terpeleset jatuh keatas lantai, belum
juga hilang rasa sakit akibat terjatuh, parto menindih tubuh mulus Nia , Nia
menjerit kecil… ia berusaha melepaskan diri dari Parto yang begitu buas
menindihnya. “Sialannn luuu… Grrrrr… gua entot….lu Hiattttttt”Parto bagaikan
seorang pendekar mesum berusaha menaklukkan Nia. “Ohhhhhh tidakkkk
lepass…Tidakkkk…Nnnnnnnnhhhh”Nia melawan mati-matian ketika Parto
menyibakkan rok seragam sekolahnya keatas, Tangan Parto mencekik batang
leher Nia sampai Nia terkulai lemas kehabisan nafas, pandangan matanya agak
gelap seperti mau pingsan. “He he he……Cd yang kalian bawa Cuma backup-an ,
semuanya ada didalam computer…kali ini lu yang gua sikat dulu, temen lu yang
dua ntar pasti nyusul he he he ” Parto menggesek-gesekkan kemaluannya pada
Vagina Nia, sepertinya kali ini ia bakal berhasil menyetubuhi Nia yang sexy,
kemaluanya bergerak menekan dan perlahan namun pasti kepala kemaluan Parto
mulai merasakan jepitan dilubang Vagina Nia yang seret, Parto tersenyum
merasakan kepala kemaluannya mulai tengelam dilubang sempit yang hangat dan
nikmat, ia hendak menjebloskan kemaluannya , Nia hanya dapat memandangi
Parto yang terkekeh-kekeh diatas tubuhnya, pandangan matanya masih nanar
akibat dicekik oleh Parto ,tubuh tua Parto mulai bergerak mengambil
ancang-ancang untuk melakukan *“peluncuran roketnya”*
dan…!!”Jrebbbbbb…Wuadowww!!!!!!!”

Mata Parto melotot, Parto melolong kesakitan setengah mati ketika merasakan
sesuatu menyerang tubuhnya dari belakang, bahkan bukan hanya itu serangan
benda itu berlanjut dan menekan kedalam tubuhnya, sebatang bolpen kini
tertancap dilubang anusnya, tubuhnya menggelepar-gelepar. Feilin dan Tarida
menyingkirkan tubuh tua Parto dari atas tubuh Nia, Nia yang ketakutan
dibantu berdiri oleh kedua temannya, “Niaaa cepet….mau ngapain ?” Tarida
keheranan melihat Nia dengan terburu-buru membuka casing computer diruangan
itu, Nia mencari-cari obeng kecil dilaci meja dan kemudian dengan terampil
Nia membongkar Harddisk bermerek Seagate, Feilin menarik tangan Nia dan
kabur dari rumah Parto, Parto mengerang kesakitan, menungging tanpa daya
dengan sebatang bolpen tertancap dianusnya, matanya terpejam rapat…….
Kayaknya sih kelenger deh macan tua kita yang hebat.

Sudah berhari-hari Parto tidak masuk kerja, sampai akhirnya simacan tua
muncul kembali digerbang sekolah namun langkahnya masih agak….aneh. Feilin,
Tarida dan Nia tersenyum – senyum kecil ketika melihat Parto berjalan dengan
langkah yang agak mengangkang, akhirnya ketiga gadis super Cute dan mulus
itu tidak dapat lagi menahan tawa mereka membayangkan sebuah bolpen yang
menusuk Parto, tepat dilubang anusnya. Siang hari itu parto kembali mencegat
Feilin, Tarida dan Nia, Parto mengertak mereka. “Saya berikan kesempatan
terakhir…. Sebaiknya kalian menyerahkan diri…kalau tidakk!!! Saya akann….
“Pidato Parto mendadak terhenti ketika…….. “Pletak….” Feilin menjitak jidat
Parto, “Ihhh Dasar…” Tarida mencibir kemudian berlalu meninggalkan parto
“Tarida… Feiiii Tunggu” Nia berlari kecil mengikuti langkah kedua temannya,
Nia menengok kebelakang, tubuhnya bergidik melihat mulut ompong Parto yang
pernah melahap buah dadanya dengan rakus. Parto mengusap-ngusap jidatnya ,
Mulutnya yang ompong termanyun-manyun.

Siang Hari disebuah rumah mewah, Para Siswi Chinese yang mulus tengah
mengadakan rapat penting, Tarida, Feilin dan juga Nia berniat membebaskan
Dhani Anwar, mereka dengan sukarela menguras tabungan di Bank BCA demi
membebaskan Dhani. Pada Hari Sabtu………… , disebuah Lembaga permasyarakatan,
tiga gadis Chinese tampak gelisah menunggu seseorang, mendadak pintu ruangan
itu terbuka dan masuklah seorang Pria bertubuh gemuk berlemak, dan berwajah
garang, , mata sigemuk memandang Tarida, Nia dan Feilin dengan Tatapan
menyelidik. “Ehmmmm nahhh adik-adik ada keperluan apa  mencari saya ?”
Sigemuk membuka pembicaraan. “Mmmm begini pakkk.. apa benar Dhani ditahan
disini….?” Feilin memberanikan diri bertanya pada Sigemuk  ”Betul… ada
keperluan apa adik-adik menanyakan Dhani Anwar…?”dengan tanpa ekspresi
sigemuk balik bertanya. “Begini Pakk… kami ingin menjamin Mang Dhani , ini
uang jaminan sejumlah 50 juta rupiah….”Tarida mengeluarkan amplop coklat
berisi uang sejumlah 50 juta rupiah. “Brakkk…!!!! Kalian pikir… saya ini
seorang koruptor yang bisa disogok !!!! Selama 20 tahun lebih saya bekerja…
saya belum pernah menerima uang haramm !!!!… Sebaiknya adik-adik pulang
kerumah… belajarlah baik-baik agar berguna bagi masa depan adik-adik
semua….nah silahkan….. saya masih banyak urusan”Sigemuk menasihati Tarida,
Feilin dan Nia, mereka sangat kecewa mendengar kata-kata yang keluar dari
mulut sigemuk, apalagi si gemuk sudah mempersilahkan mereka keluar dari
ruangannya.

Tiba-tiba Tarida berbalik dan berkata “Kalau kurang…. Saya bisa memberikan
lebih koqq pack”Tarida melangkah mendekati sigemuk. “Sayakan sudah bilang
kalau saya tidak menerima sogokan dalam bentuk apapun….sebaiknya kalian…
Glekkkkk”kata-kata sigemuk mendadak berhenti ketika Tarida duduk diatas meja
dihadapan sigemuk, dengan sengaja tangannya menyibakkan rok seragamnya
keatas, kurang lebih 5 cm diatas lutut. “Bukan pakai uang koq pakkk…”Feilin
berbisik ditelinga sigemuk, dengan menahan rasa jijik Nia mencium pipi
Sigemuk. “Ehmmmm Glekkk… Glekkk” Sigemuk kehabisan kata-kata,
pikiran-pikiran kotor mulai memenuhi benaknya, selama ini ia sering
mendengar cerita dari teman-teman sejawatnya tentang gadis-gadis sekolahan
yang bisa dibooking, namun hanya sebatas mendengarkan saja. Mata sigemuk
memandangi Paha tarida yang tampak mulus, Feilin tersenyum kecil kemudian ia
membimbing Tangan sigemuk agar hinggap dipaha Tarida. Tangan sigemuk merayap
dan mulai menikmati permukaan Paha Tarida, sigemuk menggeser kursi yang
didudukinya agar lebih dekat kemeja, tangannya terus merayap-rayap, mulus
dan halus, tangannya bergerak hendak menyibakkan rok seragam Tarida, Tarida
menahan rok seragamnya “Gimana Pakkk… boleh ?”senyumannya menggoda sigemuk.
“Ehmm… begini…. Mmm..  saya mungkin dapat membantu membebaskan karena
berkelakuan baik… ya seperti pemotongan masa tahanan… itu saja….katakanlah 3
bulan saja didalam penjara….. Bagaimana ?”sigemuk mengajukan penawaran.
Tarida Nia dan Feilin saling pandang kemudian mereka mengangguk tanda
setuju. “Tapi…. Kalian harus janji dulu….. sering kemari…untuk he he he”

Sigemuk tidak melanjutkan kata-katanya, baginya aksi lebih penting daripada
kata-kata, disibakkannya rok seragam Tarida keatas, Tarida diam kali ini ia
membiarkan kemauan sigemuk,merasa diberi angin sigemuk semakin berani,
ditariknya turun celana dalam tarida. Tarida mengangkangkan kedua belah
pahanya lebar-lebar, sigemuk meleletkan lidahnya,matanya berbinar-binar
menatap selangkangan Tarida, sambil meletakkan kedua kaki Tarida pada
bahunya ,kini kepala sigemuk bergerak mendekati selangkangan Tarida yang
terbuka lebar. “Sllllppp… Slllpppppp… Sllllllll”lidahnya bermain , rakus dan
garang bermain digundukan mungil beraroma khas Vagina. Tubuh Tarida
tersentak – sentak ketika sigemuk semakin garang , tubuh tarida agak miring
kebelakang, kedua tangan Tarida bertumpu pada meja diruangan itu. “Esttt
ouhhhh….”Kadang-kadang tangan Tarida menahan kepala sigemuk yang terlalu
garang menikmati vaginanya, lidah sigemuk menggeliat liar mengait-ngait
clitoris Tarida , sigemuk tidak menyia-nyiakan cairan – cairan yang semakin
banyak meleleh membasahi Lubang Vagina Tarida, mulutnya berkali-kali
menghisap-hisap cairan-cairan yang rasanya gurih dan  lezat.

Tiba-tiba sigemuk berdiri dan melepaskan Celana dinasnya. Senjata sigemuk
+/- 12 cm , hmm ukuran standar , Sigemuk tersenyum lebar ketika Feilin
bersujud dan meraih kemaluannya,lidah Feilin menyapu kesana kemari, bahkan
dengan berani dikulumnya kepala kemaluan sigemuk yang bentuknya seperti
helm, service Feilin yang liar menyenangkan hatinya, kedua tangan sigemuk
bergerak lincah melepaskan kancing baju seragam sekolah yang dikenakan oleh
Tarida, kemudian Bra Tarida dilucuti dan dilempar oleh segemuk, sepasang bra
Tarida harus rela meninggalkan Buas Susu majikannya kini diremas-remas oleh
siGemuk, beberapa saat kemudian  Sigemuk menarik kemaluannya dari mulut
Feilin, tanpa permisi sigemuk menjebloskan kemaluannya kedalam lubang Vagina
Tarida,tusukan sigemuk yang kasar membuat tubuh Tarida tersentak, tubuh
Tarida terguncang-guncang ketika sigemuk mulai memacu kemaluannya dengan
cepat, Mata sigemuk melotot melihat buah Susu Tarida yang bergerak-gerak
terombang-ambing tanpa daya, Sssssshhh sigemuk harus mengakui memang benar
kata-teman – temannya, lubang Vagina gadis sekolahan lebih seret dan lebih
enak, begitu muda dan mulus.

Kalau soal ukuran penis jelas saja sigemuk kalah dengan Dhani Anwar, tapi
soal ketahanan boleh juga rupanya, Tarida sampai kewalahan dibuatnya, besar
tenaga besar pula nafsunya, sudah dua kali Tarida terkulai lemas, dikalahkan
oleh segemuk, sigemuk mencabut kemaluannya, kini giliran Feilin yang maju,
dijilatinya kemaluan sigemuk yang sudah basah kuyup, Feilin mendorong tubuh
sigemuk agar ia duduk disofa , Feilin menurunkan pinggulnya perlahan-lahan,
sigemuk yang sudah tidak sabaran menarik pinggul Feilin dan menyentakkan
kemaluannya keatas, amblaslah kemaluan sigemuk memasuki lubang Feilin yang
sempit, Feilin tersenyum kemudian menarik kepala sigemuk kearah buah dadanya
, sigemuk tampak jinak dan kini mengemut-ngemut buah Susu Feilin, mendadak
mata sigemuk melotot ketika Feilin memulai permainannya yang liar,
pinggulnya bergerak-gerak  liar, bahkan berkali-kali Feilin memutar
pinggulnya, gerakan-gerakan Feilin yang binal membuat sigemuk sering
terperangah dan meringis keenakan, setelah beberapa saat sigemuk mulai dapat
menguasai diri kembali, kemaluannya menyerang Vagina Feilin dengan garang
dan sangar, ciumannya kasar dan rakus, “Plefff.. plepppp.. pppppeepphh…..
pppppfff”

[image: Foto0091.jpg]

Suara-suara becek terdengar keras , sekeras Feilin dan sigemuk beraksi,
Sigemuk tidak mau kalah begitu saja, jarinya merayap kebelakang,
mencari-cari celah diantara himpitan buah pantat dan “Achhhh….” Tiba-tiba
gerakan Feilin tertahan, jari segemuk menusuk lubang anusnya, sigemuk
menikmati ekspresi Feilin yang tampak sensual,sigemuk kini kembali melakukan
serangan yang kasar dan bertubi-tubi, karena lubang anusnya sudah dikuasai
oleh sigemuk, gerakan Feilin menjadi terbatas, serangan demi serangan
semakin membuatnya melayang-layang tinggi dan semakin tinggi , akhirnya
disertai satu pekikan kecil Feilin seolah-olah dicampakkan kejurang yang
paling dalam, keringat Feilin yang harum bercampur dengan keringat sigemuk,
tangan sigemuk meremas dan mengelus kesana kemari seolah-olah sedang melukis
ditubuh Feilin yang basah. Feilin turun dari tubuh sigemuk, Feilin manarik
Nia yang sedang asik melakukan onani, “Masih sanggup pak ?” Feilin tersenyum
seolah-olah menantang sigemuk.

Sigemuk tersenyum tanpa banyak bicara sigemuk menarik tubuh Nia
kepangkuannya, kemudian tubuh berlemak itu menjatuhkan dirinya kebelakang,
kini sigemuk  bersandar santai sambil memeluk Nia. Nia terlihat risih karena
tubuh sigemuk sudah basah banjir keringat, tangan sigemuk mengelus-ngelus
paha Nia,  kini jari sigemuk hinggap diselangkangan Nia, mulut Nia terbuka
seperti mau mengucapkan huruf A, matanya terpejam-pejam ketika Clitorisnya
digesek-gesek oleh sigemuk, kasar sekali sigemuk memainkan tubuh Nia.
“Pelan-pelan pak Ahhhh”Nia kewalahan, sigemuk malah semakin garang dan
galak, Nia tidak tahu apa dan bagaimana tapi permainan kasar sigemuk agak
berbeda, bahkan bibir sigemuk menciumi bibirnya dengan liar , perlahan namun
pasti Nia mulai terpengaruhi oleh permainan seks si gemuk, ternyata lebih
enak yang hardcore pikir Nia.

Nia berusaha menyambut ciuman sigemuk, kini bibir Nia dan sigemuk bersatu
erat, saling hisap dan saling mengulum. Tarida dan Feilin saling
berpandangan, mereka mendekati Nia yang sedang sibuk melayani sigemuk “Hmmm
Hmmmmm…”bibir Nia diemut-emut oleh sigemuk, tangan sigemuk meremas
selangkangan Nia, sigemuk kini mendorong pinggul Nia keatas, ia hendak
mengarahkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, namun Tarida malah
mengarahkan kemaluan sigemuk pada lubang anus Nia, sigemuk menatap Nia dari
belakang dengan tatapan mesum, selama ini sigemuk belum pernah melakukan
sodomi, dengan penasaran sigemuk menarik pinggul Nia dan……….

“Urrhhh…..Arrrrrrrggghhhhhh” Sigemuk, mengeluh merasakan kemaluannya
memasuki lubang anus Nia, rasa nikmat terasa semakin menggerogoti
kemaluannya, tangannya semakin kuat menekan pinggul Nia kebawah sampai
akhirnya Nia dengan sempurna menduduki kemaluan sigemuk, kedua tangan
bergerak menggerayangi Buah Susu Nia dari belakang, nafasnya
mengeram-geram,gerakan-gerakan kemaluan sigemuk yang kasar
menyentak-nyentakkan tubuh Nia keatas.”Ohhhhhhhhh……..” Nia membelakkan
matanya yang sipit ketika jari tangan sigemuk kini mengait-ngait
clitorisnya, sigemuk semakin barbar, Nia sampai menjerit-jerit kecil , Nia
benar-benar tidak tahan ketika sigemuk melahap kehangatan dan kenikmatan
dari tubuhnya yang mulus, feilin menutup mulut Nia dengan telapak tangannya
agar suara Nia tidak terlalu keras, Tarida membelai-belai Nia, Tarida dan
Feilin tersenyum kecil melihat sigemuk, tubuh besarnya bergerak liar,
menikmati kehangatan dan mulusnya tubuh mereka “Aahhhhh….Crrrr… Crrrrrrrr”

“Arrgghhhhhhhh… kecrotttt… kecrotttttt” Nia dan sigemuk seperti berduet
menyanyikan lagu kenikmatan, namun rupanya sigemuk belum puas ia masih ingin
terus bertualang didunia barunya, dunia yang penuh kenikmatan, desahan dan
juga rintihan yang membangkitkan birahi. Beberapa lama kemudian pintu kantor
sigemuk baru terbuka, dari dalamnya keluar tiga orang gadis Chinese,
perjalanan didepan mereka masih jauh dan panjang.

Didalam ruangan sigemuk memandangi kepergian Tarida, Feilin dan Nia,
bibirnya tersenyum puas, dimasukkannya surat pembebasan Dhani Anwar karena
berkelakuan baik kedalam laci dimeja dinasnya,  ha ha ha tiga bulan yang
menyenangkan… begitulah pikiran sigemuk, ide-ide porno mulai bermunculan
dikepalanya. Hari demi hari terus berlanjut, semakin lama permintaan sigemuk
semakin aneh, nari Striptease,belly dance, trus mulai permintaan yang tidak
senonoh,pamer paha didepan anak buah sigemuk, pamer dada… telanjang bulat
dan yang paling gila adalah permintaan dihari minggu (untuk saat ini),
telanjang dilorong sel penjara. Tarida, Nia dan Feilin protes, mereka
menolak untuk melakukan hal-hal aneh yang semakin melecehkan mereka. Sigemuk
hanya tersenyum sinis “Terserah kalian… tapi he he he surat ini ada ditangan
saya” sigemuk mengacungkan surat pembebasan Dhani Anwar. Pada Hari minggu
Tarida, Feilin dan Nia pulang agak larut, setelah selesai memuaskan nafsu
sigemuk……, namun kali ini wajah mereka tampak kusut memikirkan permintaan
sigemuk yang semakin tidak masuk akal, Hari senin yang mengerikan tengah
menanti tubuh mulus mereka bertiga, sesuai dengan semboyan sejati “I don’t
like Monday”.

Senin siang, Tarida , Feilin dan Nia digiring oleh sigemuk, baru kali ini
mereka masuk kedalam sel penjara, lorong yang panjang, jeruji besi yang
kokoh Ohh..!! Entah apa yang menanti mereka disana. Sigemuk terkekeh-kekeh
membuka pintu berjeruji didepannya, suara berderit terdengar memekakkan
telinga, kini disebelah kiri dan kanan terpampang wajah-wajah sangar,
manusia yang tampak liar, kulit mereka hitam karena terlalu sering dijemur ,
buas, bersorak-sorak nakal,kata-kata jorok dan kasar teerdengar riuh rendah.
Sigemuk menyuruh Tarida, Nia dan Feilin agar segera melepaskan pakaian
mereka, namun mana mau mereka melakukan hal segila itu, sigemuk
terkekeh-kekeh dipeluknya tubuh Feilin dari belakang, Feilin meronta ,
“Ingat… kamu ingin membebaskan Dhani bukan…? He he he” sigemuk berbisik
ditelinganya, Feilin terdiam, perasaan tidak berdaya , malu, dilecehkan
bercampur didadanya, tangan sigemuk bergerak mulai melepaskan kancing baju
seragam Feilin, satu-persatu kancing baju seragam Feilin terlepas tanpa
daya, bahkan Bra Feilinpun dilucuti tanpa ampun oleh Sigemuk, buah Susu
Feilin menjadi tontonan mahluk-mahluk kelaparan ,yang berteriak-teriak liar
dari balik balik jeruji.

Pelecehan yang dilakukan sigemuk masih terus berlanjut. Tangan sigemuk
menarik turun resleting rok seragam yang dikenakan Feilin,kemudian siemuk
bersujud sambil menarik turun celana dalam Feilin, mata -mata haus seks,
berbinar-binar menyaksikan tubuh Mulus dihadapan mereka, decak kekaguman
berkumandang bersahutan, kini sigemuk mengeluarkan kemaluannya, ditariknya
pinggul Feilin agar ia berdiri dalam  posisi agak menungging, Feilin
tergagap-gagap memohon, menolak pelecehan yang dilakukan oleh sigemuk,
sesuatu yang hangat, dan keras mulai memasuki lubang anusnya, selanjutnya
tubuhnya terayun mengikuti helaan kemaluan sigemuk yang semakin liar,entah
kenapa Feilin merasakan suatu sensasi tersendiri ketika menyadari dirinya
sedang ditonton oleh berpuluh-puluh napi yang kini sedang memandangi sekujur
tubuhnya, tatapan mata mereka seolah-olah berteriak-teriak *“We want sex”
“We want sex”*, atau mungkin juga ini akibat perasaan tidak berdaya yang
semakin hebat melanda akal sehatnya ?, apakah  karena perasaan dilecehkan
yang akhirnya justru berbuah kenikmatan ? , Feilin tidak sempat berpikir
lebih jauh karena rasa nikmat yang tadi terbendung seakan – akan meledak
dari dalam lubang Vaginanya. Kini pada saat sigemuk meremas-remas buah
susunya , tanpa disadari kedua tangan Feilin terangkat kebelakang berkalung
pada leher sigemuk, pinggulnya mulai bergerak-gerak menikmati permainan
sigemuk yang semakin garang. Rintihan demi rintihan kini terdengar
mengiringi teriakan-teriakan liar , kotor dan mesum, sigemuk tersenyum
merasakan Feilin mulai menikmati permainan gilanya. Sigemuk membalikkan
tubuh Feilin kini lidahnya terjulur keluar mengajak Feilin untuk berciuman

“‘Hmmm….mmmmmhhhh” suara Mulut Feilin tersumpal oleh mulut sigemuk yang
mengemut-ngemut dengan kasar. “Nnnggghhh” Feilin meregangkan kedua kakinya
agar kemaluan sigemuk dapat lebih mudah menusuk lubang Vaginanya,
selanjutnya mereka berdua asik melakukan gerakan-gerakan liar yang
membangkitkan birahi. Sigemuk mencabut kemaluannya kemudian mendorong tubuh
Feilin kearah jeruji besi, entah berapa pasang tangan terjulur keluar dari
sela-sela jeruji besi ,berebut mengelus dan membelai tubuh Feilin yang mulus
dari belakang, sigemuk tertawa dan semakin menempelkan tubuh Feilin
bersandar kearah jeruji besi, Feilin meronta merasakan tubuhnya mulai
dinikmati oleh tangan-tangan nakal, membelai, mengelus dan meremasi buah
pantat , dan juga ada yang menyelinap meremas-remas buah Susunya, seperti
scenario dewi persik… percuma saja Feilin berusaha menepiskan tangan-tangan
nakal yang bermain disekujur tubuhnya “Jangan…. Ohhh Tidakkk Achhhh” Feilin
terus memohon, kedua tangannya kini dipegangi terentang kesamping, entah
siapa yang melakukannya, Feilin menolehkan wajahnya ketika merasakan
jilatan-jilatan ditelapak tangannya, sang pelaku balas menatap feilin dengan
tatapan mesumnya.

Sigemuk menghampiri Nia , Nia tampak ketakutan ketika sigemuk mendorongnya,
Tangan-tangan kelaparan segera menarik tubuh Nia, Nia meronta-ronta berusaha
menarik tubuhnya yang semakin terseret merapat kejeruji besi yang dingin,
kedua tangan Nia dipegangi kesamping, Mata Nia mendelik ketika merasakan
beberapa tangan menyelinap kebalik rok seragam sekolahnya, mengelus paha
Nia, membelai bahkan berani  menarik celana dalam Nia. Sigemuk
terkekeh-kekeh , ia menekan bahu tarida agar Tarida bersujud dihadapannya
kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya ke mulut Tarida. Mata Sigemuk
berbinar-binar menyaksikan Feilin yang sedang meronta-ronta, tangan-tangan
jahil berebutan merayap diselangkangannya , Nia tak berdaya ditelanjangi
oleh Tangan-tangan Nakal, Sigemuk menarik bahu tarida kemudian dengan kasar
didorongnya Tarida kearah jeruji besi, dimana telah menanti tangan-tangan
yang menggapai-gapai berusaha meraih tubuh Tarida “Aww…” Tarida panic ketika
menyadari dirinya sudah dipegangi oleh tangan-tangan liar yang merejang
kedua tangan Tarida. Tangan – tangan liar itu berusaha menelanjanginya
dengan kasar, Tarida merintih lirih ketika sebuah tangan merayap ,
mengobel-ngobel bibir Vagina Tarida.  “Ha ha ha ha ha…” sigemuk tertawa , ia
mencelupkan kemaluannya pada lubang Vagina Nia, tersorot kegilaan disinar
matanya, sinar mata manusia abnormal………

Tanpa Terasa waktu sudah memasuki bulan kedua, masa perjanjian dengan
sigemuk hampir berakhir, Pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh sigemuk
selama ini semakin membuat Tarida, Feilin dan Nia terperosok kedalam sebuah
dunia baru, tanpa mereka sadari prilaku seks mereka semakin menyimpang, kini
tanpa rasa malu mereka berani menarikan tarian Striptease dihadapan para
napi yang haus seks, sorak-sorai para lelaki dibalik jeruji seolah-olah
merupakan pujian bagi tarian mereka yang menggairahkan dan membangkitkan
birahi., Feilin yang binal semakin liar, demikian pula prilaku  Tarida
semakin nakal dan menggoda, Nia yang tadinya pemalu kini berubah total,
keinginan untuk memamerkan kemolekan dan kemulusan tubuhnya selalu
menggebu-gebu tanpa akhir, haus ingin melihat kemaluan-kemaluan berbagai
ukuran yang masih terpenjara dibalik jeruji besi. Hari minggu siang, ruangan
kantor sigemuk tampak sepi, “Kringgg….. Kringggg… Kringgggg…. Kringggg”
bunyi suara telepon dari dalam ruangan yang selama 2 bulan ini sudah banyak
menyimpan berbagai macam rahasia, terdengar langkah-langkah berat melangkah
terburu-buru, “Hallo… Ya.. pak … sudah siapp… yaaa… sudah… sudahhh
semuanya”sigemuk menjawab serius, rupanya ada telopon dari orang penting,
sigemuk menghela nafas panjang-panjang. Tarida, Nia dan Feilin tidak ada
didalam ruangan itu, apakah mereka cuti…?…………………  Hmmmmm sepertinya enggak
mungkin dehhh…. Liat aja muka sigemuk yang cengengesan ngak puguh itu ,
dengan santai sigemuk melangkah menuju Blok F, tempat sigemuk memuaskan
Fantasi seksnya yang paling liar.

Telinga sigemuk mulai mendengar, desahan nafas tertahan, dan juga
bisikan-bisikan kotor, Feilin tengah bersujud didepan jeruji besi, mulutnya
sibuk mengemut-ngemut kemaluan para pria yang tersembul dari sela-sela
jeruji besi, kedua tangannya sibuk mengocok-ngocok kesana kemari, Nia yang
pemalu semakin pandai, lidahnya terjulur liar menjilat kesana kemari,
“Kecrooottt…” Nia buru-buru menghisap cairan sperma yang muncrat dari
kemaluan disamping kepalanya, kemaluan yang baru terpuaskan itu terkulai dan
mengecil, namun segera digantikan oleh kemaluan baru yang masih fresh milik
napi lain, Tarida lagi asik menyusui para Napi, Susu Tarida menyelinap
diantara sela-sela jeruji besi, dan langsung menjadi santapan mahluk-mahluk
buas didalam sana.

“Utsss…..”Tangan Tarida menahan sebuah kemaluan nakal yang mencoba menusuk
Vaginanya dari sela-sela jeruji besi, Tarida memundurkan pinggulnya
kebelakang sehingga pemilik kemaluan itu menghela nafas kecewa. Tarida
tersenyum menggoda kemudian menarik kemaluan nakal yang sedang kecewa itu,
diremas dan dikocok-kocoknya, Tarida bersujud dihadapan pemilik kemaluan
yang malang… lidahnya keluar terjulur menjilati dan mengelitik lubang
dikepala kemaluan sang Napi malang, diemut, dikulum dan dihisapnya
kuat-kuat, cukup lama Tarida berusaha menaklukkan ular besar didalam
mulutnya dan “Srrrppp.. srrrppppp…….” Tarida menelan cairan yang menyemprot
didalam mulutnya, semua itu disaksikan oleh sigemuk,    “He he he… sekarang
kita bermain yang lain…..” sigemuk mengacung-ngacungkan kunci ditangannya,
“Gimana kalau kalian sekalian masuk kedalam dan memuaskan mereka semua ha ha
ha ha…. Gue pengen liat lu semua dientot rame-rame!!!!!! Diperkosaaaa
rame-rame ha ha haha”Perutnya yang gemuk terguncang-guncang karena tertawa.
“Setuju…!!! Masukin aja pak” “Asikkk……Amoy geulis” “Pakkkk ngak sabarrrr…
pengen ngewe nihh!!!!!!” Para Napi berteriak riuh rendah. Feilin, Nia dan
Tarida sampai pucat pasi ketika mendengar keinginan aneh sigemuk. Mereka
memohon memelas, tampaknya biarpun Tarida, Nia dan Feilin  sudah ketagihan
kemaluan Pria, mereka masih mempunyai harga diri, “diperkosa
beramai-ramai……..” kata-kata itu bagaikan petir disiang bolong, sigemuk
terkekeh-kekeh , mereka memohon agar sigemuk mau mengurungkan niatnya. “Ya
udah gini aja…!!!! Gua udah sumputin I buah kunci disepanjang lorong sana…
terserah nasib kalian… bisa lolos apa ngak!!!… *nah 15 menit dari sekarang
Saya buka semua pintu sel disini…!!!!!*“

Sigemuk memainkan sebuah permainan gila. “Jangan… pakkk” Nia ketakutan
memohon pada sigemuk, Tarida dan Feilin merayu sigemuk, namun sigemuk malah
membentak mereka “Gua udah baek ngasih lu semua kesempatan!!! Apa perlu gua
buka sekarang hahhh!!!!!!!! ” sigemuk mendekati pintu sel berlagak hendak
membuka pintu berjeruji besi dihadapannya. Nia, Tarida dan Feilin berlari
tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang mulus…. Mereka berusaha
meloloskan diri dari permainan gila sigemuk,  diiringi jeritan – jeritan
penuh nafsu birahi dibelakang mereka. Sang waktu seolah melangkah cepat
mengejar , bergelora bagaikan amukan  waktu ………………………., mahluk-mahluk
dibelakang mereka berteriak-teriak , tidak sabar ingin segera menerkam dan
menikmati tubuh-tubuh mulus yang berusaha melarikan diri.

**************************

Fiuhhhh … Hossshhh Hooosssshhhhhh !!!!!, ceritanya…. Sampe disini dulu
yah…….. gimanakah kelanjutan nasib Tarida, Nia dan Feilin ?…. akan
berakhirkah penderitaan mereka ? selanjutnya di *Ivestigasi….. *Enggg…!!!
Ingggggg….!!! Engggggg….!!!!!  The GangBang Continued…. sekilas beritanya
dibawah ini…. ^^

Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku
mengikuti orang itu,

“Rhon… biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…. Aku harus
menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik, menyadari Tiga gadisnya dalam
bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?” Dhani Anwar
menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir …. Semuanya beres….
Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani
mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat
lamanya , walaupun mereka sudah sulit dikenali dengan wajah dan fisik yang
hancur tapi mereka tetap sahabat Dhani yang paling setia . Berhasilkah
rencana Dhani& The Gang dalam menyelamatkan Tarida Nia dan Feilin dari
kegilaan Sigemuk ? Jawabnya setelah pesan-pesan berikut….!!!!

*Eps 5: The Prince of Freedom*

Aku berjalan hilir mudik didalam jeruji besi, sudah berminggu-minggu aku
susah tidur, isu-isu miring menyebar dari mulut para napi, tentang tiga
orang gadis Chinese yang cantik, cute dan mulus, semula aku ikut bernafsu
mendengarkan isu-isu miring ber-rated XXX, namun begitu aku mengetahui
nama-nama ketiga gadis Chinese tersebut, kontan kemaluanku menciut lemas,
selemas jantung dan tubuhku, waduh…!!! Apa yang dilakukan oleh ketiga
gadisku didalam sini… kemarahanku membara ketika mendengarkan
pelecehan-pelecehan seksual terhadap mereka, dasar gila !!! pamer paha ,
pamer dada, memangnya lagi musim pameran !!!!. Belum lagi ada isu panas
terbaru , sigemuk merencanakan sebuah scenario kejam, para gadisku akan
disuguhkan sebagai santapan empuk para napi yang kelaparan di Blok D. Aku
tidak bisa tinggal diam, aku harus menghalangi rencana busuk sigemuk.

Oo iya, didalam penjara aku bertemu kembali dengan bekas gang-ku,walaupun
secara fisik mereka sudah berbeda akibat penganiayaan yang dilakukan oleh
warga sekampung waktu kami tertangkap dulu namun, mereka masih tetap
sahabatku yang paling setia, mereka begitu kaget ketika melihat Aku masih
hidup, karena pada saat kami ditangkap, aku dibakar massa ,kemudian
diceburkan ke dalam sungai yang sedang mengamuk karena hujan deras. sekilas
inilah Profile Para sahabatku:

1.) Rhoni (bertubuh gemuk berlemak, tinggi, sekujur tubuhnya penuh bekas
luka, karena dianggap tidak membahayakan Rhoni kini diangkat sebagai asisten
tukang sapu diLP, duh kasian amat sih..)

2.)Amin (wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah
hancur mengerikan akibat dibakar warga) ,

3.) Sam (bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang
satu lagi udah Alm. Waktu digerebek dan dianiaya oleh warga).

4.) Fadil (tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas
jahitan).

5.) Jo ( wajahnya tetap Jo,tapi Cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram
air keras ,)

6.) Nick (Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang
cacingan).

7.)Shad (Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip
Frankenstein).

8.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.

9.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan.

Para sahabatku bertubuh tinggi besar , Kuat, apalagi kalau sudah urusan sex…

Aku menoleh ketika seseorang menepuk pundakku, tanpa banyak bicara aku
mengikuti orang itu, “Rhon…biar bagaimanapun caranya aku harus berhasil…Aku
harus menyelamatkan mereka!!!!!” Dhani tampak panik, menyadari Tiga gadisnya
dalam bahaya besar…. “Bagaimana…. Perintahku sudah kamu jalankan ?” Dhani
Anwar menatap Rhoni, Ia terlihat gelisah. “Jangan kuatir …. Semuanya beres….
Pssstttt… Psssttttttt”Rhoni berbisik-bisik ditelinga Dhani, Dhani
mengangguk-angguk, wajahnya berseri-seri, Dhani memandangi para sahabat
lamanya, Shad terkekeh-kekeh kemudian tangannya mengacung-ngacungkan sesuatu
dihadapan Dhani, mata Dhani berbinar-binar, “Shad.. bener-bener hebat lu…”
Dhani langsung merebut kunci palsu dari tangan sahabatnya.

Aku mengikuti Rhoni dari belakang, Hmm petugas jaga sedang tertidur pulas,
Rhoni Cengengesan “Tenang… udah gua beresin… he he he… sementara mereka ngak
akan bangun”, perjalanan berlangsung mulus, tanpa halangan sedikitpun. Tepat
dibawah tembok yang memisahkan antara Blok D dan Blok F Rhoni berjongkok,
posisinya seperti orang mau buang air besar, “Hahhh…. Rhon ngapain lu… kita
kan mau ke Blok D…Apa lu sakit perut? “aku kebingungan dengan kelakuan
Rhoni. “Guobbbblokkkkk !!! Naek kepundak gua dodolllll….Gua angkat lu supaya
nyampe..ha ha ha”Rhoni ngakak tertawa. “Abisnya, koq lu sampe ngeden
segala…kaya mau ngelahirin”Jawabku sambil naik kepundaknya. “Heugggg….
Mampus gua. Cepetan !!!!, Dhan… berat amat sih lu…!!! makanya ilangin dikit
tuh lemak dibadan lu ” Rhoni sekuat tenaga mengangkat tubuhku. Tanpa banyak
kesulitan aku melompat dari atas tembok “Huppppp…..”.

******************

Sementara itu Tarida, Nia dan Feilin masih berusaha melarikan diri, nafas
mereka terengah-engah kecapaian menyusuri lorong-lorong didalam penjara,
mata mereka bersinar ketika melihat ada pintu jeruji besi yang sudah terbuka
lebar , mendadak seperti ada semangat baru ditubuh mereka yang sudah
keletihan, mereka segera bergegas berlarian keluar.

********************

Mataku melotot melihat tiga sosok telanjang yang berlari keluar dari jeruji
besi yang sudah kubukakan, “Feilin..!! Tarida… Nia”pundakku terasa dingin,
sangat dingin ketika melihat ekspresi wajah mereka yang ketakutan,
kelelahan, tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka yang halus dan
mulus, “Mang Dhaniiii….” Hampir berbarengan mereka berteriak memanggil
namaku, serentak mereka berlarian kearahku, memeluk erat-erat tubuhku,
akupun balas memeluk mereka bertiga, ada sesuatu yang rasanya seperti
tersayat-sayat didalam hatiku ketika mereka menangis terisak-isak dalam
pelukanku. “Dhani… ngapain sih lo lama amat… Hahhhh” Rhoni tercekat melihat
aku sedang memeluk tiga orang gadis Chinese, matanya melotot dan mulutnya
terbuka lebar. “Lohhh koqqq lu bisa nangkring disitu…”Aku keheranan ketika
melihat Rhoni yang tiba-tiba tersembul dari atas tembok. “Euhhhh.. Mmmmm
ggu.. Ggua lupa, dipinggirkan udah gua sediain tangga… cepetan udah ngak ada
waktu lagi… tutup pintunya dulu…”Rhoni mengingatkanku, Aku buru-buru
mengunci pintu besi tua yang sudah agak berkarat, para gadisku menutupi
bagian-bangian terpenting ditubuh mereka dari tatapan Rhoni. Hatiku sedih
melihat para gadisku yang kini terisak-isak menangis, dari tatapan mata
mereka aku bisa membaca betapa mengerikannya kejadian-demi kejadian yang
telah mereka alami. “Lebih baik kalian pulang, jangan kembali lagi
kesini…”Aku menasihati mereka bertiga, namun mereka tidak menjawabku.

“Dhani ayo cepattt….!!!” Rhoni kembali mengingatkanku, Sang waktu dengan
kejam memisahkan Aku dengan ketiga gadisku, aku kembali melompati tembok
pemisah antara Blok D dan Blok E. Sambil menghela nafas aku berjalan kembali
ketempatku, Ehh.. mana si Rhoni , aku menoleh kebelakang. “Rhon… ngapain lu
disitu.. buruan turun…!!!”kini aku balik mengingatkannya. “Iya.. ya … iyyy
Whuaaaa” aneh banget siRhoni, ia membalikkan tubuhnya kemudian melangkah
kedepan , tubuhnya yang gemuk dan berlemak meluncur deras dan “Gubrakkkkk
!!!!!!!” terdengar bunyi yang sangat keras ketika Rhoni mendarat. “Gila lu
Rhon.. emangnya lu superman…!!… jalan tu ditanah bukan diudara gitu” Aku
buru – buru menghampirinya dan membantunya berdiri. “Aduh… duhhhh
sakittt..!! Susu… ehh”Rhoni cengengesan , Aku pura-pura tidak mendengar kata
terakhirnya, kayaknya Rhoni terkesima melihat kecantikan dan kemulusan para
gadisku … apalagi tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka.

Tarida, Feilin dan Nia masih terisak-isak menangis, mereka tampak kuatir
dengan nasib Dhani, tapi mereka tidak dapat berpikir lebih lanjut karena
dari kejauhan terdengar suara bergemuruh, disertai teriakan-teriakan penuh
nafsu, mereka bertiga mundur ketakutan melihat tingkah laku para napi yang
liar , tangan-tangan mereka terjulur keluar dari sela-sela jeruji besi
berusaha menggapai Tarida, Nia dan Feilin, untung saja teralis besi itu
cukup kuat menghadapi kekuatan para napi yang berubah liar dan sangar.
“WAduhhh goblok… masa kalian kalah…. Sudah !! kembali ke sel
masing-masing…”Sigemuk tampak geram karena rencananya gagal total. Para
binatang buas telah kehilangan kesempatan untuk melampiaskan nafsu birahi
mereka, sambil bersungut-sungut mereka kembali ketempat mereka
masing-masing, sel yang dingin..!!, setelah selesai mengkandangkan para
binatang buas itu kembali keselnya, Sigemuk melangkah dengan geram menuju
pintu jeruji yang terkunci, kemudian sigemuk membuka pintu jeruji
dihadapannya, dihampirinya Nia , kedua tangannya membalikkan tubuh Nia,
ditariknya pinggul nia kemudian “Jrebbbbb…Jrebbb..” disentakkannya
kemaluannya menusuk lubang anus Nia,  kedua tangannya meremas-remas kedua
buah susu nia kuat-kuat. “Aduhh… duhhh sakit pak…” Nia mengeluh kesakitan
ketika sigemuk meremas buah Susunya dengan kasar, (red: duh gimana sih
sigemuk masa kaya lagi meres buah apel.. biar sama-sama buah tapikan beda
cara meresnya..!!), sigemuk tidak mempedulikan Nia, malah kini ia semakin
kasar, dijambaknya rambut nia, hingga wajahnya terangkat menatap
langit-langit.

Feilin dan Tarida memeluk sigemuk dari kiri dan kanan, mereka berdua
berusaha meredakan kemarahan sigemuk dengan belaian dan rayuan.. akhirnya
reda juga kemarahan sigemuk, dilepaskannya jambakannya pada rambut Nia,
remasannya mulai berubah, biarpun tusukan-tusukannya pada lubang anus Nia
tetap kasar. Feilin dan Tarida menghela nafas lega ketika mendengar rintihan
Nia yang kesakitan berubah menjadi rintihan kenikmatan, apalagi ketika
tangan sigemuk kini merayap kearah selangkangan Nia dan mempermainkan daging
kecil yang bentuknya seperti kacang tanah, tubuh Nia akhirnya bergetar hebat
dan “Crrrrrrr.. Crrrrrrrrrr……” Air mani Nia muncrat dan meleleh dari
selangkangannya. Sigemuk membalikkan tubuh Nia , kini keduanya berdiri
berhadap-hadapan, sigemuk merendahkan tubuhnya dan “Crebbb…
Crepppppppphhhh….” Kali ini disodoknya lubang Vagina Nia , tusukan-tusukan
sigemuk semakin gencar dan kuat , bunyi-bunyi becek seperti Lumpur yang
terijak-injak semakin kuat terdengar , berirama sesuai dengan irama kemaluan
sigemuk memasuki lubang Vagina Nia yang seret dan sempit. “Ahhhh
Ouuhhh….”Nia kewalahan menghadapi gaya bertempur sigemuk yang kasar bahkan
cenderung brutal.

[image: Foto0092.jpg]

Sigemuk tambah erat memeluk tubuh Nia seakan akan hendak menghancurkan tubuh
mulus dipelukannya, kemaluannya semakin kuat menghentak-hentak menyerang
lubang Vagina Nia. “Auchh…Mmmhh Crrrrrr”Nia terkulai pasrah, kedua tangan
sigemuk bergerak mencengkram buah pantat Nia agar pantat gadis yang sedang
disetubuhinya tidak turun.  ”Pakkk… sama Fei aja yuk..” Feilin merasa
kasihan melihat Nia yang sedang disetubuhi dengan brutal. “Udah… Berisik
amat sih lu.. Gua pengen ngentot Nia… nihhh Hihhhh” Sigemuk malah membentak
Feilin, sigemuk semakin kasar memompa kemaluannya, setelah Nia megap-megap
kehabisan nafas barulah sigemuk melepaskan tubuh Nia. Feilin ketakutan
ketika sigemuk menghampirinya, Feilin memandangi sigemuk tanpa diduga
sigemuk menggerakkan tangannya dengan kasar sigemuk menekan kepala Feilin
kearah kemaluannya. “Ketimbang lu banyak bacot ngatur-ngatur segala rupa,
lebih baik lu telen kontol gua…he he he” Feilin membuka mulutnya dan
diemutnya kemaluan sigemuk. Sigemuk menarik Tarida dan dikulumnya bibir
Tarida “Mmmrrrrrhhh.. hua ha ha ha ha…uhh asikkk he he he “sigemuk senang
ketika Feilin bersujud dan menservice kemaluannya.

Tangan Sigemuk membalikkan tubuh Tarida kemudian dari belakang
diremas-remasnya buah susu Tarida, digoyang-goyangkan buah dada Tarida
kemudian dipilin-pilinnya putting susu Tarida yang lancip dan berwarna pink,
ciuman liar sigemuk mendarat dipundak, dileher, habis-habisan sigemuk
menciumi Tarida. Sigemuk duduk ngangkang diatas lantai kemudian “sini…
nahhhh betull masukin… yak goyang.. goyangghh terussss ha ha ha Feilin emang
hebat” Sigemuk meremas-remas buah Susu Feilin yang sedang bergoyang diatas
setumpukan lemak. “Owwww akkkkhhhh.. aduhh” Feilin mengaduh ketika tiba-tiba
kepala sigemuk menyeruduk buah dadanya, gigitan sigemuk pada putting susu
Feilin terasa menyakitkan, kedua tangan Feilin berusaha mendorong kepala
sigemuk namun sigemuk semakin erat menekan punggung Feilin sehingga kini
buah Susu Feilin menjadi bulan-bulanan sigemuk, diemut, diciumi, bahkan
sekali-kali digigitnya dengan gemas gundukan buah dada Feilin yang mulus dan
halus.

Dengan kasar Sigemuk mendorong tubuh Feilin yang sedang turun naik diatas
tumpukan lemak sehingga Feilin terjengkang kebelakang, sebelum sigemuk
memberikan perintah lebih lanjut dengan ketakutan Tarida mengangkangi
sigemuk, dan berusaha memasukkan kemaluan sigemuk pada lubang Vaginanya.
“Eittt… gua pengen lubang anus he he he” kata sigemuk sambil terkekeh-kekeh
mesum, Tarida membalikkan tubuhnya agar sigemuk lebih leluasa, pinggul
Tarida bergerak turun mendekati kemaluan sigemuk yang teracung seperti
sebuah tombak tumpul. “Aaaaaaa!!” Tarida meringis ketika sigemuk
menghentakkan kemaluannya dengan kasar, kedua tangan sigemuk manarik pinggul
Tarida sehingga mau tidak mau lubang anus Tarida harus menerima kedatangan
kemaluan sigemuk yang liar memasuki dirinya. Mata Tarida mendelik ketika
sigemuk dengan paksa menarik bibir Vaginanya kekiri dan kekanan kemudian
jari tangan sigemuk mengobel-ngobel “Kacang mungil”dilubang Vagina Tarida,
sigemuk menggeram-geram keenakan, tubuh Tarida sampai tersentak-sentak
keatas seperti bola basket, buah Susu Tarida bergoyang-goyang berirama
dengan indahnya.

Setelah sore mulai menjelang barulah sigemuk selesai memuaskan nafsu
bejatnya, sigemuk menyeka keringat yang masih asik berselancar dilehernya
yang berlemak, matanya memperhatikan Tarida, Feilin dan nia mengenakan
kembali pakaian seragam sekolahnya. Tanpa banyak bicara Tarida, Feilin dan
nia mengikuti langkah sigemuk, sebelum sigemuk melepaskan mereka bertiga
sigemuk berkata “Tar kita ewean lagi ” sambil cengengesan cengar-cengir ,
duh mimik wajah Sigemuk mesum amat.  Dengan wajah lesu Tarida, Feilin dan
Nia meninggalkan tempat mengerikan itu, sebuah penjara tempat mereka
berkali-kali dilecehkan oleh sigemuk, namun ada sedikit rasa senang dihati
mereka, Dua bulan lagi Dhani akan dibebaskan dengan surat berkelakuan baik
dari sigemuk. Sepeninggalan Tarida , Nia dan Feilin Sigemuk kembali ketempat
durjana itu, matanya mencari-cari kunci cadangan yang sengaja
disembunyikannya, keningnya berkerut , kunci cadangan itu masih rapi berada
ditempat persembunyiannya, mendadak amarahnya meledak-ledak *“Sialannnn…
kerjaan siapa nihhh ?!!!Ganggu rencana Gua…..Huhhh..!! tapi ngak apa-apa…
gua udah siapin kejutan… buat mereka he  he he he”, *entah apa lagi
keinginan manusia bejat bertubuh gembrot ini.* *

Hari ini Sigemuk terkekeh-kekeh senang, matanya memandangi Feilin, Tarida
dan Nia dengan tatapan mata  nakal, penuh misteri yang sulit ditebak,
Sigemuk mengumpulkan bawahannya , sepertinya ada sebuah upacara, entah
upacara apa ?. 7 orang kini berhadapan dengan Tarida , Feilin dan Nia,
dengan suara yang lantang Sigemuk memberi komando kepada para bawahannya
agar segera melakukan aksi pelepasan pakaian, Feilin Nia dan Tarida
tercengang melihat kemaluan-kemaluan para pria yang mengacung-ngacung
dihadapan mereka, Sigemuk terkekeh-kekeh melihat para gadis cantik dan mulus
yang tampaknya masih kebingungan, bahkan bisa dibilang salah tingkah
dihadapan 7 tombak yang teracung – acung dan siap untuk melakukan
penyerangan. Hmm ternyata sebuah upacara mesum akan digelar hari ini.

Sepertinya para oknum kita bakalan senang hari ini, siapa sajakah para oknum
kita?

– 1. ) Anto petugas kantin dipenjara
– 2. ) Karyo petugas bertubuh ceking.
– 3. ) Ijon doctor jaga dipenjara
– 4. ) Nono Asisten dokter jaga.
– 5. ) Muklis situa peot.
– 6. ) Darwin, berambut cepak, sok ganteng.
– 7. ) Rana , bertubuh tegap sayang wajahnya ngak menunjang.

”Siappppppp Grakkkkkkk…..” “Istirahat ditempat Grakkkkkkkk” Sigemuk
mengistirahatkan bawahannya , kini 7 orang dengan kemaluan mengacung berdiri
dalam posisi mengangkang dihadapan Tarida, Feilin dan Nia. Sigemuk menarik
Feilin dan memperkenalkan Feilin kepada para bawahannya “Nahhhhh…. Yanggg
ini Tarida…… he he he… lawannya adalah anto… Ijon…. Toni dannnnn
Darwin…….”tanpa banyak bicara keempat orang yang sudah disebut namanya oleh
sigemuk mengelilingi Tarida, Tarida tampak gugup, seumur hidup baru kali ini
dirinya dikelilingi oleh laki-laki dalam keadaan telanjang bulat, Tangan
ijon terjulur, diremasnya Buah susu yang masih tersimpan rapi dibalik
seragam sekolah Tarida, Tarida menepiskan tangan-tangan yang berulang kali
mencolek, meremas, dan membelai-belainya namun tangan-tangan itu tidak
pernah kapok berusaha menjamah tubuhnya. Bahkan kini kedua tangannya
dipegangi “Ohhhhh… jangannn… “Tarida tampak panic ketika tangan-tangan itu
berusaha menelanjanginya, satu persatu pakaian Tarida terlepas dari
tubuhnya.

“Ohhhhhh….” Tarida menarik pingulnya kebelakang ketika merasakan jilatan
kasar pada bibir Vaginanya. Darwin tengah asik menjilati bibir Vagina
TArida, lidahnya mengait – ngait daging mungil berwarna pink, diemut-emutnya
bibir Vagina Tarida , Tangan-tangan yang lain kini meremas-remas kedua buah
Susunya, berkali-kali putting susu Tarida dipelintir-pelintir, Tarida
menoleh kebelakang ketika merasakan daging Kenyal keras berusaha menyelinap
disela-sela pantatnya, Toni tengah berusaha menyodomi Tarida. “Hennhhhh…
Ennnnggghhhhhh….. ” Tarida menggelinjang, rintihan-rintihan kecil mulai
terdengar merdu dari bibirnya yang mungil, Kedua tangan Tarida kini
memegangi kemaluan Anto dan Ijon, sedangkan Anto dan Ijon membalas dengan
meremas dan mengusap-ngusap bulatan buah Susu Tarida. Darwin manarik kepala
tarida dan mengulum bibir Tarida, Toni menarik pinggul Tarida  kini Tarida
dalam posisi berdiri menungging , Toni tersenyum ketika merasakan kepala
kemaluannya sedikit demi sedikit mulai tenggelam kedalam anus Tarida, dengan
satu sentakan yang kuat , kemaluan Toni melesat kedalam lubang sempit yang
berdenyut-denyut kuat meremas-remas batang kemaluannya. “Ufffhhhhhhhh…..
nnnnnnnnhh…” Tarida merintih ketika Toni mulai memaju mundurkan batang
kemaluannya., hasilnya tentu sudah dapat ditebak “Pertempuran tidak seimbang
4 lawan satu” membuat Tarida berkali-kali merintih kecil dan akhirnya
“Akhhhhhhh…. Crrrrrrrrrr ” Tarida merasakan ada sesuatu meluncur keluar dari
dalam dirinya, kedua lututnya terasa lemas.

[image: Foto0108.jpg]

“Uhhhh…….” Tarida meringis-ringis keenakan ketika Anto menjilati dan
menghisap-hisap vaginanya, rupanya anto tidak rela membiarkan cairan gurih
itu terbuang percuma. Ijon menarik dan menekan kepala Tarida kebawah, Ijon
memaksa Tarida mengoral kemaluannya. “Mmmmm… Mmmmmmm ” Suara mulut Tarida
yang tersumpal kemaluan Ijon. Sigemukduduk diatas kursi Sofanya, ia
tersenyum memandangi Feilin, Nia berdiri ketakutan dibelakang Feilin. “Niaaa
!!!! sini…. ” entah kenapa sigemuk seperti terobsesi oleh siputih Nia, ia
ingin agar Nia dapat sepandai Feilin dan Tarida. Sigemuk memerintahkan Nia
agar bersujud diselangkangannya, sigemuk terkekeh-kekeh “kamu harus banyak
belajar supaya semakin pintar.. kaya Tarida…. Sama Feilin….. ayo jilattt…”
Nia mengenggam batang kemaluan sigemuk, lidah Nia terjulur keluar dan
menjilati batang kemaluan sigemuk. Nia memang belum semahir Tarida atau
Feilin namun jilatan-jilatannya membuat sigemuk merinding panas dingin,
Sigemuk memaksa menjejalkan kemaluannya kemulut Nia, Tangannya memaksa
kepala Nia untuk bergerak maju mundur, “Mmmhhh Huhh”

Nia menarik kepalanya ketika kemaluan sigemuk masuk terlalu dalam, sigemuk
melotot sambil kembali menyodorkan kemaluannya kemulut Nia, melihat sorot
mata sigemuk yang berubah galak Nia memaksakan diri untuk menuruti kemauan
mahluk berlemak yang terkekeh-kekeh keenakan, mulut Nia kini tersumpal oleh
kepala kemaluan sigemuk. Nia mulai melakukan hisapan-hisapan sambil
memaju-mundurkan kepalanya, mata sigemuk berbinar-binar. “Ya… betulll he he
he baguss..!! bagussss !!!” sigemuk memuji kemajuan Nia yang cukup
menggembirakan. “Nono… Muklis dan Rana… lawannya adalah Feilin… he he he ”
Sigemuk mulai memberikan perintah lebih lanjut, maka meloncatlah ketiga
orang yang disebut oleh sigemuk mengurung Feilin. “Owwwww….Brengsek
Plakkkkkkk ” Feilin menampar Rana yang berusaha memeluknya, biarpun ditampar
tapi Rana tidak marah ia terkekeh-kekeh, tangannnya bergerak cepat mencomot
buah dada Feilin, belum juga habis rasa marah Feilin karena buah keramatnya
dicomot Rana, Nono dari belakang meremas buah pantatnya yang bulat dan
padat. Mulut muklis hinggap dipipi Feilin “Cuppp…. Sialan…. Awwww” Feilin
mendorong tubuh muklis, Feilin terus berusaha melakukan perlawanan,
sementara Rana, Nono dan Muklis terus berusaha meremas, mencomot, dan
mengelus tubuh sikucing liar Feilin Lama kelamaan aksi Rana , Nono dan
Muklis membuat dua buah gunung didada Feilin semakin membuntal padat,
mengeras ( red : Whoaaa!!! Kayak gunung mau meletus deh… ^^ ).

Tangan Muklis merangkul pinggangnya dari belakang dan
“Ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………..” Punggung Feilin kini bersandar pada
muklis , nafasnya semakin memburu, apalagi ketika Muklis menciumi lehernya
dari belakang, Mata Feilin menatap dengan tatapan sayu ketika sepasang
tangan Rana kini meraih dan meremas buah dadanya. Feilin mengerang lirih
ketika rok seragam sekolahnya disibakkan keatas, Tangan Nono mengelusi
sepasang pahanya yang polos, kepala Nono menyusup kedalam rok seragam
sekolah Feilin “Wuihhh… wangi amatttt… he he he” Nono memberikan komentar
mengenai aroma yang tercium didalam rok seragam sekolah Feilin,
ciuman-ciumannnya pun mulai gencar menciumi permukaan paha Feilin yang halus
dan harum. Nono mulai giat mempereteli kancing baju seragam sekolah yang
dikenakan Feilin, kemudian kedua tangannya menarik dua cup Bra Feilin, Nono
menelan ludah melihat dua buah ranum tersembul keluar, Nono merendahkan
kepalanya dan diemut-emutnya putting susu Feilin, sipemilik buah susu
meringis dan menggeliat-geliat kegelian. “Ha ha ha ha ha….” Sigemuk tertawa
ngakak, sinar matanya seperti orang tidak waras, penuh dengan kegilaan.

[image: Foto0111.jpg]

Tangannya meraih tubuh Nia, didudukkan Nia dipangkuannya “Kamu liat Feilin
dan Tarida… he he he… Cantik… mulus.. pinter ngentot… kamu juga harus
belajar kayak mereka… hmmm” Sigemuk merayapkan tangannya kedalam rok seragam
Nia, rok seragam Nia semakin tersibak keatas , tangan sigemuk mengelus dan
merayapi paha Nia yang mulus, kini jari telunjuk sigemuk menyelinap kedalam
celana dalam nia yang tipis, tepat dibagian selangkangannya, tangannya
menggesek-gesek dalam gerakan yang teratur, Tangan Nia memegangi dan menahan
Tangan sigemuk ketika gerakan-gerakan sigemuk menjadi kasar. “Nakal !!! Saya
sudah bilang kamu harus belajar…!!! ” sigemuk menarik tangan Nia kebelakang
dan mengikat kedua tangannya dengan ikat pinggang. Jari tangan sigemuk
kembali menyelinap kedalam celana dalam Nia, untuk sesaat sigemuk
mencari-cari daging kecil penghuni lubang Vagina Nia, “Sippp ketemu…he he
he” bibir Sigemuk tersenyum sinis dan “Ahhhh… Ahhhhh.. ” Nia tidak kuasa
lagi menahan jeritannya ketika sigemuk menggesek dan menekan-nekan Clitoris
Nia dengan kasar. Kedua kaki Nia melejang-lejang , matanya terpejam rapat
“Sudahh akhhh owwwwwwwwwwwww… mmmmmhhh.. pelannnn Hhhhhhh”Nia memohon
sigemuk agar tidak mengucek-ngucek Vaginanya dengan kasar, namun sigemuk
malah semakin kasar mempermainkan Vagina Nia “Cppp… Kkpppppphhhh…
Sssppphhhhh….”

Vagina Nia semakin sering berteriak nyaring, suara lubang Vagina Nia yang
sedang diobok-obok oleh jari-jari sigemuk. “Akhhhh..” Tiba-tiba mata Nia
mendelik, “Crrrrrtt…. Sruuuuuttttthhh” Air Mani Nia menyembur , kepala Nia
terkulai kesebelah kiri, sesekali tubuhnya mengejang,ketika sigemuk
menekan-nekan clitoris Nia. Satu demi satu kancing baju seragam Nia
dipreteli oleh sigemuk, Tangan sigemuk menyelinap kebalik Bra dan meremas
-remas buah Susu Nia. “Ahhhh.. sudahh pakkk jangann…” Nia merasa kesakitan
ketika Sigemuk meremas buah susunya kuat-kuat. Sigemuk memaksa Nia
menungging, beberapa kali ditamparnya buah pantat Nia sampai kedua buah
pantat gadis itu memar kemerahan, “Gadis nakal… berani kamu melarang
keinginanku..!! he he he.. plakk.. plakkk”Sigemuk mengekeh sedangkan Nia
hanya meringis-ringis, ia tidak berani membuka mulutnya, Nia mulai belajar
untuk memuaskan keinginan sigemuk,Nia menungging tanpa daya, kedua tangannya
terikat kebelakang. Sigemuk mengarahkan kemaluannya kelubang Vagina Nia dan
“Jrebbbb… Cllpppp… Plepp.. Pfffhhh” Tubuh Nia tersentak maju mundur ,
terdorong-dorong oleh tubuh sigemuk. “Heiii… Darwinnn !!! sini lu…”Sigemuk
memanggil Darwin, Darwin berlari kecil menghampiri tempat pertarungan, kini
Darwin menjejalkan kemaluannya kemulut Nia “Hmmm.. Mhhhhhhh….. Mhhhhhh”
mulut Nia kini diisumpal oleh kemaluan Darwin,

Tangan Darwin meraih kepala Nia kemudian Darwin menggerakkan kemaluannnya
maju mundur dengan kasar. “Uhuk… uhukkk… uhukkkk ” Nia terbatuk-batuk ketika
kemaluan Darwin menusuk terlalu dalam, “Uhhh Akkk… Kecrotttt…. Crottttt…..”
Sigemuk menggeram sambil menekankan kemaluannya sedalam-dalamnya, kemaluan
sigemuk terlepas dari lubang Vagina Nia, Sigemuk bangkit berdiri, posisi
sigemuk segera digantikan oleh Darwin dan “Ohhhhhh… Mmmmmm…” Nia merintih,
ketika merasakan kemaluan Darwin memasuki lubang Vaginanya. “Wah.. sempit
amat… he he he asssiikkkkkkk…”Darwin memacu kemaluannya sampai Nia
terdorong-dorong maju-mundur. Darwin melepaskan ikatan pada tangan Nia,
kemudian ditariknya nia berdiri dan kini sambil merendahkan posisi tubuhnya
Darwin kembali menyentakkan kemaluannya , kedua tangan Nia berpegangan pada
bahu Darwin, Sigemuk mulai mendekati Nia dari belakang dan kini kemaluan
sigemuk menusuk Anus Nia. Nia kini terjepit ditengah-tengah, Tanpa ampun
sigemuk dan Darwin menggempur lubang anus dan lubang Vagina Nia.

“Akhhhhh…. ” Tarida meringis ketika kemaluan Toni dengan kasar menusuk
lubang Anusnya, posisi Tarida kini menduduki penis Toni yang terlentang
dilantai, Anto kemaluannya kewajah Tarida, Tarida dipaksa mengoral kemaluan
Anto dan Ijon dengan asik menyusu dibuah susu Tarida, sementara tubuhnya
tersentak-sentak keatas ditusuk oleh Toni. Ijon kini mengangkangkan kedua
kaki Tarida, ditusukkannya kemaluannya kelubang Tarida yang seret dan
nikmat, Anto menyumpal mulut Tarida dengan kemaluannya, sedangkan Toni dan
Ijon asik menggenjot lubang Anus dan lubang Vagina Tarida. “Hmmmm…
Mmmmmhhhhh” Tarida kelelahan menghadapi nafsu ketiga orang laki-laki yang
menyetubuhinya, tubuh Tarida sudah basah oleh keringatnya yang terus
menetes. “Auhhh Owww Crrrrrr… kccppprtttt” Tubuh Tarida kembali terkulai
lemas, namun tusukan-tusukan dilubang Vagina dan anusnya malah semakin
gencar, Tarida merintih-rintih, kelelahan, ketiga orang yang mereguk
kenikmatan dari tubuhnya malah tertawa lepas mendengar rintihan-rintihan
Tarida yang terdengar manja.

Pesta seks terus berlanjut didalam kantor sigemuk sampai akhirnya pintu
kantor itu terbuka lebar, dari dalamnya keluar 7 orang laki-laki, ada
kepuasan yang tersirat dari wajah mereka yang tersenyum-senyum. Sementara
didalam ruangan kantor itu segemuk terkekeh-kekeh, menyaksikan Tarida, Nia
dan Feilin yang terkapar kelelahan, mata mereka terpejam rapat, Sigemuk
duduk dikursi dan menyalakan sebatang rokok, matanya merayapi tubuh ketiga
gadis Chinese yang mulus dan halus.

Tanpa terasa masa 3 bulan yang dijanjikan sudah tiba, berbagai macam
penderitaan dan pelecehan sudah dialami oleh Tarida, Feilin dan Nia,
termasuk digangbang habis-habisan oleh sigemuk dan 7 orang bawahannya,
Ketiga gadis Chinese menagih janji sigemuk, sigemuk tersenyum sinis,
dikeluarkannya sebuah document dari laci kerjanya, diberinya cap dan
kemudian ditandatanganinya document itu, sigemuk melemparkan document itu
kelantai sampai bersebaran, dengan hati yang pedih Tarida , Nia dan Feilin
memunguti kertas document yang berceceran dilantai. “Ha ha ha… kalian ikut
aku….”Sigemuk keluar dan memberikan perintah kepada bawahanya agar segera
membebaskan Dhani Anwar.

“15009″ Seorang petugas menanggil nomorku, Aku berdiri dari tempatku, “Kamu
boleh keluar…heran ? demi orang jelek kaya kamu ha ha ha ?” Sipetugas
cengengesan, aku heran mengapa wajahnya cengengesan begitu, aku juga tidak
mengerti arti ejekannya. “Mang Dhani….” Aku mendengar suara yang tidak asing
lagi ditelingaku, para gadisku menyambut kedatanganku dengan wajah gembira,
mereka tampaknya sangat menrindukanku, kemudian setelah segala macam urusan
administrasi aku dinyatakan bebas. “Kalian.. ikut aku… he he he”Sigemuk
berwajah mesum sepertinya memberi perintah kepada Tarida, nia dan Feilin,
Sigemuk hendak menghampiri Feilin namun aku menghadangnya. “Bapak mau apa
?!!” Aku menbentaknya, sigemuk terkesiap, beberapa petugas disana siap-siap
mengurung posisiku. “Mangg ngak apa koqqq… Cuma.. Mmm Cuma urusan
administrasi aja” Tarida berusaha menenangkanku. “Iya Mangg… mang Dhani
tunggu diluar aja ya…”Nia menarik tanganku. “Ngak akan lama koq manggg he he
he”Feilin berusaha tersenyum. Aku menghela kesal aku diantar keluar.

Sigemuk segera menggiring Tarida , Nia dan Feilin keblok D, disini tempat
para napi yang sudah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun mendekam, dan
sudah dapat dipastikan, tidak akan pernah memperoleh kebebasan lagi, hukuman
penjara seumur hidup. “Kita teruskan permainan kita yang sempat tertunda ha
ha ha ha” Sigemuk membuka pintu sel disana satu persatu, wajah-wajah
mengerikan menyerigai buas, Tarida Nia dan Feilin terkesiap melihat
wajah-wajah mereka yang liar dan garang. “Pakkk… jangan ” “Ampunn pakkkk….”
“Tolong lepaskan kami ” ketiga gadis cantik dan mulus itu memohon pada
sigemuk, sigemuk hanya terkekeh-kekeh, melihat Tarida , Nia dan Feilin mulai
menangis, mereka berlari ketakutan berusaha menjauhi para mahluk berwajah
liar dan garang yang mulai keluar semakin banyak dari selnya mengejar
mereka. Teriakan – teriakan liar mengiringi derap kaki para mahluk liar itu
yang semakin lama semakin mendekati Tarida , Nia dan Feilin yang sudah
terpojok, terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti
tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti
kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga
gadis dihadapan mereka.”Jangannn…. Ampunnnnn…akkkkk”,
“Aduhhhh…Owww…””ngakkk… uhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga
gadis itu, Tarida ditidurkan diatas lantai kedua tangannya dipegangi
terentang kesamping, begitu pula kedua kakinya, Sesosok agak tua namun kekar
mendekati selangkangannya, tanpa permisi situa menusukkan senjatanya kedalam
lubang Vagina Tarida

[image: Foto0119.jpg]

“Ahhhh…”tubuh Tarida terguncang-guncang akibat tusukan-tusukan kasar
dilubang Vaginanya, sementara itu beberapa tangan berebut mengelusi buah
dadanya, pahanya bahkan menyelinap meremas buah pantat Tarida. Tidak begitu
jauh dari tempat Tarida diperkosa Feilin dipaksa menunggging, kedua
tangannya dipegangi kebelakang, tusukan kasar menghujam lubang anusnya
sampai Feilin tersentak, kemudian yang seorang lagi duduk mengangkang
dihadapan Feilin, sepasang tangan meraih dan menekan kepala Feilin “Mmmm…
Mmmm”mulutnya tersumpal oleh kemaluan orang itu, buah dadanya jadi rebutan
dielus dan kemudian diremas-remas oleh beberapa orang laki-laki yang
mengerubutinya. Keadaan Nia tidak jauh berbeda dari kedua temannya, dalam
posisi berdiri Nia dicumbu dan dijilati habis-habisan oleh para lelaki yang
asik menyantap kehangatan dan kenikmatan dari tubuhnya yang mulus.

“Awwww…” Nia menjerit kesakitan ketika merasakan ada yang mengigit buah
dadanya. “Aduhhh Aowwwwwwww… “tidak begitu lama terdengar jeritan kesakitan
Feilin ketika seseorang meremas bukit kemaluannya dengan kasar, Feilin
memekik ketika merasakan seseorang menarik bibir Vaginanya dengan kasar
“Slllpp Slpppp Slppppppp” rakus sekali orang itu meneguk cairan-cairan
lengket beraroma khas yang rasanya asin. Dua buah Susu Feilin digeluti oleh
dua orang Pria sekaligus. Mulutnya di deep Throat sampai ia kehabisan nafas.
Salah seorang dari mereka tidur terlentang, beramai-ramai mereka mendudukkan
Nia diatas kemaluan Pria itu dan “Jrebbbb.. Jebbbbb…. Akhhhhh” kasar sekali
kemaluan pria itu ketika menghantam Vagina Nia, Entah kemaluan Siapa mulai
berusaha menyelinap diantara buah pantat Nia dan langsung menyodok anus
gadis itu

“Aaahh Awww Crrrrrrr” Nia memekik ketika merasakan cairan kenikmatannya
meledak dari dalam lubang Vaginanya , gelak tawa terdengar riuh rendah
seolah-olah mengejek Nia yang mendadak terkulai. Feilin meronta-ronta ketika
mereka merentangkan kedua tangan dan kakinya lebar-lebar, ciuman dan jilatan
mendarat disekujur tubuhnya , Jeritannya yang malang tersumpal oleh mulut
yang begitu rakus mengulum bibirnya, empat orang laki-laki seakan-akan
sedang berbagi mengemut dan menjilati buah susunya. Beberapa pasang tangan
berlomba menjamahi bukit mungil diselangkangannya. Nasib Tarida tidak kalah
malang kedua kakinya dikangkangkan lebar-lebar dan sebatang kemaluan yang
keras menghujami lubang Vaginanya, buah dadanya sudah memar kemerahan karena
tangan-tangan liar yang kasar dan brutal meremas-remas buah Susunya.
Semuanya itu disaksikan oleh sigemuk “Ayooo… hua ha ha ha ha terusss…. Lebih
liar….”

Nia menangis memohon agar lelaki itu mau melepaskan dirinya namun sambil
terkekeh-kekeh orang itu menerkam dan menggumulinya dengan liar, sosok-sosok
lain bertepuk tangan menyaksikan pertarungan 1 Vs 1, “Hmmm… Mmmmmhhhh” mulut
Nia yang sedang menangis tersumpal oleh orang itu, ciumannya turun keleher,
kedada. “Ahhhhhhhhhhh…..” Nia memekik merasakan putting susunya terasa
sakit, dan perih ketika gigi orang itu mengigit putting susunya. Tubuh Nia
menggeliat-geliat ketika putting susunya terasa diemut oleh orang itu,
dengan sebuah perlawanan yang kuat Nia mendorong tubuh orang itu, Nia
meronta-ronta merasakan seseorang memeluknya dari belakang dan meremas-remas
buah Susunya. Orang itu dengan paksa membalikkan tubuh Nia agar tengkurap
dilantai, “Hekkkkkggg… Aaaa” kasar sekali orang itu menyodomi Nia.

Tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat ketika seseorang menyetubuhinya
dengan brutal, buah Susunya bergerak memutar – mutar , sesekali beberapa
pasang tangan meremas dan mengelusi buah Susu yang bergerak dengan indah.
“Hmmm.. Hmmmmmmm” Suara bibir Feilin yang sedang asik diemut dan dikulum
oleh seorang napi bertubuh cebol. “Crrrrrrrrrr…. Kecrottt     Plopppp….”
Kemaluan orang itu terlepas setelah puas memperkosa Feilin. Sicebol duduk
santai, seorang napi lain memaksa Feilin mengangkang dan menduduki kemaluan
sicebol yang terkekeh-kekeh keenakan, tangan sicebol memeluk erat-erat tubuh
Feilin, mereka berdua duduk saling behadapan dengan kemaluan saling bertaut
erat, Feilin dipaksa bergoyang untuk memuaskan sicebol , tidak berapa lama
sicebol menggelepar dalam pelukan Feilin, Seseorang menarik Feilin dari
pelukan sicebol, kedua kakinya diangkat keatas kemudian ditarik kekiri dan
kekanan.

“Ahhhhhhhh…. ” Feilin menggeliat-geliat ketika kemaluan napi yang lain
memasuki lubang Vaginanya. Tiga Orang Napi menyodorkan kemaluan mereka
dihadapan Wajah Tarida, gadis itu kewalahan menjilati, menghisap dan
mengemut kemaluan ketiga orang napi itu, sementara dua orang napi
mengelus-ngelus buah pantatnya yang sedang menungging, dua orang lagi
meremas dan menarik-narik buah Susu Tarida yang bergelantungan didadanya.
“Ahhhh… aduh.. duh….. mmh”Seseorang menjambak rambut Feilin dan menjejalkan
kemaluannya kemulut Feilin, putting susunya dipelintir-pelintir , beberapa
orang asik mengelusi tubuh Feilin yang halus dan mulus, berkali-kali tubuh
Feilin bergetar hebat dan “Mmmm.. Keccrrtttt… Crrtttt” akhirnya bobol juga
pertahanannya. Nia memejamkan matanya ketika Orang yang menindihnya bangkit
setelah puas menggenjot Nia, kini berganti wajah-wajah lain mulai meneduhi
tubuh Nia, dua orang sekaligus berbaring disisi kanan dan kiri gadis itu,
mulut mereka langsung menyedot-nyedot putting Susu Nia, seorang napi yang
lain menyusupkan kepalanya diantara paha Nia, sambil mengelusi paha Nia
mulut sang Napi mengemut-ngemut lubang Vagina Nia, berkali-kali lidahnya
mengait daging kecil yang bentuknya mirip “kacang”.

“Akkhhhh ahhh” Tarida memekik-mekik , napi yang satu ini begitu kasar, rasa
sakit mendera lubang anusnya yang dirojok-rojok oleh jari sang napi.
“Aduhhhh aduhhhhhhh awwwww” Tarida semakin menderita , sedangkan napi yang
mengorek-ngorek lubang anus Tarida malah tertawa lepas, dibaringkannya tubuh
Tarida dan dengan sekali sentakan kasar dijebloskannya kemaluan hitam itu
kelubang Vagina Tarida, selanjutnya tubuh Tarida terguncang guncang dengan
kuat. “Ayo sini he he he” Sang Napi menyukai goyangan Feilin, kini Feilin
dipaksa berdiri sementara beberapa orang memegangu tubuh Feilin, sebatang
kemaluan mulai mendesak memasuki lubang Vagina Feilin, sambil berdiri Feilin
dipaksa bergoyang, air mata mulai mengalir dimata Feilin.Tarida, Nia dan
Feilin menangis dalam dekapan para Napi , Para lelaki liar itu seakan-akan
tidak pernah habis, wajah-wajah baru selalu meneduhi tubuh mereka yang
mulus, rasa putus asa, ketidak berdayaan semakin lama semakin terasa
menyesakkan dada mereka, sedikitpun tidak pernah terpikirkan kalau mereka
akan mengalami “Pemerkosaan Masal”

Aku menunggu diluar, detik demi detik terasa lama, menit demi menit seakan
akan tidak pernah mau berlalu dariku, berkali-kali aku menanyakan pada
petugas jaga didepan “Dimanakah para gadisku” namun mereka hanya
cengengesan, beberapa orang petugas disana tersenyum mesum. Sinar matahari
yang hangat kini berganti dengan gelapnya malah yang dingin, sesekali bunyi
geledek terdengar seperti akan hujan lebat. Aku menunggu kedatangan
seseorang , akhirnya kudengar suara mesin mobil, buru-buru kucegat “Rhoni….”
Aku memanggil sahabatku.

Rhoni turun dari mobil Mitsubishi T120SS tahun1990 berwarna Biru Tua,ia baru
disuruh belanja oleh tukang masak di LP itu, terburu-buru Rhoni
menghampiriku, aku menjelaskan duduk permasalahannya, Rhoni
mengangguk-anggguk, entah kenapa wajahnya juga terlihat cemas. “Bantu aku
Rhon, cari mereka…!!!”Aku sangat mengharapkan bantuannya. “Tenang Sobat..
Aku pasti membantumu!!” Rhoni menatapkuku dengan yakin.

Kini aku hanya dapat menunggu, dinginnya malam menusuk tubuhku namun itu
semua tidak kupedulikan, yang ada hanya rasa kuatir, dan rasa cemas.
Akhirnya aku melihat Rhoni dari kejauhan, ia agak berlari-lari kecil, aku
berlari menghampirinya. “Bagaimana Rhon… dimana mereka!!!” Aku
mengguncang-guncangkan tubuh sahabatku, Rhoni hanya menundukkan kepalanya ia
menggeleng-gelengkan kepala “Habiss… para napi diblok D memperkosa mereka
seharian, mereka kini dibawa keruangan  doctor ijon.. entah masih hidup atau
tidak…….”Rhoni tidak berani memandangiku. “Hahhhh….!!!!!” Mendadak tubuhku
lemas, “Dimana ruangannya!! Dimana…!!!! Bajingan!!!! aku bunuhhh merekaaa
semuaaaa!!!!!” Aku histeris dan hendak menerobos penjara terkutuk itu, namun
Rhoni memegangi tubuhku. “Dhani… sabar!!!!… Dhani…. Jangan sia-siakan
pengorbanan mereka…Bukkk” Dhani meninju wajahku, Aku tercekat, tersadar.

Aku mengikuti langkah Rhoni Dari belakang, Rhoni menarik kereta Dorong
sedangkan aku membantu mendorong kereta dorong itu dari belakang. “Siapa dia
?” petugas jaga disana bertanya menyelidik. “Ohhh.. ini yang sekarang
disuruh Bantu-bantu saya… pakaian kotornya mana pak ?” Rhoni mengalihkan
topic pembicaraan. “Nihhh… “Sipetugas jaga melemparkan pakaian kotor dengan
kasar. Tanpa banyak bicara Rhoni dan aku melewati petugas jaga disana.
“Ingat Dhani…jangan gegabah…, yang itu ruangan Doktor Ijon…”Rhoni
mengingatkanku sekaligus memberitahuku. Aku mengangguk kemudian dengan
mengendap-ngendap kami mendekati pintu yang sedikit terbuka, aku mendorong
pintu ruangan itu. “Keparat….” Aku memaki dalam hati, aku melihat Doktor
Ijon dan 2 orang petugas disana tengah mengangkangi Tarida , Nia dan Feilin,
tidak ada rintihan yang keluar dari mulut para gadisku, tubuh mereka diam
tidak bergerak. Aku dan Rhoni berpandangan, kemudian mengangguk , Rhoni
memadamkan lampu diruangan itu , terdengar bunyi Buk..!!! Bukkkkk… Bukkk!!!
Didalam ruangan yang kini pencahayaannya sangat minim, hanya mendapat
sedikit cahaya dari lampu diluar ruangan.

“Brukkkk….” Terdengar bunyi tiga sosok tubuh yang terjatuh keatas lantai,
Rhoni menyalakan kembali lampu diruangan Doktor ijon. Tubuh bugil doctor
ijon dan 2 orang petugas di LP itu roboh , “Rhoni Cepat..!!!” Aku memanggul
Feilin dan Nia dibahuku, Rhoni seperti tersadar ia memanggul tubuh Nia ,
kami masukkan tubuh mereka bertiga kedalam kereta dorong, dengan rapi Rhoni
menumpukkan baju-baju kotor , untuk menutupi Tarida , Nia dan Rhoni. Rhoni
menarik kereta dorong itu dan aku membantu mendorong dari belakang,
sepertinya situasi berjalan sukses sampai…deg… deggg deggggg…. Seorang
petugas menghampiri kami ia hendak membuang kopi panas kedalam kereta dorong
“Untuk saya saja pak..” aku maju menghadang sambil mengulurkan tanganku.
“Mau Nihhh!!” “Byur..Arggghhhh”rasa panas menyengat dikulitku, kemudian
petugas itu meludah dilantai dan berlalu dari hadapan kami. Rhoni memandangi
petugas itu dengan geram, ia tidak terima aku diperlakukan seperti itu. “Ayo
terus.. Rhon…”Aku mendorong kereta itu kembali.

Aku dan Roni mengangkat baju-baju kotor dari dalam kereta, kemudian aku
masukkan Tarida dan Feilin kedalam Mobil Tua yang biasa dipakai Rhoni untuk
membeli sayur mayor pesanan situkang masak didalam penjara itu, Loh……….. koq
Nia ngakkk ada !!!!!!!!!!! apa ketinggalan ya??????!!! Aku panic dan
bengong. “Rhoniiii… Nia ketinggalan….”

“Hahhh dimana ?” emangg ada empat ?” Rhoni ikut gugup. Aku menoleh kearah
Suara Rhoni yang gugup , wajahku mendadak berseri-seri, aku melihat Rhoni
tengah membopong tubuh Nia. “Ngak Cuma tiga he he he”Aku tertawa gembira.

Rhoni yang kebingungan meletakkan Nia disamping kedua temannya, kemudian
Rhoni duduk didepan untuk segera mengemudikan mobil tua itu sedangkan aku
masuk kebelakang.”Tarida.. Niaaa… Feilin” Aku mengguncang-guncangkan tubuh
mereka, wajahku mendadak pucat, tubuh mereka semakin dingin, nafas mereka
bertiga semakin lama semakin lemah.

“Arggggg! Tidak!!” Jeritanku mengguncang malam dan rintik hujan semakin lama
semakin lebat disertai bunyi geledek yang memekakkan telinga.

***************************

Aku memandangi rumah kosong itu, gelap, tidak ada canda tawa lagi
didalamnya, tidak ada desahan – desahan manja Nia, ataupun jeritan Feilin
yang liar, ataupun guyonan Tarida yang nakal. Dinginnya angin malam menerpa
tubuhku. Rintik-rintik gerimis.. membuat hatiku pilu.

*The Stories Continued*

*Eps 6 (Final): After School & Happy Holiday Bang.*

* **“Tarida” ” Nia” Feilin” aku terus menguncang-guncangkan tubuh mereka,
aku panic karena mereka tidak bereaksi,  tubuh mereka semakin dingin, bibir
mereka tampak pucat, nafas mereka lama semakin lemah… *

*“Rhoni.. cepat… Rhonn!!!” Aku menyuruh Rhoni menginjak gas mobil yang kami
tumpangi.*

*Hujan semakin deras, disertai ledakan-ledakan bunyi geledek yang
menggelegar. Rhoni dengan gugup mengemudikan mobil menuju Rumah Doktor
Wahidin , salah seorang kolega kami , satu-satunya tempat yang dapat
dijadikan tempat berlindung dan berobat jika aku dan kawan-kawanku tertembak
atau terluka berat , tertolongkah mereka bertiga ????.*

*(Red : karena ini eps terakhir jawabnya langsung dibawah ini… hiks… hikss)*

*            *

Aku mengintai dari kejauhan, disebuah pemakaman umum, tangisan keluarga yang
sedang berduka cita terdengar begitu menyayat hati, tanah kuburanpun masih
tampak merah, semerah dendamku yang  membara.

Tidak ada lagi yang dapat kulakukan, semuanya sudah terlambat.
Perlahan-lahan sang waktu merayap dengan malas , siang hari yang panas
berganti dengan dinginnya malam, aku melangkahkan kakiku, menuju sebuah
rumah mewah dikawasan elite tersebut, dari kejauhan mataku memandangi rumah
mewah itu, rumah itu kini gelap tanpa cahaya yang menerangi. Masih terbayang
olehku betapa nikmatnya ketika dahulu aku merengut keperawanan Tarida,
Feilin dan Nia, menikmati tubuh mereka yang hangat dan mulus.

* [image: Foto0123.jpg]*

*********************************

*Tujuh minggu yang lalu       *

* *

*“Hallo…..” Aku mencoba menghubungi nomor telepon Nyonya Fonny , orang tua
Feilin.*

*“Ya… Haloo……..” suara itu menyahut.*

*“Eee… itu nyonya… Feilin ehhhh Non Feilin sakit… beratt!!” Aku ingin
menjelaskan sesuatu tapi entah bagaimana  menjelaskannya.*

*“Lohhhhh koqqqq malah telepon ke saya… , saya tuh sibukkk bisnisss… suami
saya juga… kalo sakit telepon doctor dong…. masa telepon kesaya
sih..!!!Lagian Feilin kan udah gede… masa ngak bisa jaga diri sihh!!!…
urusan sepele gini ngapain sih kamu interlokal ke Amrik segala.. mahallll”
Nyonya Fonny malah ngomel panjang lebar.*

*“Hallo… Halllo…,Bego… Gebleggg.”Aku sewot naik darah karena Nyonya Fonny
mendadak memutuskan telepon, udah mahal-mahal interlokal malah kena damprat.
*

* *

*Aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mulai dapat mengerti mengapa
sifat Feilin nakal, galak, agak liar, rupanya selama ini ia kekurangan kasih
sayang, orang tuanya hanya sibuk mengurus urusan bisnis tanpa memperhatikan
anak mereka. Rumah yang sebesar ini, hanya ada seorang pembantu tua
part-time, nyuci , masak terus pulang deh ke rumahnya di RT tetangga.
Nyonya Fonny dan Tuan Richard kadang-kadang pulang 3 minggu sekali, kadang
sebulan sekali,  itupun hanya dua atau tiga hari saja mereka ada dirumah
megah dan besar ini. *

*“mamah pulang… papahhh…”Feilin mengigau, dengan telaten Aku merawat Feilin,
sudah dua hari ia menderita demam akibat perkosaan masal yang dialaminya,
demikian juga dengan Tarida dan Nia, hanya bedanya mereka berdua dirawat
dengan penuh kasih sayang oleh orang tua mereka masing-masing.*

* *

****************************** *

*Dirumah Tarida*

*“Tarida kamu kenapa…?” mamah Tarida terkejut melihat keadaan anaknya*

*“Tarida ketularan feilin deh.. mahhh.. kan kemaren sabtu ama minggu jagain
dia yang lagi sakit.. demamm.. hhhh” Tarida berbohong padahal dua hari yang
lalu ia dan Feilin sama- sama terkapar tanpa daya.*

* *

*******************************

*Dirumah Nia*

*“Mamahhh…. Hkkk Hkkkk”begitu pulang Nia menangis sambil  memeluk mamahnya*

*“Hahhh… badan kamu koqq panass sayangg…” Mamah Nia memegang kening Nia
dengan telapak Tangannnya.*

*“Duhhhh… anakk mamah sakittt… kita ke doctor ya..”mamah Nia memapah tubuh
Nia. *

*“Sudahhh… sudahhhh… cuppp… anak mamah kalo sakit jadi manja dehh”dengan
penuh kasih sayang mamah Nia mengecup kening Nia.*

* *

********************************************

*Kini didalam rumah itu tidak ada lagi rengekan manja Nia, Tidak ada lagi
jeritan kecil Feilin yang liar dan binal, Tidak ada Lagi Guyonan Tarida yang
nakal. tidak ada lagi canda tawa diselingi oleh rengekan-rengekan manja. *

* *

*Rintik-rintik gerimis semakin membuat hati pilu, air mataku mengalir deras
membasahi pipiku, mengingat betapa malangnya nasib ketiga gadisku. *

* *

******************************************

*Sebuah teriakan manja menghentikan lamunanku……….. *

”Mang Dhani… bawain donggg berat nehhhhh” aku menoleh kebelakang , kearah
suara itu, Tarida protes.Aku tersenyum melihat mimik wajahnya yang imut rada
cemberut, aku habis menemani ketiga gadisku Shoping diMall.

———————-

– *Bikin kaget ya ? *maap dehh ho ho ho,* mo godain para
mupenger…*^^*(Red : Makanya
rumahnya gelap , penghuninya lagi pada keluar semua, tuch mereka dah pada
balik he he he….) *

———————–

Sambil mengambil barang bawaan Tarida aku sempat mencomot buah dadanya.

“Mang.. nanti diliat orang..” Tarida buru-buru menepiskan tanganku.
“Feilinnnn…. Niaaaaa… Ayo cepat.. gerimisnya makin gede” Aku memanggil
Feilin dan Nia.

Feilin dan Nia berlari kecil menghampiriku “Hu.. uh.. Mang Dhani, masa
Tarida doang yang dibawain…” Feilin dan Nia merengut manja.

“Ya sudah, ayo sini biar mang Dhani yang bawain…” Aku mengulurkan tanganku
mengambil barang bawaan Mereka.

“Tapiii…, kalian juga tolong bawain yang mang Dhani ya.”

“Bawain apa mang ?” Feilin kebingungan, Nia dan Tarida saling berpandangan
kemudian menatapku keheranan.

“Ini yang diselangkangan berat bawanya he he he” aku terkekeh-kekeh.
“Abisnya kegedean sihhhhhh…..” Tarida seperti sengaja merapatkan pantatnya
keselangkanganku.

Sontak saja kemaluanku membesar tanpa dapat dibendung,

“Ha ha ha.. duhhh kasian.. masih dikurung ya.? Dasar !!! Sosis Raksasa he he
he” Nia dan Feilin tertawa lepas kemudian membelai-belai bagian celanaku
yang menggembung.

Dari kejauhan terdengar suara mesin mobil yang semakin mendekat, ketiga
gadisku menghentikan aksinya,aku mengikuti langkah mereka dari belakang
sambil menatap buah pantat mereka yang bergoyang-goyang, menggodaku dari
balik seragam sekolah yang mereka kenakan. Sudah 7 minggu lebih aku puasa
lahir & batin, menunggu dan menunggu sampai ketiga gadisku pulih, tampaknya
kondisi mereka kini sudah fit, aku menelan ludah membayangkan persetubuhan
yang nikmat, lubang Vagina yang seret dan sempit, tubuh yang halus dan mulus
!! OO YEAHHH!!!!

*“Mangggg Dhani kesini…mau kemana he he he?” *

*“Lohhhhhhh koqqqqqq, malah lurus sih… ?” *

Aku tersentak celingukan sambil menolehkan kepalaku kebelakang ,

Aduh !! malu rasanya ketika mereka menatapku dengan tatapan mata yang nakal

“Mmmm Abiss gelappp sih rumahnya…. ” aku mencari-cari alasan.

Tapi sepertinya mereka tahu apa yang kupikirkan, pikiran-pikiranku yang
ngeres.

“Emm itu…nya kalian, sudah baik-baik saja kan?” Aku kesulitan mengemukakan
isi hatiku.

“He he he… pasti mang Dhani udah kepengen ya ?masak rumah feilin sampe
kelewat sih ? pasti gara-gara Mang Dhani mikirin yang ngeres-ngeres he he
he” Feilin tersenyum kecil, sikucing liar Feilin menebak pikiranku.dengan
tepat.

“Lohhhh ? koq tahu..?”Aku balik bertanya.

“Tuhhhh ! yang dibawah udah teriak-teriak…” Tarida menunjuk kearah celanaku
yang menggembung.

“Sebenarnya, dari kemaren-kemaren juga udah ngak apa-apa sih…. Kami Cuma
pengen godain mang Dhani” Nia akhirnya membuka rahasia mereka bertiga.

Aku buru-buru menggiring Tarida, Nia, dan Feilin. “Uhhh… Achhhh manggg”
“Jangan ahhh, manggg akhhh” “Enakkkkkk Ouchhh”

Ketiga gadisku mendesah manja menggodaku kemudian setelah membuka pintu
pagar, mereka berlari-lari kecil kedalam rumah. Aku buru – buru mengikuti
ketiga gadisku, , setengah berlari aku mengejar mereka bertiga.

“Tunggu.. he he he”.

Dihadapanku, berdiri tiga gadis Chinese yang cantik, mulus dan mungil,
mereka menggerak-gerakkan tubuh mereka dengan manja, kupeluk mereka bertiga
, ciumanku mendarat kesana kemari.

“Hii… hii hii geli mangg stoppp” “Ahhhh… manggggg” “Awww… ha ha ha ha”para
gadisku terkekeh-kekeh kegelian.

Lagi asik-asiknya aku menciumi mereka, tubuhku didorong dengan lembut.
“Bentar mang, kami mandi dulu ya…” Nia mendorong dadaku.

“Ngak usah… kalian udah wangi koq..” Aku menelan ludah tidak sabaran. “Sabar
mang Dhani sayanggg…,  mang Dhani juga harus mandi ya.., supaya bersih”
Feilin menuntunku kekamar mandi, Tarida mengambilkan handuk untukku. Dengan
terburu-buru aku mandi, setelah mengeringkan rambut dan tubuhku, aku keluar
dari kamar mandi tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhku. Aku keluar
mencari-cari makananku yang hangat dan nikmat. Telingaku mendengar bunyi –
bunyi aneh dari kamar mandi lain tidak jauh dari tempatku, bunyi airkah itu
? sepertinya bukan…. Aku mendekati kamar mandi yang mengeluarkan suara aneh
itu, Terdengar suara – suara rintihan kecil didalamnya.

“Tarida… Niaaaa… Feilinnnn… ayo buka manis…Tok… Tokkkk Tokkkkk”aku
mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Berkali-kali aku mengetuk pintu itu ,
berulang kali aku memohon agar mereka yang didalam mau membukakan pintu
untukku, sebuah pintu menuju kenikmatan.

[image: Foto0124.jpg]

Akhirnya terdengar bunyi “Klikk” kemudian pintu kamar mandi itu terbuka
lebar, wajah Nia terlihat sexy dengan rambutnya yang basah. Feilin sedang
duduk dipinggiran bak mandi dan Tarida sedang asik memeluk tubuh Feilin.
Mereka bertiga terkekeh-kekeh nakal, memandangi selangkanganku. Aku
menyergap dan mengangkat tubuh Nia sampai ia terpekik kaget, bibirku
menyumpal bibirnya, Nia mengalungkan kedua kakinya kepinggangku, sedangkan
aku mencengkram buah pantatnnya agar tubuh Nia tidak terjatuh. “Mmmm…
Mmmmmmm” Bibirku dan bibir Nia Saling melumat, Aku menarik wajahku,
kupandangi wajah Nia yang berada dekat sekali dengan wajahku. Nia membuka
mulutnya, lidahnya terjulur keluar, aku tersenyum, kuemut-emut lidah Nia ,
lidahku dan lidah Nia terjulur saling mengait dan saling menghisap lidah.
Bibir kami kembali bertautan, lidahku terjulur kedalam mulutnya, hisapan dan
emutan mulutku semakin kuat “Hmmm Mhhhhhhh… Mhhhhh…nnnnnnhhhhh..”aku meremas
buah pantatnya, aku berusaha memasukkan kemaluanku dalam posisi berdiri, Nia
menggerak-gerakkan pinggulnya berusaha membantuku.

“Ahhhh Susahhh manggg….” Nia mendesah, ketika kemaluanku terpeleset untuk
yang kesekiankalinya.

Feilin dan Tarida menghampiriku yang sedang asik berusaha memasukkan
kemaluanku dalam posisi berdiri. Tarida membantu mengangkat pantat Nia
sedangkan Feilin membimbing kemaluanku menuju lubang Vagina Nia yang kecil
dan sempit. “Henngghhhh………… ” wajah Nia terangkat menatap langit-langit,
ketika kepala kemaluanku mendesak lubang Vaginanya. “Slepppp……….Ouchhhh”

Dengan susah payah kepala kemaluanku menggeliat memasuki lubang sempit
diselangkangan Nia, semakin dalam dan dalam. Aku mulai mengayunkan
kemaluanku, kedua paha Nia semakin kuat menjepit pinggangku. “Ahhhh…oww,
manggg enakkkk…mmmmhh mmhh” kuciumi bibir Nia dan kulumat -lumat dengan
kasar, aku semakin kuat dan cepat menusuk-nusukkan kemaluanku.

“Whowwwww….” “Uchhhhhh….” hampir bersamaan suara itu terdengar dari mulut
Feilin dan Tarida.

“Cleppp… cleppppp Pleppppp… clopppppp…” Suara-suara becek semakin keras
terdengar, wangi sabun mulai tercampur dengan harumnya cairan vagina Nia.

“Ahhhhhh… Akkkkkk Crrrtttt.. Crttttttt” Kedua kaki Nia menjepit pinggangku
dengan kuat, pinggangnya melenting kebelakang, denyutan-denyutan kuat seakan
– akan sedang memeras Cairan Nia yang harumnya mirip wangi daun pandan.

Perlahan-lahan aku menurunkan tubuh Nia, Feilin mengambil posisi berdiri
menungging disisi bak mandi, kedua tangannya bertumpu pada pinggiran bak
mandi, aku mendekati buah pantat Feilin, kuarahkan kepala kemaluanku
menekan-nekan lubang anus Feilin, berkali-kali kusentak-sentakkan kepala
kemaluanku untuk memaksa memasuki lubang anus Feilin yang mulai melebar dan…

“Ha akkkkkhhh… Uhhhh Mang Dhani…., aw!!!”Feilin terdorong kedepan, ia
menjerit keras ketika aku berhasil menjebloskan kepala kemaluanku dengan
satu sentakan yang sangat kuat, untuk beberapa saat aku membiarkan Feilin
membiasakan diri.

Tarida mengambil posisi Duduk dipinggiran Bak Mandi, tepat disebelah Feilin
yang sedang berdiri dengan sedikit menungging, Nia perlahan-lahan berlutut
diantara selangkangan Tarida. “Ohhhh Nia… Enakk Banget…… akhssss kamu tambah
pinter dehhhh… “Tarida memuji Nia yang asik mengemut-ngemut dan menjilati
selangkangannya.

Tarida merintih manja, ketika Feilin mengelus payudaranya

“Ihhhh Susunya tambah bulet….hi hi hi” Feilin cekikikan, Pinggulnya
bergoyang-goyang sehingga membuat tensi birahiku naik dan dengan satu
sentakan kuat aku menjebloskan kemaluanku kelubang anusnya.

“Achhhh owwwwww…. Mmmm Mmmmhhhh” kini giliran Feilin yang merintih-rintih
ketika aku memacu kemaluanku merojok-rojok lubang anusnya. “Plkkkk…
Plllkkkkk… plokkkkk….” Terdengar bunyi mesra buah pantat Feilin beradu
dengan daerah selangkanganku.

[image: 70312_4_122_489lo.jpg]

Tubuhnya tersentak-sentak dengan kuat dan semakin kuat seiring dengan
semakin tingginya tensi birahiku, tanganku merayap keselangkangan Feilin
mencari-cari daging kecil sebesar “kacang tanah yang mungil” jariku bergerak
dengan lincah menggesek dan menekan-nekan daging mungil diselangkangannya.
Setelah melalui sebuah perjalanan yang menyenangkan tiba-tiba “Aaaaa…
Aaaaaaa Aaaaannhhhhh…Enggghhh Owww Ccrrtttt Crrtttttt” semburan hangat
menyembur dari lubang Vagina Feilin, tubuhnya *meliuk dalam satu gerakan
indah , sensual dan erotic*.

“Manggg Dhani, aku mauuuuu….” Tarida merengek manja, ia hendak turun dari
bak mandi namun………………………..

“Awwwww…..Plesetttt Byurrrrrrrrr Haeeeepppp.. Glk.. Uhukk Uhukk” Tarida
terpeleset dan terjungkal kedalam bak mandi.. Feilin dan Nia saling
berpandangan kemudian terkekeh-kekeh , menertawakan Tarida yang terjungkal
kedalam bak mandi.

“Ha ha ha ha ha…. Sini… manisssss” Aku mengangkat tubuhnya yang mungil dari
dalam bak mandi. “Uhhh Dinginnnn… “Tubuh Tarida menggigil kedinginan, aku
segera memeluk tubuhnya dari belakang sambil berbisik dibelakang telingannya

“Gimana, sudah hangat ?” dengan erat aku memeluk tubuhnya dan
mengusap-ngusap buah dada Tarida.

Tarida tersenyum malu , ia mengangguk pelan ketika aku tambah erat memeluk
tubuhnya. Aku menciumi lehernya terus merayap kepundaknya, kedua tanganku
terus meremas-remas payudaranya yang semakin kenyal dan keras.

Berkali-kali tubuh Tarida menggelinjang -gelinjang kegelian, desahan dan
rintihannya bertambah manja, kemudian Tarida menggeliat berusaha melepaskan
tubuhnya dari pelukanku, tapi mana mau aku melepaskan tubuh mungilnya yang
halus dan mulus.

“He he he mangg dhani.. ha ha ha ha ha.. geli, Haa kkhh Sssstttttt uhhhhhh ”
Tarida kegelian ketika aku memelintir-melintir putting susunya. Aku semakin
rakus menciumi Tarida dan mengendus-ngendus tubuhnya yang harum. Nia
bersujud disebelah kanan dan menarik kemaluanku, lidah Nia menari-nari
melingkari kepala kemaluanku, diciuminya kemudian diemut-emutnya kepala
kemaluanku yang bentuknya seperti Helm, Feilin bersujud disebelah kiri dan
mengelus-ngelus buah pelirku, Tangannnya yang halus sesekali meremas buah
pelirku. Tarida membalikkan tubuhnya kemudian menarik kepalaku kearah buah
dadanya, aku menyusu didada Tarida, mulutku melahap buah dadanya yang ranum
dengan rakus.

Mulutku mengemut payudara Tarida Bagaikan bayi raksasa  kelaparan yang
sedang menyusu

“Mang Dhani aku mau coba yang seperti Nia tadi… Ayooo manggg.. Dhaniiiiii….”
Tarida merengek manja, ia mengalungkan kedua tangannya keleherku.

Aku merendahkan kemaluanku, Tarida membantu dengan mengangkangkan kedua
kakinya kemudian dengan susah payah kemaluanku menerobos lubang Tarida yang
sempit, kutenggelamkan kemaluanku sampai amblas secara sempurna. Tanganku
meraih kedua buah pantat Tarida, kuangkat tubuh mungil Tarida, kedua kaki
Tarida langsung mengait pinggangku, jepitan pahanya yang mulus terasa sangat
halus ketika bergesekan dengan pinggangku, kedua tangannya melingkar
dileherku. Aku mulai menyentak-nyentakkan kemaluanku dengan lembut,
perlahan-lahan kupercepat dan semakin cepat. ” Ahhhh… Mmmhnn Nnngggggg…
“Tarida merintih-rintih, terkadang-kadang matanya terpejam rapat-rapat
menikmati sodokan-sodokanku yang liar.

“Ahhh Aaaaa Awwww.. Crrrtttt.. Crrrttttt” Tarida merangkulku erat-erat
ketika menahan badai kenikmatan yang melanda lubang vaginanya, tubuhnya
menggelepar ketika berkali-kali vaginanya menyemprotkan cairan kental yang
terasa hangat, sangat hangat !!

“Hatt-chii!” Feilin tiba-tiba bersin,aku tersenyum,

Setelah aku menurunkan tubuh Tarida aku menggiring ketiga gadisku kedalam
kamar. Aku tidak mau mereka sampai masuk angin, kedinginan, lebih baik aku
menggarap mereka didalam kamar, sungguh tidak kusangka kalau ketiga gadisku
semakin nakal, liar, manja dan menggemaskan, kuambil handuk berwarna Coklat
muda dan kukeringkan tubuh mereka dengan handuk.

“Nahhhh sudah….” aku menepuk pantat Nia dengan lembut.

Feilin dan Tarida mendorong dan mendudukkanku diranjang, aku duduk sambil
mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar seakan-akan sedang memamerkan
kemaluanku yang panjangnya 19,4 cm. Nia, Tarida dan Feilin berjajar
dihadapanku, tubuh mereka meliuk-liuk dengan indahnya, mataku melotot
melihat mereka sedang menari erotis. Ahhh sulit untuk kuungkapkan dengan
kata-kata, tubuh mereka yang mulus dan halus, bergerak dengan indahnya,
tarian erotis yang disuguhkan oleh ketiga gadisku membuat kemaluanku semakin
keras dan tegang. Aku bangkit berdiri Feilin kusuruh menungging ditengah
ranjang, Nia kusuruh menungging diatas Feilin dan Tarida menungging diatas
Nia. Kini dihadapanku tersusun buah pantat bertingkat tiga, mulus, halus
bulat dan padat. Hotel tiga tingkat bertingkat berbintang lima…!! Ehh? Hmmm
kayanya sih, lebih cocok tiga tingkat buah Pantat berbintang lima..ya ?  ^^

Kutusukkan jari kiriku kelubang vagina Feilin, kemudian Jari kananku
perlahan-lahan memasuki lubang vagina Nia, kujulurkan lidahku menjilati
vagina Tarida dari belakang sambil menggerak-gerakan jari-jari tanganku
keluar masuk vagina Feilin dan Nia. Kini didalam ruangan kamar itu terdengar
paduan suara dari tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus,
rintihan-rintihan kecil saling menyambung menciptakan sebuah melody birahi
yang terdengar merdu bak buluh perindu. Cukup lama juga aku memainkan
lubang-lubang sempit mereka bertiga, kugeser posisiku, kuarahkan kemaluanku
pada tingkat pertama, vagina Feilin yang berwarna merah muda.

Satu tusukan yang kuat membuat Feilin menjerit kecil, selanjutnya tubuh
Feilin terdorong maju mundur dengan kuat, tanganku sibuk memainkan Buah
pantat Tarida ditingkat tiga dan mengelus-ngelus Paha Nia di tingkat dua,
aku terus melakukan tusukan-tusukan gencar dilubang Vagina Feilin sampai
pada satu waktu

“Achhhh Crrrrr… Crrrrrrrrrr” Feilin terengah-engah , cairan vaginanya
menyemprot bagaikan gelombang disamudra birahi. Kuarahkan kemaluanku kini
ketingkat dua, vagina Nia, Nia merintih lirih ketika tusukanku membuat
tubuhnya terguncang-guncang, hmm biasanya sih Nia cepat keluar tapi kali ini
tidak, rupanya Nia sudah banyak kemajuan, kupercepat irama sodokanku.

“Ahhhh.. Aaaaaaa… Aaaaaaaaaacchhhhh” lumayan lama juga aku berusaha
menundukkan Nia, sampai akhirnya tubuh Nia mengejang “Akhhh..Aaaaaaaa…
Crrrrr Kecrrrtt ” tertumpahlah cairan hangat dari dalam vagina Nia. Kucabut
kemaluanku dan kulanjutkan ketingkat tiga , lubang vagina Tarida.

Karena terlalu bernafsu beberapa kali kemaluanku terpeleset ketika berusaha
memasuki lubang kecil diselangkangan Tarida. “He enngggg… ahhh ahhhhhhh”
tubuh Tarida terdorong kedepan ketika satu tusukan yang kuat menghantam
lubang vaginanya, Tarida menoleh kebelakang, kuemut bibirnya dari belakang,
jempolku menekan-nekan lubang anusnya ,Tarida tampak resah rupanya nafsu
birahinya sudah memuncak, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
merobohkannya.

“Crrrrr… Crrrrrrrr Oahhhhhhhh” Tarida menggelepar-gelepar ,
tusukan-tusukanku semakin gencar “Argggggg….. Kecrotttt….. Kecrotttt…
Crootttttttttttttttt” Air maniku muncrat, aku ambruk menindih tubuh Tarida.

“Mampus aku, manggg Dhani heggkhhhh….” Feilin yang berada dibawah mengeluh
menahan berat badan kami bertiga, aku buru-buru bangkit, Tarida dan Nia
segera menggeser tubuh mereka.

Feilin membalikkan tubuhnya, Tarida dan Nia berbaring kelelahan disisi
sahabatnya. Mata ketiga gadisku terpejam rapat, mereka kecapaian setelah
kugenjot dengan liar dan brutal, kuselimbuti tubuh mereka bertiga , kukecup
lembut bibir ketiga gadisku yang kini tertidur pulas., kubaringkan tubuhku,
tidak berapa lama akupun jatuh tertidur.

Pada pagi hari jam 6.11, aku sedang duduk-duduk santai diruang tamu, aku
menoleh mendengar suara pintu kamar terbuka, Nia keluar dari dalam kamar.

“Hoaammm… manggg Dhani…lagi ngapain ” Nia merentangkan kedua tangannya
keatas. Tampaknya Nia masih mengantuk, ia berjalan menghampiriku. Putting
susu Nia tercetak jelas dari balik piyama tipis ,berwarna biru muda yang
dikenakannya. Kutarik tubuh Nia agar duduk dipangkuanku, ia menggeliat
kegelian ketika aku menciumi lehernya.

“Hi hi hi.. mang dhani, aduhhh, ihhhh tititnya nusuk…” Nia terkekeh-kekeh
merasakan kemaluanku bangkit begitu bersentuhan dengan pahanya. Tanganku
bergerak dengan lincah , kulepaskan baju piyama berwarna biru muda, kubuang
jauh-jauh.

“Nia kamu ngak pake bh…”kataku sambil mengelus bagian bawah payudara Nia.

“Emang enggak.. pake , kan aku mau nyusuin mang Dhani supaya sehat, sini
mang Minum Susu dulu he he he” Nia menarik kepalaku sambil menyodorkan buah
dadanya. Nia memekik kecil ketika aku dengan rakus menetek disusunya.
Tanganku menarik celana piyama Nia, Nia tersenyum duduk dipangkuanku.
Kutusukkan jari telunjukku kelubang Nia, bibir Vagina Nia menjepit kuat-kuat
jari telunjukku, rasanya sempit banget, hangat dan basah.* *Nia Turun dari
pangkuanku, ditariknya turun resleting celanaku, kemudian Nia menarik celana
panjang yang kukenakan, aku membantunya dengan menggeser-geserkan pinggulku.

Mata Nia berbinar-binar melihat sesuatu yang menggembung dibalik celana
dalam yang kukenakan, dielusnya permukaan celana dalamku kemudian diremasnya
dengan lembut, Nia tersenyum sambil terus menggoda isi celana dalamku.
Tangan Nia menyelinap kebalik celana dalamku dan menarik keluar kemaluanku,
lidah Nia menggelitik kepala kemaluanku. , lidahnya bergerak
melingkar-lingkar dikepala kemaluanku. Nia membuka mulutnya lebar-lebar
kemudian dimasukkannya kepala kemaluanku kedalam mulutnya. “Mmmm… Mmm” suara
mulutnya yang sedang asik mengemut kepala kemaluanku, “Auhh..!!!” Aku
tersentak kaget merasakan gigitan-gigitan kecil dikepala kemaluanku. Kedua
tangannya dengan lincah mengocok-ngocok kemaluanku, sesekali mulutnya
menciumi batang kemaluanku.

Ahh !!! aku kembali tersentak kaget ketika Nia dengan nakalnya menggigit
batang kemaluanku, “he he he “Nia terkekeh-kekeh, Nia memasukkan kepala
kemaluanku kedalam Mulutnya, lidahnya bergerak memutari kepala kemaluanku,
Aku tersenyum sambil membelai-belai kepala Nia, Nia-ku yang sexy semakin
pandai, sesekali aku meringis ketika Nia menggigit-gigit kepala kemaluanku
dengan gemas.

“Ahhhhh… ja.. jangannn digigit gitu sayanggg Ouhhhhh… waduhhhh” Aku menahan
kepalanya,  Nia menengok keatas memandangi wajahku, aku menundukkan wajahku,
sambil menarik wajah Nia, kulumat bibirnya yang mungil.

Nia menarik bibirnya dari bibirku, ia tertawa kecil dan memandangiku dengan
tatapan matanya yang nakal. Nia menekan bahuku agar aku bersandar
kebelakang, ia berusaha menunggangiku. Pinggulnya menekan turun , sedangkan
tangan kanannya mengarahkan kepala kemaluanku ke lubang vaginanya.
“Ennhh…sllleepphhh” perlahan-lahan kepala kemaluanku mulai memasuki lubang
vagina Nia, aku membantu menekan pingul Nia agar kemaluanku semakin dalam
memasuki lorong sempit diselangkangannya, untuk sesaat Nia berusaha
mengendalikan diri menerima kemaluanku yang besar diselangkangannya,
wajahnya bersemu merah ketika tatapan mata kami saling beradu pandang. Nia
mencoba mengangkat pinggulnya kemudian digerakkannya pinggulnya turun ,
gerakan itu dilakukan berulang kali, Nia mendesah dan merintih-rintih sambil
terus memainkan pinggulnya Naik turun. Aku menggeser pinggulku agar dapat
bergerak dengan lebih leluasa, kini aku mulai memacu kemaluanku keatas,
kusentakkan berkali-kali sampai bunyi-bunyi becek terdengar dari kemaluan
kami yang sedang berjuang meraih kenikmatan.

“Clepp Cleppp cllppp Cleppp Cleppp… Clepppp” , dipagi hari yang indah ini
kembali terjadi saling serang menyerang antara kemaluanku dengan vagina Nia,
jika aku menusukkan kemaluanku keatas Nia segera menyambutnya dengan
goyangan pinggulnya,tubuhnya meliuk-liuk dengan indah sehingga tensi
birahiku semakin tinggi, lumayan lama kami bertarung

“Uhhhhh mang Dhani!!” Nia roboh dalam pelukanku, lubang vaginanya
memuntahkan cairan kental berwarna bening. Aku memeluk dan mengusap-ngusap
punggungnya, aku belum merasa puas, kemudian sambil menyentak-nyentakkan
kemaluanku keatas, kuremas dan kubelai lembut buah pantat Nia yang bulat dan
padat, kupercepat irama tusukanku, Nia meringis-ringis keenakan, tubuhnya
menggelepar-gelepar lembut dalam pelukanku.

Satu perjalanan yang panjang, akhirnya kembali membuahkan hasil yang
memuaskan “Annnhhh Srrrtttttt… Rrrrtttt” Nia kembali terkulai untuk yang
kedua kalinya, empat kali aku merobohkan Nia , tubuhnya bersimbah keringat
,pertarungan sengit selama 1 jam 45 menit membuat Nia terkulai kecapaian, ia
beristirahat diatas tubuhku.

“Nia lapar manggg….kita beli nasi padang yukk..”Nia mengalungkan kedua
tangannya keleherku dengan manja, kemudian Nia turun dari tubuhku, tangannya
membasuh lelehan air mani yang meleleh kesela-sela pahanya. Aku bangkit dan
kembali berpakaian, Nia masuk kedalam kamar , tidak berapa lama ia sudah
berpakaian, seksi banget, baju kaos ketat warna abu muda dan celana jeans
pendek menutupi tubuhnya.

“Feilin sama Tarida sudah bangun ?” aku bertanya.

“Ngak, belum, he he he kecapaian, habisnya kemaren malam terus digenjot mang
Dhani Sihhhh….” Nia terkekeh-kekeh menyindirku.

Aku tersenyum , mengakui, karena kemarin malam Feilin dan Tarida minta
tambah beberapa ronde lagi, aku menggarap Tarida dan Feilin sampai mereka
terkulai tanpa daya. Aku mencoba menyalakan mobil yang biasa kugunakan untuk
mengantar ketiga gadisku kesekolah, waduh kenapa nih , sepertinya mogok
deh..!!!

Nia menyarankan agar kami berjalan kaki saja. Sinar matahari pagi terasa
hangat menerpa tubuh kami berdua, aku menuruti keinginan Nia yang katanya
sambil berolah raga jalan pagi, aku berjalan agak jauh dibelakang Nia , agar
orang-orang tidak curiga, kami menunggu angkutan kota setelah kelelahan
berjalan kaki.

Akhirnya sampai juga kami kewarung nasi favorite ketiga gadisku yang
letaknya agak jauh dari kompleks perumahan elite itu (+/- 40 menitan , naik
angkot), Nia memesan empat bungkus nasi padang lengkap dengan lauk pauknya,
wajah Nia tampak berseri-seri ketika menerima pesanannya. Pada saat
perjalanan pulang, disebuah tempat yang sepi, sebuah mobil BMW meluncur
melewati kami, wajah Nia mendadak pucat, mulutnya menceracau tidak karuan,
jari telunjuknya menunjuk mobil BMW itu.

“Nia…!! Kamu kenapa ? Heiii” Aku menggguncang-guncangkan tubuhnya. Nia
seperti tersentak kaget, Nia menjelaskan secara singkat apa saja yang harus
mereka alami demi membebaskanku, Pelecehan, dan akhirnya pemerkosaan –
pemerkosaan yang sangat brutal,dan kini otak pelakunya tengah menuju rumah
Feilin.

”Manggg Ayoo!!! Kita harus menolong Tarida sama Feilin mangggg… hhk
hhhkk”mata Nia berlinangan air mata, aku buru-buru mengikuti  Nia yang
berlari-lari sekuat tenaga. “Hosssshhh. Hossshhhh aduhhh mangg… hhhh hhh”Nia
kecapaian, sepertinya olah raga kecil yang kami lakukan dirumah sudah
terlalu banyak menyita tenaganya.

“Nia.. Aku duluan..”

Nia mengangguk. “Iya manggg cepat selamatkan Tarida dan Feilin Hosh Hhh”

***************************

Feilin dan Tarida baru saja selesai mandi, mereka mengeluarkan sebuah kotak
kardus yang nampaknya masih baru, dibukanya kardus itu dari dalamnya
dikeluarkan beberapa pasang celana dalam model G-String yang sengaja mereka
pesan lengkap dengan stocking berwarna lembut. Tarida dan Feilin memakai
accesoris baru mereka untuk menggoda Dhani. Mereka tersenyum begitu
mendengar suara pintu rumah dibuka seseorang, sambil mengendap-ngendap
mereka menuju pintu kamar dan “Hiattttttt….aww” Tarida dan Feilin melompat
dari dalam pintu kamar yang tiba-tiba terbuka, wajah mereka mendadak pucat
pasi melihat sesosok tubuh berlemak yang sudah sangat mereka kenal

“Ha ha ha ha ternyata kalian sudah bersiap-siap menyambutku.. he he he”
Sigemuk mengacung-ngacungkan sebuah dompet dan kunci milik Feilin yang
dahulu sempat tertinggal.

Feilin dan Tarida ketakutan, bagaikan dikomado mereka segera meloncat masuk
kembali kedalam kamar. Namun sebelum mereka berdua hendak menutup pintu
kamar tangan Si gemuk dengan tangkas menahan pintu itu, terjadilah aksi
dorong mendorong yang cukup seru, namun apalah artinya tenaga dua orang
gadis mungil seperti mereka dibandingkan dengan tenaga sigemuk.
“Brakkkk…!!!”

“Owww” “Aduhhhh” Satu terjangan yang kuat dari luar membuat Feilin dan
Tarida terjengkang. Sosok gemuk berlemak dan bertampang sangar itu melangkah
masuk kekamar, ditutupnya pintu kamar itu.

*Sementara itu….*

——————————————————————————–

Didalam angkutan kota aku gelisah, belum lagi jurus sakti angkot yang
membuat aku dan para penumpang mati kutu ( red : jurus ngetem !!! mampus dah
!!) , sebuah semboyan tertulis dikaca *“Anda butuh waktu, kami butuh uang”.
*Aku semakin stress dan gelisah,* *ditambah lagi suasana kendaraan dijalanan
yang mulai ramai berdesakan, sepertinya mulai macet total.* *

Sigemuk menutup pintu dibelakang tubuhnya, matanya memandangi Tarida dan
Feilin yang hanya mengenakan celana dalam model Gstring, Stocking, dan kaos
seksi yang minim dan ketat, bulatan buah dada kedua gadis itu tergambar
dengan jelas, begitu menggoda dari balik kain kaos yang ketat dan tipis.

“Ha ha ha seksi.!!. cantik..!! cantik sekali!!! he he he”Sigemuk memuji
Tarida dan Feilin, kedua gadis itu menyilangkan tangannya dibagian-bagian
tubuh mereka yang sensitive. “Awww…. Lepasss… tidakkk” Tarida meronta-ronta
ketika sigemuk menerkamnya, bibir sigemuk menciumi leher Tarida, Feilin
berusaha menolong Tarida,

Sigemuk mengeram merasa terganggu, satu dorongan yang kuat membuat Feilin
terpental dan terpelanting

“Dukkkkk… Aaaduhh… Ohhhhhhhhhhhh” kepala Feilin terbentur tembok, tubuhnya
mendadak lemas, pandangan matanya berkunang-kunang.

“Fei… Feilinnn…”Tarida mengkhawatirkan kondisi Feilin yang terkapar
dilantai. Sigemuk mendorong tubuh Tarida keatas ranjang, kemudian tubuh
gemuk dan berlemak itu menindih tubuhnya.

“Hm..eeemm..mmm” bibir Tarida dilumat oleh sigemuk, air mata mulai mengalir
dari sudut mata Tarida. Si gemuk terkekeh-kekeh. Tangannya menarik kaos
minim yang dikenakan Tarida keatas, tersembullah buah dada Tarida. Tarida
memekik kecil ketika sigemuk melahap payudaranya. Lidah sigemuk
mengait-ngait putting susu Tarida, dijilati dan diemut-emutnya puncak bukit
milik gadis itu. Tangan sigemuk menarik simpul celana dalam Tarida, Tubuh
Tarida yang mungil diteduhi oleh tubuh gemuk berlemak , sigemuk menyentakkan
kemaluannya dan  ”Ahhhh.. Ahhhhh… “tubuh Tarida tertekan-tekan dengan kuat
ketika sigemuk memperkosanya dengan liar dan brutal.

Kedua tangan Tarida berusaha menahan gerakan pinggul sigemuk, segemuk
mendengus kesal, dengan kasar sigemuk menepiskan kedua tangan Tarida
dipinggulnya, diremas-remasnya payudara Tarida kuat-kuat

“Ahh auhhh….sakittt aowwww”Tarida kesakitan, air mata mengalir semakin deras
dari mata Tarida yang sipit, buah dada Tarida tampak memar kemerahan ketika
tangan sigemuk melepaskan buah dada Tarida, jari tangan sigemuk
memelintir-melintir dan menarik-narik putting susu Tarida, sesekali dengan
gemas sigemuk mencubit payudara Tarida sehingga Tarida memekik kesakitan,
tangannya yang mungil berusaha mendorong-dorong tubuh gembrot yang
terkekeh-kekeh keenakan, tangan mungil Tarida berkali-kali menepiskan tangan
sigemuk, tubuhnya meronta-ronta.

“Duh Tarida, gemes gua ama susu lu… gimana ? enak ngak gua entot…He He He…
pasti lu rindu ama gua”sigemuk semakin kasar menghujamkan batang
kemaluannya. “Aaaa Ouhhhhh… Crrrt… Crrrrrrr” tangisan Tarida tertahan ketika
cairan kenikmatan itu tiba-tiba saja meledak tanpa kompromi.

“He he he… bucat juga lu akhirnya…”sigemuk cengengesan. Ditariknya tubuh
Tarida agar berdiri, tangan mungil Tarida memukul-mukul sigemuk yang
terkekeh-kekeh.

Si gemuk tibat-tiba mengigit bahu Tarida sampai Tarida memekik kesakitan

dengan kasar dibalikkannya tubuh Tarida, diciuminya Tarida dari belakang ,
tangan sigemuk merayap menggenggam payudara Tarida, Tarida terus melakukan
perlawanan berusaha melepaskan diri dari pelukan si gemuk, dari belakang
sigemuk kembali meremas kuat-kuat payudara Tarida sampai Tarida memekik
kesakitan.

“kalo lu ngak nurut gua bisa bikin lebih sakit!!!”si gemuk menjambak rambut
Tarida dari belakang, sebuah ancaman dari sigemuk membuat perlawanan Tarida
surut.

Kedua Tangan sigemuk mencengkram pinggul Tarida, sebuah tusukan kasar
sigemuk membuat tubuh Tarida tersentak kedepan.

“Plookkk plokkkk plokkkk” suara itu terdengar semakin nyaring ketika sigemuk
mulai memaju mundurkan batang kemaluannya.

Isakan tangis terdengar Tarida tersendat-sendat, sigemuk tampak asik terus
memompa sambil sesekali memutar-mutarkan batang kemaluannya dengan liar
didalam vagina gadis itu, isakan Tarida bagaikan sebuah harmony yang
menambah tinggi nafsu birahi sigemuk.

“Nnnnggg…hhnnhhh…aaakkhh!” Tarida menjerit kecil merasakan kenikmatan itu
melanda tubuhnya sekali lagi. Si gemuk mendudukkan Tarida dipinggiran
ranjang, kedua tangannya mengangkangkan kaki Tarida lebar-lebar dan “Jrebbb…
Awww… Ahhhh” kedua tangan Tarida bertumpu ke belakang, sigemuk menggenjot
lubang vagina Tarida sekuat tenaga sehingga tubuh Tarida tersentak-sentak
mengikuti irama sodokan sigemuk. “Aduhh Ahhhhhhhhhh crrrr.. Kcccrrtt….”
Tubuh Tarida ambruk kebelakang, sigemuk mencabut kemaluannya.

Puas memperkosa Tarida sigemuk menghampiri Feilin yang masih terkapar diatas
lantai, diraihnya tubuh Feilin, Feilin melawan, beberapa cakaran mendarat di
pipinya, sikucing liar Feilin tidak mempedulikan ancaman sigemuk. Si gemuk
memiting kedua tangan Feilin kebelakang dan dengan ikat pinggang diikatnya
kuat-kuat kedua tangan Feilin sampai Feilin kesakitan.

“Achhh…Awwww” Feilin menjerit kesakitan ketika sigemuk meremas buah
pantatnya kuat-kuat, kemudian dengan kasar sigemuk menyodomi Feilin. Tangan
kanan sigemuk menjambak rambut Feilin sampai wajahnya terangkat keatas,
sedangkan tangan kiri si gemuk meremas-remas buah dada Feilin dengan kasar
dan brutal.

“Ahhhh… Tol Toloonggg.. awww sakittttt” Feilin tidak sanggup menahan rasa
sakit didadanya, Feilin semakin keras terisak-isak menangis. Dengan kasar
dibalikkannya tubuh Feilin kemudian sigemuk menjejalkan kemaluannya kelubang
vagina Feilin, Satu tusukan yang kuat dari sigemuk terpeleset dan menggesek
clitoris Feilin, tubuh Feilin menggelinjang kegelian, sigemuk kembali
menusuk kemaluan Feilin dan “Akhhhh… Crepppp” selanjutnya tubuh Feiiln
terguncang-guncang dengan kuat. Sigemuk tidak mempedulikan Feilin yang
meringis dan terisak-isak ketika kemaluan sigemuk mengocok lubang Vaginanya
dengan kuat.

Sigemuk kembali menunggingkan tubuh Feilin dan “Aaaaaaaaa!!!” Jeritan Feilin
membuat sigemuk semakin bersemangat menyodomi lubang anusnya.

*****************************

Nafasku terengah-engah ketika sampai didepan rumah Feilin yang letaknya agak
terpisah dari rumah-rumah mewah lainnya, sebuah mobil BMW terparkir didepan
pintu rumah. Aku masuk dan mencari-cari Tarida dan Feilin. Sayup-sayup aku
mendengar suara-suara isakan tangis dan suara tawa terkekeh-kekeh,
perlahan-lahan kubuka pintu kamar. Darahku mendidih menyaksikan Tarida
sambil menangis, duduk dipinggiran ranjang, sedangkan Feilin menangis dalam
keadaan terikat sedang disodomi oleh seseorang bertubuh gemuk berlemak.

“Bangsattt!!” Aku menerjang kedalam. Sigemuk kaget dan melepaskan tubuh
Feilin. Terjadilah pertarungan sengit didalam kamar, saling pukul , saling
dorong, dan saling menerjang. Tinju kananku melayang dalam gerakan yang
tidak diduga oleh si gemuk.

“Unnngghhhh… Huaakkkkk Bukkk Bukkkk.. Bukkkkk” beberapakali tinjuku
menghantam wajah dan perutnya dengan telak. “Gubrakkkkk…….” Sigemuk
terjengkang, “Uuuuhhh Hhhhhhh” Sigemuk hendak bangkit namun tubuhnya segera
limbung dan roboh kelantai.

*“Sialan.. cuihhh!! gua masukin lagi kepenjara lu!!!”sigemuk meludah
kelantai, ludahnya bercampur darah, ia mengancamku*

*“Bapak yang saya masukin kepenjara!!, karena Bapak sudah memperkosa
mereka!!”*

*“Enak aja…. Mana buktinya !!!”sigemuk ngak mau kalah*

*“Mereka korban dan saya saksinya !!!”*

*“Anjing lu…!!!” sigemuk memakiku, dengan tangkas ia menyambar pakaian
dinasnya dan melompat keluar kamar.*

* *

Aku hendak mengejarnya, namun erangan Feilin membuatku menahan diri, dengan
hati-hati aku melepaskan ikatan ditangannya, terlihat memar dipergelangan
Tangan Feilin akibat ikatan yang terlalu kuat. Kududukkan tubuh Feilin
disebelah tubuh Tarida. Mereka berdua menangis dalam pelukanku, tidak berapa
lama Nia datang, ia tampak panik sampai aku menenangkannya, Nia membantu
memandikan kedua sahabatnya yang masih shock, habis diperkosa dengan brutal
dan liar oleh sigemuk, selama berhari-hari Feilin dan Tarida berdiam diri.
Setiap hari aku hanya dapat menghela nafas panjang, aku mengerti bagaimana
perasaan mereka , berbagai cara sudah aku lakukan untuk menghibur mereka
berdua, namun tampaknya tidak ada satupun yang berhasil.

“Tarida.. Feii, aku mandi dulu ya…”Nia berusaha memecah keheningan. disore
hari itu, Tarida dan Feilin hanya mengangguk lemah.

Tidak berapa lama terdengar suara bunyi shower dari kamar mandi, aku menelan
ludah membayangkan Nia yang sedang mandi, agak lama barulah Nia keluar dari
kamar mandi, uh Nia hanya mengenakan selembar handuk untuk membalut tubuhnya
, tangan Nia menjinjing pakaian dan baju dalamnya. “Awww…Bluggg…. “tubuh Nia
terpeleset, pakaian dan baju dalamnya terlempar keudara.

“Auhhhhhhh……glekk Heuhhh.!!!” wajahku tertutup sesuatu , tanpa terduga
celana dalam Nia terlempar kewajahku sedangkan Bh Nia tersangkut dileherku.

Tarida dan Feilin memandangiku yang masih tergagap-gagap terkena serangan
celana dalam dan BH Nia, sebentar kemudian mereka menatap Nia yang terjatuh
dalam posisi sedikit mengangkang ,  mendadak mereka berdua tertawa lepas
tanpa beban.

“Makanya ati-ati kalo jalan… he he he” Feilin dan Tarida menghampiri Nia dan
membantu sahabatnya berdiri, mood Tarida dan Feilin mulai kembali seperti
biasanya.

“Aduh.. duh sakit nihhh…” Nia mengusap-ngusap pingulnya.

****************************

*Tengah Malam.*

* *

Aku mengecupi kening ketiga gadisku yang tertidur pulas sehabis kuhantarkan
mereka kelautan birahi yang panas dan bergejolak,perlahan-lahan aku bangkit
dari ranjang, Kuletakkan sebuah surat diatas meja belajar yang ada didalam
kamar, dengan mengendap-ngendap aku keluar dari dalam kamar dan kututupkan
pintu kamar itu. “Tarida… feilin… Nia… mang Dhani pergi dulu…mungkin agak
lama hhhh” aku menghela nafas panjang sambil memandangi rumah mewah itu dari
luar.

Hari itu sudah genap seminggu aku meninggalkan rumah Feilin ,Aku
menceritakan pemerkosaan yang dilakukan oleh sigemuk terhadap Feilin dan
Tarida kepada Rhoni

“Mereka… tidak terluka bukan ?” Rhoni mendadak bertanya, ia tampak kuatir
dengan ketiga gadisku, terutama Tarida.

“Untungnya Enggak… Hhhh” Aku menghela nafas panjang.

“Aku rindu pada mereka Rhon…”Aku tertunduk lesu.

“Emmmm, kalo gitu besok malam , kita mengunjungi mereka !!! “Rhoni tampak
bersemangat.

Rhoni tersenyum senang ketika aku mengangguk, ia menghampiri tubuh seorang
laki-laki bernama Doktor ijon kemudian “Plakkk… bukkk bukkkk haduhhhh
ampppphunnnn… amphuuuunnnn” Doktor ijon kesakitan ketika Rhoni menjambak
rambutnya.

*“Sialannnn…!! Enak aja lu maen perkosa…!! Mau Gua penggal tuh isi kolor…!!!
Hahhh?!!!” Rhoni membentak. *

*Nafasnya turun naik karena emosi… ehhhh Emosi maksudnya… he he he h ^ ^. *

*Beberapa orang yang terikat menjadi sasaran empuk , digampar, dijambak,
ditonjok oleh Rhoni.*

********************************

*Malam Sabtu.. waktunya “Apel dan nempel..”*

Rhoni menghentikan mobil tuanya, sekarang kurang lebih jam 7 malam, Aku
turun dari mobil, Rhoni mengikutiku dari belakang.

“Dhani…!! Koqq rumahnya gelappp !!!!” Rhoni berbicara dengan nada
serius”Ehhhh !!! aku memandangi rumah Feilin yang megah, gelap tanpa
penerangan, keningku berkerut

“Mana kuncinya !!! cepattt…..!!!”Rhoni tampak kuatir

Aku buru – buru mengeluarkan kunci rumah dari saku-ku

“Sini…!!” Rhoni menambar kunci yang baru kukeluarkan dari saku
celanaku.Dengan terburu-buru aku mengikuti langkah-langkah Rhoni.

“Clikkkkkk”bunyi suara lubang kunci.

Rhoni menerjang melompat masuk kedalam.

“Buk…bukkkkk…. Whadowwww… Dhuengggggggg…!! Gdombranggg!!” Rhoni menjerit
kesakitan.

Aku buru-buru menyalakan lampu , dannn… Upsssss !!!!!!

Rhoni yang berbadan besar tengah ditindih oleh ketiga gadisku, Tarida
memegang Teflon, Nia memegang katel kecil, sedangkan Feilin memegang tutup
panic. Tangan Rhoni berusaha melindungi wajahnya ketika sebuah Teflon
ditangan Tarida melesat dengan cepat namun terlambat..!!!

“Bletakkkkk…. Whadowwwwww”, Rhoni Sahabatku terkapar sambil memegangi
kepalanya.

“Ehhhh… Nia.. Tarida…. Feilin… jangan..!! dia teman mang Dhani…”Aku berusaha
meredakan pertempuran sengit didepanku. Gerakan Tarida , Nia dan Feilin
mendadak berhenti ketika mendengar suaraku.

* *

“Manggg Dhaniiii….” Mereka bertiga berhamburan , memeluk tubuhku.

Aku menciumi mereka bertiga, berbagai pertanyaan terlontar dari bibir mungil
ketiga gadisku.

“Sebentar….” Aku tersenyum – senyum, menghampiri Rhoni Sahabatku terkapar
dilantai, ada benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.

“Aduhh… aduhhhh ….”Rhoni memegangi kepalanya, Aku memapahnya agar duduk
diatas sofa.

Ketiga gadisku tampak serba salah, Tarida berinisiatif mengambil kotak P3K,
“Ini manggg….” Tarida menunduk sambil memberikan obat gosok, wajahnya tidak
berani  menatap Rhoni, apalagi melihat telur angsa hasil karyanya dijidat
Rhoni. Jam dinding menunjukkan pukul 7.15 malam, ketika aku selesai
mengobati Rhoni

“Rhonn… lu tidur dikamar gua aja ya…tuhh dibelakang….”

“Iya… gua tiduran dulu…. Pusing nihhh”Rhoni Bangkit dari duduknya.

Aku tersenyum ,setelah Rhoni berlalu tidak berapa lama ketiga gadisku
menarik-narik tanganku kedalam kamar, terjadilah peperangan hebat didalam
kamar, sampai akhirnya kami berempat tertidur kecapaian.

“Manggg…. Manggg Dhaniii….” Aku membuka mataku , rupanya Tarida
membangunkanku.

“kenapa maniss… Mmmhhh…”Aku memeluk tubuhnya yang masih telanjang.

“Manggg…temenin yuk.. Tarida mau pipisss Takuttt….” wajah tarida tampak
imut, lucu banget deh.

Aku bangkit dan tersenyum, dengan terburu-buru Tarida membalutkan kain tipis
mirip kimono ditubuhnya. Tarida memegangi tanganku erat-erat, ketika kami
melewati kamar tempat Rhoni berisitirahat, sepertinya Tarida takut karena
merasa bersalah pada Rhoni, setelah selesai buang air kecil Tarida meminta
diantar ke dapur , haus katanya. Aku dan Tarida kembali menuju kamar Feilin,
langkah kami berhenti , aku dan Tarida saling berpandangan, ada sesosok
tubuh hitam, tinggi besar dan gemuk berlemak sedang asik mengintip dari
lubang pintu.

“Ssstt…. Pelan-pelan” bisikku sambil menempelkan jari telunjuk dibibir,
Tarida mengangguk , kemudian dengan perlahan-lahan kami melangkah mendekati
seseorang yang sedang asik mengintip Feilin dan Nia yang masih tidur
telanjang bulat diatas ranjang.

“Dharrrrr……..  ” Aku berteriak keras-keras sambil menampar pantatnya orang
itu.

“Dukkkkkkkk!! Wadowww…mampuss!!!” saking kagetnya Rhoni menyeruduk pintu
kamar.

“Ha ha ha ha ha….” Aku terbahak-bahak melihatnya mengusap-ngusap telur angsa
dikepalanya,

“Aduhhh… uhhhh Biyunggggg…. Tega amat lu…”

Rhoni  duduk pasrah diatas lantai sambil meringis.

Tarida tidak kuasa menahan tawanya, suara merdunya bagaikan obat ajaib
membuat Rhoni melupakan rasa sakit dikepalanya.

“Ngapain lu Rhonnnn….” Aku tersenyum cengengesan.

“Eeeeehhh iniiii… ituuuu…. Mmmmhhh maksudku… yaaaa begituuu… ngakkk…
ngapa-ngapain koqqq” Rhoni menceracau gugup karena ketahuan mengintip, Rhoni
menatap Tarida yang masih tertawa-tawa kecil, wajahnya benar-benar memelas
minta dikasihani.

“Tarida kamu temenin Rhoni ya…” Aku berbisik ditelinga Tarida.

“Enggak ahhhh… Tarida takuttt mangggg” Tarida menarik leherku dan berbisik
ditelingaku.

Aku berlalu menuju pintu kamar, Tarida hendak mengikutiku namun aku
buru-buru menutup dan mengunci pintu kamar dari dalam.

“Tok.., Tokkk…, Tokkk, Manggg… manggg Dhani.. buka mangggg” Tarida
mengetuk-ngetuk pintu kamar.

Rhoni menghampiri Tarida, tangannya menepuk perlahan bahu Tarida, Tarida
membalikkan tubuhnya. Jantung Rhoni seakan-akan berhenti berdetak , wajah
yang cantik, cute, tubuh yang mungil, berdiri ketakutan dihadapannya.

“Nama kamu Tarida ya…? “Rhoni bertanya dengan lembut

Tarida mengangguk, sikap Rhoni yang lembut membuat hati Tarida sedikit
tenang. Tangan Rhoni menggenggam tangan Tarida yang mungil, ditarik tangan
gadis itu agar mengikutinya.jika digambarkan mereka berdua bagaikan *“*Seekor
Gorila bertubuh tinggi besar dan gemuk berwajah buruk tengah bergandengan
tangan dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil*“*

Rhoni menutup pintu kamar itu, setelah menyalakan lampu kamar, Rhoni
menghampiri Tarida, gadis itu mundur kesudut kamar sampai punggungnya
tertahan ditembok, Wajah Rhoni yang rusak berat membuat Tarida semakin
ketakutan.

“Maaff..Mang Rhoni…,ngak sengaja…”tiba-tiba Tarida meminta maaf, sambil
terisak-isak.

“Lhoo…malah nangiss ? koq minta maaff…? Oooo.. ini ya ?”Rhoni menunjuk
benjolan sebesar telur angsa dijidatnya.

“Mang Rhoni  jadi punya telur..nih. gara-gara ditabok ama  Teflon he he he”
Rhoni sengaja bergurau agar Tarida tidak terlalu tegang.

Tarida terisak namun juga tidak sanggup menahan tawanya, mengingat kejadian
tadi ketika Rhoni menyeruduk pintu kamar. Dengan lembut Rhoni menyeka air
mata Tarida, tangan mungil Tarida menahan wajah Rhoni yang mendekati
wajahnya. Kedua tangan Rhoni meraih pinggang Tarida yang ramping, tangan
Rhoni menarik lepas ikatan simpul dipinggang Tarida.

Beberapa kali tangan Rhoni bergerak menyibakkan kain tipis mirip kimono
ditubuh Tarida, kini Tarida berdiri mematung, telanjang bulat disudut
ruangan, ia terkesima ketika Rhoni dengan berani menelanjanginya.

Tarida memejamkan matanya ketika wajah Rhoni mendekati wajahnya dan “Mmmmhhh
Mhhhhh…….” bibir mungil Tarida tersumpal berkali-kali oleh bibir Rhoni yang
semakin rakus, mengecup-ngecup bibir Tarida. Tarida mengalungkan kedua
tangannya keleher Rhoni.

Rhoni menarik tubuh Tarida keranjang, didudukkannya tubuh mungil Tarida
dipinggiran ranjang, Tangan Rhoni bergerak melepaskan pakaiannya.

“Wuaaaahhhhh..?! apaan tuhh… mampus aku..!!”jerit Tarida dalam Hati, Tarida
melotot tercekat melihat kemaluan Rhoni.

Sebuah kemaluan Hitam besar dihiasi urat-urat bertonjolan, , yang membuat
Tarida merinding ngeri ,Bulataan dan panjangnya batang kemaluan Rhoni lebih
gemuk besar dan panjang dari Dhani Anwar*, *besar kepala kemaluan Rhoni
hampir mirip seperti bola kasti, belum lagi batang kemaluannya yang panjang
dan tampak kokoh, Tarida mendadak teringat situs-situs interracial yang
sering dibukanya diinternet,*  *Rhoni tersenyum , lelaki berdarah Irian –
arab itu kini bersujud dihadapan Tarida, Tarida merinding memandangi Pemukul
kasti diselangkangan Rhoni. Mata Rhoni melotot melihat payudara Tarida,
bulatan payudara yang indah dihiasi oleh puting susu berwarna merah jambu.
Tangan Rhoni meremas-remas buah pinggul Tarida, Tangannya mengelus-ngelus
paha Tarida yang halus mulus. Mulut Rhoni mulai mendekati puting Susu
Tarida, lidahnya terjulur keluar.

“Ihhhhhh…. ” Tarida kegelian ketika lidah Rhoni dengan begitu ahli
mengelitiki putting susunya, Tarida mendorong kepala Rhoni.

“Ahh Manggg Rhoni….” Tarida merintih lirih ketika Rhoni menggusur tubuh
mungilnya sambil menekan Bahu gadis itu agar tidur terlentang diatas
ranjang.

Rhoni berbaring disisi kanan Tarida, bibirnya mengecup-ngecup sekitar leher
dan payudara Tarida. Rintihan-rintihan lirih terdengar dari bibir mungil
Tarida bagaikan sedang menyanyikan sebuah lagu yang enak terdengar.

Kini Rhoni mulai meneduhi tubuh Tarida, tubuh mungil Tarida tertutup oleh
tubuh Rhoni yang gemuk dan besar diatasnya. Rhoni menatap wajah Tarida,
Rhoni tersenyum meresapi kecantikan Tarida, Tangannya membelai-belai kepala
Tarida dan mengusap-ngusap pipi Tarida. Rhoni semakin mendekatkan wajahnya
ke wajah Tarida.

“Hmmmm Mmmmmmhhh” Rhoni dengan rakusnya mengulum dan mengemut-ngemut bibir
Tarida, untuk beberapa saat Tarida masih diam dan pasrah.

Jantung Rhoni berdetak-detak kencang ketika Tarida mulai berani membalas
kulumannya, bibir mereka bertaut dengan rapat, suara berkecipak terdengar
berkali-kali “ckk Ckkk.. Ckkkk MMm Ckkkkkkk”

Tangan Rhoni menyibakkan kedua paha Tarida agar gadis itu mengangkang,
dengan ragu-ragu Tarida berusaha mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar.
Tubuh Rhoni terus berkutat berusaha mencelupkan kepala kemaluannya yang
terlalu besar bagi lubang Vagina Tarida yang sempit dan seret, sampai
akhirnya “Ha akkhhh Ufffhhhh….” Tarida menahan pinggul Rhoni ketika
merasakan sesuatu yang besar menekan memaksa hendak melesat memasuki lubang
Vaginanya, tangan mungil Tarida berusaha mendorong tubuh “Rhoni Si Gorila
berwajah buruk”* *

“Akknnnnnhhhh.. Ohhhhh besar amat MM MAnggg MmMMMMMHHH”

“AAAAAA jangan dipaksa manggg , ngakk… NGAKKKK MUATTT.. C..BU…TTTT !!
CABUTTT mangggg !!!Aduhhhhhh Ngilu HaaaUHHHHHHH !!  WHOAWWW!!! “

Tarida tidak sanggup menahan kepala kemaluan Rhoni, yang seakan-akan hendak
membelah dirinya.

“WHAAWWWHH” Satu teriakan Panjang Tarida kembali terdengar ketika Rhoni
dengan paksa menjejalkan kepala kemaluannya kelubang vagina gadis itu,
kepala Tarida terkulai kesebelah kiri, nafasnya yang terengah-engah membuat
payudaranya bergerak dalam irama yang membangkitkan birahi Rhoni. Rhoni
tersenyum, usahanya membuahkan hasil, kepala kemaluannya kini tenggelam
kedalam bibir vagina gadis itu yang mungil, Jantung Rhoni berdetak kencang
merasakan Himpitan bibir vagina Tarida dileher kemaluannya. Tubuh Tarida
sampai melenting-lenting dibawah tindihan tubuh Rhoni, erangan demi erangan
terdengar dari bibir mungil Tarida, ketika Rhoni kembali menjejal-jejalkan
kemaluannya, Tarida tambah menggeliat-geliat tidak karuan. Rintihan-rintihan
keras diiringi jeritan kecil Tarida terdengar sampai keluar kamar. Wajah
Tarida tampak semakin cantik dan sensual, bibirnya yang mungil sedikit
terbuka ketika Rhoni berusaha menjebloskan Batang kemaluannya semakin dalam.
Rhoni bertambah nafsu, beberapa kali tubuh bagian bawahnya berkutat dengan
kuat, sehingga batang kemaluannya terbenam semakin dalam. Wajah Tarida
bersemu merah, berkali-kali Tarida meringis ketika Rhoni menusukkan
kemaluannya kuat-kuat. Rhoni tersenyum, merasakan kemaluannya kini terbenam
sampai mentok kedalam Vagina Tarida, denyutan-denyutan kuat serasa
meremas-remas Batang kemaluannya.

“Ahhhh…aahh!” Tarida menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Rhoni mulai
memacu kemaluannya dengan kuat dan kencang, maju mundur, menggasak lubang
vagina gadis itu.

Kedua tangan Tarida terentang kesamping meremas – remas seprei, sekali lagi
jeritan panjang Tarida terdengar keras disertai rengekan-rengekan yang
terdengar menggairahkan ditelinga Rhoni.

“Aaaa. Owww… Crrrrrr Crrrrrrrrrr…Henngkkk… Ahhhhhh” Tubuh Tarida melenting
kemudian menggelepar-gelepar, Rhoni tersenyum merasakan cairan-cairan Hangat
mengguyur kemaluannya, sambil tersenyum Rhoni menusukkan batang kemaluannya
dalam-dalam, seakan akan ingin semakin menenggelamkan Tarida kedalam lautan
birahi. Untuk beberapa saat Rhoni membiarkan Tarida meresapi kenikmatan yang
baru diraihnya. Tangan Rhoni mencengkram buah pantat Tarida. Tanpa
melepaskan tubuh Tarida, Rhoni merubah posisi, Rhoni duduk mengangkang
sedangkan Tarida menduduki kemaluan Rhoni, Tarida mengalungkan kedua
tangannya keleher Rhoni, sesekali nafasnya tertahan merasakan batang
kemaluan Rhoni semakin dalam merojok lubang vaginanya. Rhoni menciumi leher
Tarida dengan lembut, dijilatinya leher jenjang gadis itu. Berkali-kali
tangan Rhoni meremas buah pantat Tarida yang bulat dan padat. Pada Saat
nafsu Rhoni sedang memuncak ditingkat yang paling tinggi tiba-tiba…

“Bletakkk… Wadowwww….” Rhoni kesakitan ketika Tarida mendadak menjitak
jidatnya, hati Tarida masih kesal ketika Rhoni memaksa memasukkan
kemaluannya yang besar dan panjang , namun Rhoni malah tersenyum-senyum
cengengesan kedua matanya sengaja dijulingkan menggoda Tarida.

“He he he…he… ” Entah kenapa Tarida tidak sanggup menahan tawanya , ketika
Rhoni yang cengengesan menjulingkan mata sambil mengusap-ngusap benjolan
sebesar telur angsa dijidatnya , merasa diberi angin, ciuman-ciuman Rhoni
yang kasar kembali mendarat dipipi, bibir dan dileher Tarida. Sedikit demi
sedikit Tarida mulai terbiasa menerima kehadiran kemaluan Rhoni yang besar
dilubang vaginanya yang mungil dan seret, lidah Tarida terjulur keluar namun
ketika Rhoni hendak menghisap lidah yang terjulur itu, Tarida menarik mundur
kepalanya, Tarida mencibirkan bibirnya, kemudian Tarida mengusap keringat
didahinya, keringat bercucuran ditubuhnya yang mungil. Dengan gemas Rhoni
menyergap dan mengulum bibir Tarida kini terjadilah perang lidah yang
sesungguhnya, lidah Roni dan lidah Tarida saling terjulur dan saling
mengait, Rhoni tampak asik menghisapi lidah Tarida. “Ckkk CKkkkkk CCkkk”
suara itu terdengar semakin keras, seiring semakin serunya pertarungan lidah
Rhoni dan Tarida. Kini pinggul Tarida mulai bergerak naik turun diatas tubuh
Rhoni, kedua tangan Rhoni membantu menaik turunkan pinggul Tarida, Rhoni
terbuai oleh liukan-liukan tubuh Tarida yang begitu mempesona, indah,
gemulai, bahkan kadang-kadang berubah liar dan binal. Entah berapa lama
terjadi pertarungan antara gadis mungil melawan Rhoni yang gemuk dan besar
didalam kamar itu, yang pasti Tarida kembali mengejang , Tarida mengigil
ketika merasakan sebuah ledakan kenikmatan tiba-tiba disusul oleh ledakan
kenikmatan yang datang bertubi-tubi.

Rhoni merem melek keenakan, terlalu enak malah…..ketika vagina Tarida
meremas-remas dengan kuat batang kemaluannnya. Tarida memandangi Rhoni,
matanya tampak sayu , gadis itu memejamkan matanya ketika Rhoni mengecup
keningnya dengan lembut. Berkali-kali Rhoni mengantarkan Tarida ke gerbang
kenikmatan , gadis itu kembali terkulai lemas, tubuhnya mengigil ketika
merasakan Cairan kenikmatan itu mendadak muncrat tanpa dapat ditahan,
tenaganya seakan-akan dikuras habis, Rhoni meleletkan lidahnya ketika
merasakan cairan hangat itu kembali mengguyur kemaluannya, vagina Tarida
seakan-akan sedang meremas-remas kemaluan Rhoni dengan kuat. Setelah
berusaha menguasai diri karena remasan-remasan vagina Tarida, Rhoni mencabut
kemaluannya dari lubang vagina gadis itu. Tarida memandangi Rhoni dengan
tatapan mata penuh selidik, sepertinya Rhoni belum terpuaskan, kemaluannya
masih berdiri dengan gagah.

“Luar biasa…. Cantikk… mulussss…. Dannn ahhhhh ck ck ck…” Rhoni dengan
leluasa menikmati kecantikan dan lekuk liku tubuh Tarida yang terlentang
pasrah,Rhoni menelan ludah menatap selangkangan Tarida, lubang vagina Tarida
agak memar kemerahan.

Rhoni duduk mengangkang, ditekannya kepala Tarida keselangkangannya. Mulut
Tarida mencoba menelan kepala kemaluan Rhoni, bibirnya yang mungil tampak
kesulitan ketika hendak memasukkan kepala kemaluan Rhoni, mata Rhoni
terpejam-pejam merasakan emutan-emutan Tarida yang memuaskan, Tangan Rhoni
dengan lembut membelai-belai kepala  siGadis yang sedang mengemut-ngemut
kepala kemaluannya, Tarida mengecup-ngecup Batang kemaluan Rhoni, lidah
gadis itu terjulur keluar dan mengulas-ngulas buah pelir Rhoni

Rhoni mengambil Baby Oil dan melumasi batang kemaluannya sehingga benda itu
kini terlihat licin dan mengkilat. Rhoni membalikkan tubuh Tarida,
dibelai-belainya punggung Tarida kemudian tubuh Rhoni mulai menindih tubuh
Tarida, sambil menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke sela-sela pantat
Tarida yang terasa halus dan lembut,

“Heeehhh.. Nggghhhhhhhhhh…..” Tarida mengeliat, ia berusaha menahan beban
tubuh Rhoni,ketika tubuh Rhoni yang berbulu lebat menimpa tubuh mungil
Tarida, Tarida merasakan tubuhnya seperti melesak kedalam kasur empuk itu,
kedua Tangan Rhoni menyelinap dari belakang meremas – remas kedua payudara
Tarida.

Tarida merengek manja ketika Rhoni mengigit-gigit lembut lehernya,
diciuminya daerah dibelakang telinga Tarida sambil berbisik lembut

“Tarida…kamu mulus, cantik sekali..he he he”

Ciuman-ciuman dan jilatan-jilatan Rhoni yang liar mulai menjelajahi,
punggung Tarida, perlahan-lahan ciumannya semakin turun, diendus-endusnya
belahan pantat Tarida dan dengan kasar dijilatinya sela-sela pantat diantara
dua buah pantat Tarida yang empuk dan bulat. Rhoni mengambil posisi
mengangkangi buah pantat Tarida yang halus, kepala kemaluannya yang sudah
dilumasi baby oil dijejal-jejalkan kesela-sela pantat Tarida, ditekannya
kuat-kuat batang kemaluannya berusaha menjebol lubang anus Tarida,
berkali-kali Rhoni terus menyentak-nyentakkan kemaluannya kuat – kuat sampai
suatu ketika..

“Hegggkkkkkk…….?!” Nafas Tarida tertahan, matanya melotot kemudian terpejam
ketika merasakan hantaman kuat dilubang anusnya, kepala kemaluan Rhoni
mejebol lubang anusnya dengan kasar.

“Emmmhhh Hkkk Hkkkkkk… Awwwww” Tarida terisak-isak, tubuhnya
menggeliat-geliat tidak karuan , Tarida merasakan lubang anusnya semakin
melar dan melebar, ada rasa perih akibat gesekan batang kemaluan Rhoni yang
semakin dalam memasuki dirinya.

Rhoni tersenyum , diusap-usapnya buah pantat Tarida yang kenyal dan lembut,
sambil memegangi pinggul Tarida, Rhoni semakin mendesakkan batang
kemaluannya sedalam-dalamnya kedalam lubang anus gadis itu.

“Shhhh Owwww Oww…aduhhh pedih mangg, ngiluuu… Hkk Khhhh” Tarida merasakan
linu pada lubang anusnya, isak tangisnya semakin keras terdengar, Rhoni
mengusap-ngusap Tarida membujuk supaya Tarida tidak menangis.

“Sudahhh manggg dicabutt aja…sakitt aduhh Ahhh Awwww….”Tarida berusaha
menelepaskan dirinya dari tindihan Rhoni

Rhoni menekan punggung Tarida kuat-kuat, tangan Kanannya mencengkram
pinggul Tarida kuat-kuat, Setelah beberapa lama berusaha melepaskan diri
Tarida akhirnya menyerah, ia kecapaian ,benar-benar sulit melepaskan diri
dari cengkraman Rhoni yang kuat dengan segudang tenaga yang tidak pernah
habis menikmati tubuh mungilnya. Tangan Rhoni membelai-belai kepala Tarida,
ia tersenyum, Tarida kini menyerah total pada kekuasaannya. Tangan Rhoni
kembali menyelinap dari belakang, memelintir-melintir putting Susu Tarida,
diremas-remasnya dengan lembut buah dada Tarida.

Perlahan-lahan Rhoni mendaratkan tubuhnya menindih Tubuh Tarida yang mulus ,
Seiring dengan semakin tenggelamnya batang kemaluan Rhoni kedalam Anus
Tarida, Badan Rhoni semakin rapat meneduhi  tubuh mulus gadis itu dan
akhirnya tubuh Rhoni dengan sempurna menindih tubuh mungil dibawahnya yang
terengah-engah menahan kemaluan Rhoni yang mengait lubang anusnya dengan
sempurna dari belakang belum Lagi menahan berat tubuh Rhoni yang dengan asik
terus menekan-nekan tubuh mungil dibawahnya. Rhoni mulai menarik batang
kemaluannya kemudian dengan kasar disentakkannya kembali memasuki lubang
anus Tarida, gadis itu berkali-kali meringis merasakan kemaluan Rhoni
memaksa memasuki dirinya. Tubuh Tarida terasa halus ketika bergesekan dengan
tubuh Rhoni yang berbulu lebat, Rhoni semakin sering menggesek-gesekkan
tubuhnya merasakan kemulusan tubuh Tarida. Tubuh gadis itu terlihat
tertekan-tekan dengan kuat dibawah tindihan tubuh Rhoni yang besarnya sangat
tidak seimbang dengan tubuh mungil Tarida yang halus mulus, Rhoni menggeram
dan kemudian

“ARggghh…uuuhh keluar nih!!” Rhoni meraung, kedua tangannya membelit tubuh
Tarida seakan-akan hendak meluluh – lantakkan tubuh mungil gadis itu.

Setelah beberapa saat barulah Rhoni mencabut kemaluannya dari lubang anus
Tarida “Plopppp…..” bunyi keras itu terdengar nyaring ketika Rhoni membetot
ujung kemaluannya keluar dari lubang anus Tarida. Rhoni tersenyum puas
sambil memandangi Tarida, gadis itu membalikkan tubuhnya,dengan
terengah-engah ia menyeka keringat yang mengucur dengan deras dikeningnya,
sementara Tangan kirinya bergerak menyilang melindungi buah dadanya dari
Tatapan Rhoni, kedua kakinya yang mulus merapat, tangan kanannya yang mungil
menutupi wilayah selangkangannya dari tatapan Rhoni. Rhoni mengecup kening
Tarida dengan lembut, tangannya masih belum puas merayapi lekuk liku tubuh
Tarida, berkali-kali tangan Rhoni meremas-remas lembut payudara Tarida.
Sementara mata Tarida terasa semakin berat, rasa lelah bercampur dengan rasa
mengantuk membuat mata sipitnya terpejam rapat. Walaupun Tarida sudah
tertidur pulas Rhoni tetap asik merayapi tubuh mulus Tarida.

************************

*Keesokan paginya*

* *

Aku membuka pintu kamar dan melangkah menuju dapur, wah kayanya Rhoni lagi
masak deh.

“Eeehhh yang itu buat Tarida….” Rhoni menyelamatkan potongan daging yang
paling besar.

“Gimana kemaren malem “Aku menggoda Rhoni

“He he he” Rhoni cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.

Tidak berapa lama terdengar suara kamar terbuka, dari dalamnya muncul
Tarida, wajahnya menatap Rhoni kemudian tertunduk malu, jalannya terlihat
agak aneh , sedikit mengangkang.

“Rhonn apa lu yakin, semalam ngak ada yang ketinggalan waktu lu entotan sama
Tarida ?”Aku bertanya sambil tersenyum – senyum memandangi Tarida yang masuk
ke kamar Feilin.

Haahh…!!! apanya yang ketinggalan ?” Rhoni bengong menatapku.

“Tuh.. !!!!  uler diselangkangan lu !!!, abis jalan Tarida sampe ngangkang
gitu  Hua ha ha ha ha ha ha” Aku tertawa ngakak, jari telunjukku menunjuk
sesuatu diselangkangan Rhoni.

“Geloo siahhhhh….!!! HaHaHa…itu sih gara-gara gua giniin kemaren” Rhoni
menyelipkan jempolnya diatara jari telunjuk dan jari tengah.

“Makanya lu pangkas dulu tuh isi kolor.. biar ngak terlalu gede !! he he he”
Aku tertawa terpingkal-pingkal

“Yeee, emangnya lu pikir taneman apa ? ha ha ha.. uhuk uhukk” Rhoni tertawa
ngakak sampai terbatuk-batuk.

“Dhani bagaimana dengan si kunyuk Parto..?” tanya Rhoni dengan wajah serius.

“Dia bagianku Rhon… dialah awal dari segalanya, gara-gara Parto mereka
bertiga hampir hilangan nyawa” aku menjawab dengan nada dingin.

Rhoni tidak berani banyak tanya lagi melihat ekspresi Dhani yang dingin.
Sudah dua minggu wajah Parto tidak kelihatan disekolahan elite itu, tidak
ada seorangpun yang tahu dimana Parto berada sekarang. Pada saat jam
istirahat Tarida, Nia dan Feilin berkumpul disebuah sudut sekolahan itu,
dengan gugup Nia menunjukkan selembar surat pada teman – temannya.

Mereka bertiga membaca isi surat itu dengan cemas….

————————————–

*Dhani dan Rhoni ada ditanganku, *

*kedatangan kalian ditunggu dikantin sekolah jam 2 siang ,*

*jangan sampai terlambat!!!! Kalo enggak mereka berdua saya panggang jadi
sate…..*

*salam hangat : Parto *

—————————————

Selama pelajaran berlangsung Tarida, Nia dan Feilin tampak gelisah, “Teng
Teng Tengg” akhirnya suara bel sekolah terdengar nyaring.

Setelah pak Guru memberikan PR, ia langsung cek out dari ruangan kelas kelas
diikuti para murid yang berhamburan keluar. Satu demi satu para guru  dan
murid melangkahkan kakinya keluar dari sekolahan itu, kecuali…. Tarida , Nia
dan Feilin. Dengan cemas mereka menuju kantin sekolah, Feilin dan Tarida
yang pemberani memimpin paling depan, yang terakhir Nia yang penakut.

“Tarida… Feiiii” Nia merengek

Feilin dan Tarida menghentikan langkah mereka

“Aku takuttt….” Nia tampak cemas memandangi pintu kantin yang masih tertutup
menyimpan seribu misteri.

Feilin dan Tarida berusaha menenangkan Nia, mereka mengerti , Nia memang
seorang gadis yang penakut.

Dengan memberanikan diri Feilin mendorong pintu kantin

“Kreee kettttt…….”

Perlahan-lahan ketiga gadis itu masuk kedalam ruangann kantin bersih yang
terawatt.

* *

Sementara itu dari tempat yang tersembunyi, dua pasang mata yang sudah lama
mengawasi gerak gerik mereka bertiga tampak berbinar-binar, dua sosok
laki-laki yang masih bersembunyi tersenyum-senyum, dengan mengendap-ngendap
mereka berdua menghampiri ketiga gadis itu dari belakang. Lalu…

“Dharrrrrrr” sebuah suara meledak tiba-tiba mengejutkan tiga sosok mulus dan
mungil itu dari belakang.

“Wuahhhhhh…..” “Whouwwww… “Tarida dan Feilin terkejut sampai melompat

“AAAAAAAAAW.. CIAAATT” Nia yang penakut mendadak membalikkan tubuhnya dan
menendangkan kaki kanannya dan GOOOLLLLL..!!! OLEE… OLEEE OLEEE OLEEE…!!

“Heggggkkkk………. AA Aduhhhhh” sebuah tendangan reflek dari Nia yang mendarat
diselangkanganku membuat mataku melotot dan nafasku sesak.

“Blukkkkkkkk…” aku langsung terkapar mendapatkan sebuah tendangan keras
ditempat yang paling berbahaya, dua buah bola diselangkanganku terasa ngilu.

“Ha Ha Ha Ha Ha….” Rhoni tertawa terbahak-bahak melihatku yang terduduk
lemas diatas lantai kantin sambil mengusap-ngusap selangkanganku.

“Ehhhhh….” Nia tampak terkejut, para gadisku saling berpandangan kemudian
mereka tertawa lepas sambil membantuku berdiri.

Nia cengengesan sambil garuk-garuk kepala

“WAduhhhh….itunya ngak apa-apa kan ?”Feilin cekikikan

“He he he… duhh kaciannnn..Sosisnya sakit ya sayang…” Tarida menggodaku
sambil mengelus bagian selangkanganku.

“Hmmmmm….. mang Dhani ngak apa-apa kan ?”Nia tersenyum senyum malu

“Euhhhh…Ehmmm ngakkk.. ngakkk apa-apa koqqq” Aku berusaha menegakkan tubuhku
agar tidak terlalu malu.

“Wahhhhh ternyata Nia hebat juga bisa merobohkan seorang Dhani” Rhoni
menyindirku, suara gelak tawa kembali menggelegar dikantin sekolahan itu.

“Ehhh… mangg Dhani…” Tiba-tiba Nia mengeluarkan sebuah kertas kumal dan
menunjukkannya kepadaku, wajahnya tampak serius, demikian juga wajah Tarida
dan Feilin.

*Seminggu yang lalu*

*Aku mengintai sesosok tubuh tua dan kurus, hujan deras disertai angin yang
mengamuk membuat suasana jalanan itu menjadi sepi, riak air terlihat
bergelora dengan arusnya yang kuat, kucegat tubuh tua itu.*

*“Hahhh… ” matanya melotot memandangiku dengan ketakutan  *

*“Haii Pak tua masih ingat aku ?” *

*“Aa Uuu Eee ampunnn.. hekkkss” suara dikerongkongannya tertahan ketika
sebuah tangan mencekik lehernya, tubuh parto melayang diudara dan……..*

*“Aaa Byurrrrrr”Tanpa ampun, Arus air di kali besar itu menelan sesosok
tubuh yang kurus  dan peot.*

*Kupungut sebuah dompet tua yang sempat terjatuh dari kantung mahluk
menjijikan itu dan “Plunnnnnggggg” kulemparkan dompet itu kedalam kali besar
yang sedang mengamuk agar dapat segera menyusul pemiliknya*

“ini mah tulisannya si Rhoni…he he he”

Aku dan Rhoni tersenyum saling berpandangan.dan tersenyum-senyum

“Dengan bangga saya memperkenalkan diri saya sebagai satpam baru disekolahan
ini… tugas utama saya untuk naik keranjang bersama Tarida” Rhoni
membungkukkan tubuhnya yang besar.

“Aduhh.. duhhh duhhh” Rhoni memegangi perutnya yang terasa pedih karena
dicubit Tarida.

“Taridaaa.. mangg Rhoni pengennnn” Rhoni memelas, sudah seminggu ini Rhoni
sibuk mengurus kebebasannya dari Lembaga Permasyarakatan dikota itu.

Nafas Rhoni memburu kencang sambil memperhatikan Tarida, Tarida mundur
ketika Rhoni menghampirinya.

“Eehh… sama Feilin dan Nia aja ya, mangg…Rhoni kan belum pernah main sama
mereka….” Tarida mendorong Nia dan Feilin.

“Hupppp… asikkkkkk….” Rhoni memanggul Tubuh Feilin dan Nia dibahu kanan dan
kirinya.

“Ehhh ngakk mauu..” Nia berontak menyadari apa yang diinginkan Rhoni.

“Ihhh… Mang Rhoni mau ngapainn lepasin ahhh” Feilin juga tampak berontak,
Rhoni terkekeh-kekeh melangkahkan kakinya.

“Tarida…. Manggg Dhani  pengennnn he he he” aku meniru permintaan Rhoni.

Tarida tersenyum sambil membalikkan tubuhnya, ia berjalan kearah meja dan
naik keatas meja dikantin sekolahan itu, kedua tangan Tarida bergerak
kebelakang dan bertumpu pada meja kantin, kedua kakinya tertekuk dan
bergerak mengangkang, Tarida tersenyum nakal seolah-olah menantangku.
Jantungku berdetak-detak dengan kencang melihat isi Rok seragam Tarida yang
tersibak menampakkan pangkal pahanya yang  mulus. Aku segera menghampirinya,
kutekan bahu Tarida agar ia merebahkan dirinya diatas meja, aku duduk diatas
kursi, dihadapanku tubuh Tarida menggeliat lembut, matanya yang sipit
menatapku dengan pasrah, tanganku merayapi pahanya yang terasa halus,
Tanganku kananku semakin naik dan kini menyelinap kebalik kain segitiga
berwarna abu-abu diselangkangan Tarida, kujejalkan jari tengahku kedalam
lubang vagina Tarida yang hangat dan berdenyut-denyut, bibir Vagina Tarida
dengan kuat menggigit jariku. Irama nafas Tarida mulai tak teratur ketika
aku mengucek-gocek lubang Vagina Tarida , Tangan kiriku meremas-remas buah
dadanya yang masih bersembunyi dibalik seragam sekolah gadis itu. Tanganku
bergerak semakin liar menelanjangi Tarida, kini Tarida terlentang diatas
meja kantin dalam keadaan telanjang bulat. Mata sipit Tarida terpejam-pejam
ketika aku mengesek-gesek clitoris mungil diselangkangannya,
rintihan-rintihan kecil mulai terdengar dari bibir Tarida. Kedua tanganku
kini meremas kedua buah dada Tarida, sebuah remasan kuatku pada buah dadanya
membuat Tarida mengeluh, tiba-tiba Tarida menepiskan tanganku.

“Ngak mau ahhh… mang Dhani licik… masak Tarida doang yang telanjang..” kedua
tangan Tarida menutupi buah dadanya dari pandanganku, kedua kakinya merapat.

“Habis malassss sih, ngak ada yang bukain…” Aku berdiri menantangnya, Tarida
turun dari atas meja, kedua tangannya melepaskan kancing-kancing baju yang
kukenakan, tangan mungilnya bergerak menyibakkan pakaianku agar terlepas,
kini Tarida berlutut dihadapanku, tangannya menarik resleting celanaku,
tanpa dapat kucegah celana panjang yang kukenakan melorot kebawah. Tarida
mengecup-ngecup bagian celana dalamku yang menggembung, dengan cepat Tarida
menarik celana dalamku turun, dengan liar Tarida menjilati batang
kemaluanku, kemudian lidahnya melingkari kepala kemaluanku. Aku menatap
kebawah, kubelai-belai kepalanya, Tarida yang nakal kini begitu pandai
melakukan jilatan dan hisapan-hisapan pada kemaluanku. Aku harus mengakui
kepandaian Tarida, Nia dan Feilin dalam bercinta memang meningkat dengan
pesat.

“Auhhh….. “Aku keenakan merasakan sedotan-sedotan rakus mulut Tarida
dikepala kemaluanku, lumayan lama kubiarkan Tarida mempermainkan kemaluanku.

Kuangkat tubuh Tarida dan kuletakkan kembali diatas meja, kedua kakinya
menggantung dipingiran meja, Tarida merenggangkan kedua kakinya lebar-
lebar, kugosok-gosokkan kepala kemaluanku pada bibir vagina Tarida , kutekan
kepala kemaluanku , sedikit demi sedikit kepala kemaluanku mulai terbenam
kedalam lubang vagina Tarida yang sempit, satu sentakan yang kuat membuat
kepala kemaluanku melesat dan terjepit dibibir vagina Tarida yang bentuknya
seperti cincin .

Kedua tangan Tarida berpegangan kuat-kuat pada leherku ketika aku mulai
memaju-mundurkan kemaluanku “Krekett… Kreketttt…Cleppp clepppp Cleppppp…
Ahhhh Ahhhhhhh” suara derit meja diiringi dengan suara rintihan-rintihan
Tarida mulai menghiasi ruangan kantin itu.

“Esssttt Akhhh Manggg Dhanii Enakkkk… Ouuhhh terusss mangg lebih kuat…”
Tarida memohon agar aku memperkuat seranganku.

Tanpa harus diminta duakali aku menuruti keinginan Tarida Aku semakin kuat
menusuk-nusukkan kemaluanku pada lubang Vagina Tarida yang seret dan sempit.
Rengekan-rengekan manja Tarida diiringi jeritan-jeritan kecilnya terdengar
begitu mengasikkan, wajah Tarida terangkat keatas , bibirnya mendesah dan
merintih-rintih keenakan merasakan tusukan-tusukan kemaluan Dhani yang
semakin liar

“Akkkkk SHH Crrrrrrttt KCCCRRTTTTTTT” kedua kaki Tarida menjepit pinggangku
kuat-kuat ketika cairan kenikmatan itu meluap dari lubang Vaginanya.

Kuangkat kedua kaki mulus Tarida keatas dan kuletakkan pada kedua bahuku,
sambil mengocok-ngocok lubang vaginanya kedua tanganku merayapi permukaan
pahanya yang halus mulus. Wajah Tarida semakin bersemu merah ketika aku
mengocok-ngocok lubang vaginanya dengan kuat, kemaluanku mengocek-ngocek
lubang vagina Tarida dengan lembut, kutekan kemaluanku sedalam-dalamnya
kemudian kutarik dengan perlahan dan kemudian kusodokkan dengan cepat,
Tarida mendesah-desah lembut, sesesekali matanya yang sipit terpejam dengan
rapat merasakan gesekan-gesekan kemaluan Dhani Anwar diselangkangannya.

Tarida meronta , ia mendorong pinggulku kebelakang sehingga kemaluanku
terlepas dari lubang Vaginanya.

“Sini manggg, dudukkkkk…..” Tarida merengek memintaku untuk duduk diatas
kursi, aku menuruti keinginannya.

Tubuhnya yang mungil mengangkangiku, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang
vagina Tarida. Kepala kemaluanku terasa geli ketika kembali menyelinap
memasuki lubang vaginanya yang berlendir, Tarida menahan gerakannya ketika
merasakan kepala kemaluanku memasuki lubang vaginanya. Aku mencengkram dan
menekan pinggul Tarida kuat-kuat, memaksa gadis itu menurunkan pinggulnya.

“Ahhhh Shhhh…Uhhh!!” nafas Tarida tersendat-sendat ketika kemaluanku
terbenam semakin dalam.

Akhirnya Tarida berhasil menduduki kemaluanku secara sempurna, kedua
tangannya berpegangan pada bahuku , sedangkan kedua tanganku menekan-nekan
pinggulnya sambil menusukkan kemaluanku kuat-kuat keatas. Tarida
merintih-rintih, pinggulnya bergoyang-goyang, sesekali ia mendesak-desakkan
selangkangannya sehingga kemaluanku tenggelam semakin dalam.

“Akhhhhh Aowwwwwwwwww Chrrrrr Crrrrrrrrrrtttt” Tarida memejamkan matanya
meresapi rasa nikmat yang melanda tubuhnya ,lidah Tarida sedikit terjulur
keluar ketika memuntahkan Cairan kenikmatannya kembali….

Pertarungan satu-lawan satu dikantin sekolahan itu masih berlangsung dengan
sengit, Dhani Anwar seakan-akan tidak pernah puas menikmati tubuh Tarida
yang mungil dan mulus.

* *

******************************

Sementara itu…. Kita mundur yuk.. ke moment dimana Rhoni memanggul Tubuh
Feilin dan Nia dikedua bahunya…..* (red : Ehmm Nyam.. Nyamm… Nyammm…
^^ ). *Rhoni
melangkahkan kakinya kesebuah ruangan, setelah menurunkan tubuh Feilin dan
Nia Rhoni segera menutup pintu itu dan menguncinya “Click”. Tanpa malu-malu
Rhoni melepaskan seragam Satpam ditubuhnya, dilanjutkan dengan terjatuhnya
Celana panjang miliknya dan yang terakhirrrr.

“Wuaaahhhh” “Idihhhhhh” Feilin dan Nia tercengang ketika melihat  sebuah
“tongkat pemukul kasti” teracung dengan gagah diselangkangan Rhoni , Feilin
dan Nia bergidik ngeri , sebuah Pribahasa mengatakan “diatas langit masih
ada langit.”

Rhoni menghampiri Feilin dan Nia, Nia melangkah mundur dengan teratur
sedangkan Feilin diam ditempat sambil terus memperhatikan daerah
selangkangan Rhoni. Rhoni meraih tangan Feilin yang mungil kemudian
membimbing Tangan Feilin kearah selangkangannya. Rhoni tersenyum merasakan
elusan-elusan telapak Tangan Feilin yang halus dikepala kemaluannya, tangan
Feilin meremas-remas batang kemaluan Rhoni yang lebih panjang dan lebih
besar bulatannya dibandingkan milik Dhani Anwar.

“Addaaa Dawhhhh…..” Rhoni menjerit kesakitan ketika Tangan Feilin meremas
dan menarik Batang kemaluannya kuat-kuat.

“Ehhhh… Emmmm Aslii ya  ? ” Feilin buru-buru melepaskan kemaluan Rhoni.

“YAW ASLI DONNGGHH AHHH..”Rhoni bergaya seperti bencong sambil mencubit
kecil hidung Feilin.

Kedua tangan Rhoni mulai mengelus-ngelus bahu Feilin sebelah kanan dan kiri.
Feilin diam tanpa berkata-kata, matanya yang sipit terus memandangi
selangkangan Rhoni. Tangan Rhoni dengan lincah mulai mempreteli kancing baju
seragam Feilin, satu demi satu kancing baju seragam Feilin berguguran ,
Tangan Rhoni bergerak melepaskan baju seragam gadis itu, sementara itu
Tangan Feilin meraih kemaluan Rhoni dan membelai-belai bagian kemaluan Rhoni
yang bentuknya seperti helm. Rhoni tersenyum kemudian memanggil Nia yang
masih tersudut ketakutan

“Sini… Ayoo Siniiii….” Rhoni merayu Nia, perlahan-lahan Nia melangkah
mendekati, Nia memeluk pinggang Feilin dari belakang, dari balik bahu
Feilin, mata Nia mencuri-curi pandang memperhatikan kemaluan Rhoni , baru
kali ini Nia melihat ada kemaluan laki-laki lebih besar dan lebih panjang
daripada milik Dhani Anwar. Feilin menoleh kebelakang , bibirnya menciumi
bibir Nia, Nia membalas ciuman Feilin, bibir mereka bertaut rapat saling
mengemut dan mengulum.

“Wahhhh… he heh ” Rhoni terkekeh-kekeh menatap kedua gadis Chinese yang
sedang asik saling melumat, tangan Nia melepaskan pengait Bra Feilin, dengan
lembut dan erotis tangan Nia melepaskan Bra yang dikenakan Feilin.

Rhoni menahan nafas sambil meleletkan lidahnya, mata Rhoni mendelik melihat
payudara Feilin yang tampak menggumpal padat. Baru saja Rhoni menjamah
payudara Feilin , tangan pemilik buah dada itu menepiskan tangan Rhoni yang
sembarangan mencomot buah dada gadis dihadapannya.

“Dugg duggg dugggg…” Jantung Rhoni berdetak kencang ketika Feilin menatap
dengan tatapan mata yang tajam, Feilin merendahkan tubuhnya dan berlutut
dihadapan selangkangan Rhoni, tubuh Nia yang sedang memeluk pinggang Feilin
ikut terbawa turun.

“Glekkk… ” Rhoni menelan ludah ketika Feilin mulai mengendus-ngendus kepala
kemaluannya, Rhoni merem melek ketika tangan Feilin melakukan
kocokan-kocokan yang semakin kuat. Lidah Feilin mulai terjulur keluar,
lidahnya mengait – ngait “leher helm” Rhoni, sesekali dihisapnya lubang
kemaluan Rhoni.

“Fei. Nia mauuuu…..” Nia merengek pada Feilin yang tampak rakus dan serakah
mempermainkan kemaluan Rhoni.

Feilin menggeser posisinya, Nia merangkak dan kini ia berlutut tepat
disamping Feilin, “Pemukul Kasti” milik Rhoni berada ditengah-tengah
diantara kepala Feilin dan Nia, kedua gadis Chinese itu mulai mengendus –
ngendus dan menciumi batang kemaluan Rhoni.

Sebuah “Duet” serangan Feilin dan Nia membuat Rhoni mengeluh keenakan.
Tangan Rhoni membelai-belai kepala Nia dan Feilin, mereka berdua sedang asik
dengan mainan barunya yang lebih besar dan panjang. Lidah Nia dan Feilin
bergerak bergantian menggelitiki kepala kemaluan Rhoni. Rhoni mengangkat
Tubuh Feilin, dibaringkannya tubuh Feilin diatas kasur busa yang tampaknya
sengaja disiapkan dipojok ruangan itu. Gadis bermata sipit itu kini
terlentang pasrah diatas kasur busa dengan hanya mengenakan rok seragam
sekolahnya. Nafsu Rhoni naik sampai keubun-ubun menatap dua buah gundukan
buah dada Feilin yang turun naik seirama dengan nafas gadis itu. Rhoni
menerkam dan menggeluti tubuh Feilin, liar, rakus dan kasar sekali
ciuman-ciumannya ketika mendarat dibibir, dan dileher Feilin.

Feilin memejamkan kedua matanya yang sipit rapat-rapat, rasa was-was dan
ngeri mendadak menyiksa dirinya ketika ciuman, jilatan dan hisapan-hisapan
Rhoni semakin turun kearah dadanya.

“Auhhhhh… MMM HHHH AHHHHH” Feilin tersentak merasakan cumbuan Rhoni yang
begitu liar dan brutal, berkali-kali tubuh gadis itu melenting-lenting
merasakan kenyotan-kenyotan kuat dibagian puncak payudaranya.

Rhoni begitu lahap menyantap dua buah gundukan susu dihadapan wajahnya,
berkali-kali Tangan Rhoni menepiskan tangan Feilin yang berusaha mencegahnya
menikmati payudara gadis itu. Ciuman-ciuman Rhoni semakin turun dan kini
tangan Rhoni menyibakkan rok seragam yang dikenakan oleh Feilin, sepasang
kaki yang halus dan mulus masih merapat ketakutan, sebuah kain segitiga
putih masih asik menempel menutupi bagian vagina si kucing liar Feilin.
Tangan Rhoni yang berbulu lebat menarik kain segitiga yang menutupi wilayah
vagina Feilin. Feilin menekuk kedua lututnya kemudian mengangkangkan kedua
kakinya kesamping kiri dan kanan seolah-olah ingin memamerkan keindahan
vaginanya dan  sepasang kakinya yang halus dan mulus. Kepala Rhoni bergerak
menciumi dan menjilati paha Feilin. Jilatan dan Ciuman Rhoni yang liar dan
kasar semakin naik sampai…

“Ahhhhhhhhhhhh…. SHHH” Feilin menggeliat liar ketika lidah Rhoni menjilati
bibir vaginanya, mulut Rhoni dengan rakus menghisap dan mengenyot vagina
gadis itu.

Kedua tangan Feilin mendekap kepala Rhoni, pinggul gadis itu
terangkat-angkat keatas, seakan-akan hendak memberikan seluruh kenikmatan
diselangkangannya untuk Rhoni yang rakus dan liar.

Jeritan-jeritan liar dan rengekan Feilin membuat jantung Rhoni
berdetak-detak tidak beraturan, ia semakin rakus menikmati vagina gadis itu,
lendir-lendir gurih yang meleleh diselangkangan Feilin membuat Rhoni semakin
betah menjilati dan mengemut-ngemut vaginanya. Rhoni kini mulai bergerak
mengangkangi Feilin, kepala kemaluan Rhoni yang mirip bola kasti menempel
dan menggesek-gesek bibir vagina Feilin. Nafas Feilin tertahan-tahan
merasakan tekanan-tekanan kuat diselangkangannya, Rhoni terus berkutat
menjejal-jejalkan kepala kemaluannya pada lubang vagina Feilin yang sempit.

“Hhhuuaahh!!” mata Feilin yang sipit melotot, mulutnya terbuka lebar
merasakan vaginanya seakan-akan terkuak lebar ketika Rhoni dengan paksa
menjebloskan kepala kemaluannya kedalam vagina gadis itu.

“Akhhh aduhhh sakittt akkkkk tidakk….” tubuh Feilin mengeliat-geliat tidak
karuan, punggungnya terangkat, ia berusaha menggeser-geserkan pinggulnya
seperti hendak melepaskan diri dari kemaluan Rhoni yang mengait lubang
vaginanya yang mungil, Rhoni malah semakin dalam merojok lubang vagina
Feilin kemudian “Bluk” punggung Feilin kembali terjatuh tanpa daya.

Feilin semakin sering meringis-ringis merasakan “sebuah tongkat Kasti”
memasuki lubang vaginanya yang mungil.

“Echhhh Ahhhhhh Owwwwwwwww!” jeritan-jeritan liar Feilin menggema ketika
Rhoni dengan kasar memaju-mundurkan kemaluannya menggasak lubangnya.

Bibir vagina Feilin terlipat kedalam ketika Rhoni menekan batang kemaluannya
masuk dan tertarik sampai monyong ketika Rhoni menarik batang kemaluannya,
Tubuh Rhoni mendesak-desak tubuh gadis yang ditindihnya. Keringat mengucur
dengan deras membasahi tubuh Feilin dan “Aww Akhhhhhhh KccRRRTTT
CRRRRRRRRttttTTT” mata sipit Feilin terpejam rapat, bibirnya sedikit terbuka
menikmati keluarnya cairan kenikmatan itu di selangkangannya yang masih
digasak oleh Rhoni dengan kasar.

“HmmmHH… sudahh manggg Akhhh… aku diatas saja…” Feilin merasa sesak nafas
ditindih oleh pria bertubuh tambun yang keasikan menindih-nindih tubuh gadis
yang ditindihnya.

Tanpa sudi untuk melepaskan kemaluannya yang mengait vagina Feilin Rhoni
merubah posisinya, posisi saling duduk berhadapan, Feilin berpegangan pada
kedua bahu Rhoni. Bibir Rhoni mengecupi bibir Feilin, lidahnya terjulur
keluar menjilati mulut Feilin yang masih tertutup rapat. Tampaknya Feilin
masih merasa risih berciuman dengan Rhoni. Dengan cerdik Rhoni menyentakkan
kemaluannya kuat-kuat keatas menghantam lubang vagina Feilin sehingga
mulutnya terbuka lebar diiringi desahan panjang. “Ahhhhhhhww HMMMMM MMMMM
HHHH”

Pada saat mulut Feilin terbuka itulah mulut Rhoni segera menyumpal mulut
sikucing liar Feilin, Tangan kanan Rhoni menekan kepala Feilin dari belakang
sehingga mulut mereka semakin rapat bertautan. “Aufffhhhh HHH…” Feilin
menarik bibirnya dari bibir Rhoni, matanya yang sipit terlihat sayu
memandangi Rhoni.

Perlahan-lahan Feilin membuka mulutnya, lidahnya terjulur keluar, dengan
gembira Rhoni menghisap-hisap lidah si kucing liar Feilin, lidah mereka kini
saling kait , sesekali Rhoni kembali mengulum bibir Feilin. Tubuh Feilin
kini mulai bergoyang diatas tubuh Rhoni, gerakan-gerakan erotis tubuh Feilin
membuat Rhoni melotot tanpa berkedip, tubuh Feilin meliuk-liuk dengan liar
dan binal. Rhoni semakin kuat dan cepat menyentak-nyentakkan kemaluannya
keatas yang disambut oleh goyangan pinggul gadis itu.

“Uhhh gila nih cewe , bener kata si Dhani dia yang paling liarr… he he he
asikk.. Uttsss goyangannya muantebbb!!!” kata Rhoni dalam hati sambil terus
menghujam-hujamkankan kemaluannya keatas kuat-kuat.

“Awwww Akkkk Owwww…. CRRRTTT CRRRRTTTT” Entah sudah yang keberapa kali
Feilin memuntahkan cairan kenikmatannya dalam berbagai posisi sex, yang
jelas kini tubuhnya terkulai lemas ditindih tubuh gemuk diatasnya.

“He he he Floopppppppphh….” Rhoni terkekeh-kekeh kemudian mencabut
kemaluannya dari lubang vagina Feilin yang kini memar kemerahan, nafas
Feilin terengah-engah kecapaian.

Rhoni bangkit kemudian menghampiri Nia yang sedang duduk diatas sofa,
matanya yang sipit terpejam rapat-rapat, sedangkan tangan kirinya sedang
asik menggesek-gesek selangkangannya sendiri, pakaian seragam sekolahnya
sudar bersebaran diatas lantai. Dengan perlahan-lahan Rhoni bersujud
dihadapan Nia, saking asiknya, Nia sampai tidak menyadari kalau kini Rhoni
sedang menontonnya. Nia mendadak membuka matanya ketika merasakan seseorang
mengusap payudaranya, Nia menatap Rhoni dengan tatapan mata yang sayu. Rhoni
berdiri kemudian menarik kepala Nia kearah kemaluannya.

“HMMM MHHHHHHH….” Nia tampak lahap menikmati kemaluan Rhoni, Rhoni berkacak
pinggang sambil menyodorkan “Tongkat kastinya”

Beberapa saat kemudian Rhoni mencabut kemaluannya dari tangan Nia, kini
Rhoni kembali bersujud diantara kedua kaki Nia yang mengangkang. Kemaluannya
menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina Nia, tubuh Nia
tersentak-sentak dengan kuat ketika kepala kemaluan Rhoni berusaha memasuki
lubang vaginanya dengan satu sentakan yang sekuat tenaga akhirnya Rhoni
berhasil menjejalkan kepala kemaluannya.

“Waaahhh….uuuuhh!” Nia menggeliat-geliat ketika  Rhoni semakin dalam
menyodokkan kemaluannya.

Mata gadis itu yang sipit menatap Rhoni seakan-akan minta untuk dikasihani,
Rhoni terkekeh-kekeh dan kemudian dengan tanpa ampun menghujam-hujamkan
kemaluannya merojok vagina Nia dalam-dalam.

“Heeekkkkk Akkkkkkk Ohhhhh Waaaaaaaaaaa” Nia kewalahan menghadapi “mainan
barunya”, bahkan mainan barunya cenderung membuat lubang vaginanya terasa
ngilu diselingi oleh rasa nikmat yang tak tertahankan

“HAAA Akkkkkk CRRRRRTT CRRRRRR” Nia menggelepar-gelepar , kedua kakinya yang
mulus melejang-lejang, rasa nikmat mendera diselangkangannya.

Rhoni meremas dan membelai-belai payudara Nia sebagai penambah rasa nikmat,
sambil tersenyum Rhoni mencengkram buah pantat Nia dann…

“Huppppp he he he” Rhoni bangkit berdiri, secara otomatis kedua kaki Nia
yang mulus melingkari pinggang Rhoni, kedua tangan gadis itu kini
berpegangan pada bahu Rhoni.

Rhoni meleletkan lidahnya dan kemudian ia mulai mengayunkan kemaluannya,
tubuh Nia kini terayun-ayun mengikuti helaan kemaluan Rhoni.
Rengekan-rengekan Nia terdengar dengan keras diiringi jeritan-jeritan kecil.
Sang Surya seakan akan sengaja berjalan dengan lambat, ia masih ingin
menonton pertarungan seru antara Rhoni dan kedua gadis Chinese itu.

Hari sudah mulai gelap,mungkin sekitar jam 17.30, Aku duduk santai diatas
kursi, Tarida duduk dipahaku, kepalanya bersandar dibahuku, kedua matanya
yang sipit terpejam kecapaian, hampir setengah jam Tarida tertidur
dipangkuanku, perlahan-lahan ia menggeliatkan tubuhnya.

“MMMMHHH Hoooaahhhh… manggggg” Tarida menguap.

“Emmm cup cuppp” aku mengecupi keningnya sambil mengusap-ngusap pahanya. Ia
turun dari pangkuanku kemudian memakai kembali pakaian seragamnya.

Tarida tersenyum sambil memperhatikanku yang sedang memakai pakaianku
kembali. Tidak berapa lama Rhoni muncul sambil menggandeng Nia dan Feilin.
Jalan kedua gadisku agak aneh.

“Liatt jalannya ngangkang he he he. persis kaya kamu dulu itu lohh” aku
menyindir Tarida.

Tarida menyikutku, bibirnya manyun, aku langsung mencium bibirnya yang
monyong. Aku menggandeng pinggang Tarida menyusul Rhoni yang sudah terlebih
dahulu menuju mobil.

************************************

*Beberapa bulan kemudian*

* *

Malam itu aku menanti dengan tidak sabaran, akhirnya terdengar suara mesin
mobil dari kejauhan mendekati tempatku menanti, aku tersenyum tanpa banyak
bicara aku naik , duduk disebelah depan, Rhoni dan Aku akan menjalankan
rencana yang sudah kami susun dengan rapi, satu rencana terakhir. Rhoni
memarkirkan mobilnya disebuah diskotik, disana kami mengintai sampai subuh,
sebuah penantian yang panjang. Rhoni dan Aku saling berpandangan dan
tersenyum ketika melihat sesosok tubuh gemuk berlemak masuk kedalam mobil
BMW. Mobil Rhoni segera mengekori mobil didepannya sampai disebuah tempat
yang sepi.

*“*Ciiiiiiieettttt*…… “* Rhoni menyalip mobil didepannya, Aku dan Rhoni
segera turun lalu mengurung mobil BMW itu. Dengan sebuah kampak aku
memecahkan kaca mobil. “Prangggg…..”

“Heiii… !!!!” sosok gemuk itu membentak garang namun begitu melihat tindakan
kami yang beringas nyali sigemuk menciut, dengan paksa Rhoni menyeretnya
masuk kedalam mobil tua miliknya.

**********************************

*Disebuah Rumah Tua dipinggiran kota.*

* *

*” Bukkk… Bukkkk Bukkkk… Whuaaakkk… Akkkkkkkhhhh…” Sigemuk menjadi sasaran
Tinju-ku dan Rhoni , beberapa gigi sigemuk sudah tanggal terhantam tinju
kami berdua. *

*Aku semakin sebel melihat wajah sigemuk yang ketakutan, kuhampiri dia…*

*“Dhani !!! Jangann !!!” Rhoni mengingatkanku , ia memegangi tanganku yang
sedang mengangkat kampak. *

*“Nahhh sekarang lu pilihhhh….!!! Tanda tangani document ini atau Mau gue
sodomi pake golok…Hah!!!” Rhoni mengancam sambil mengacungkan sebilah golok.
*

*Aku tersenyum, rupanya Rhoni lebih cerdik, ia sudah mempersiapkan
setumpukan document, dan surat-surat pembebasan tahanan karena berkelakuan
baik, didalamnya ada nama teman-temanku. Tanpa banyak tingkah sigemuk
menanda-tangangi document-dokument yang disodorkan oleh Rhoni.*

* *

************************************

*Didepan sebuah Lembaga Permasyarakatan*

* *

Aku dan Rhoni menunggu didepan LP,  dari sebuah pintu gerbang yang kokoh itu
mulai bermunculan wajah teman-temanku.

“Ditttt…. Dittttt ” Rhoni membunyikan klakson mobil untuk menarik perhatian
mereka semua. Aku dan Rhoni mengantarkan mereka kesebuah tempat dimana kami
biasa berkumpul, sebuah rumah sederhana didekat telaga, keadaan alam disana
masih asri, pohon-pohon besar tumbuh tanpa terganggu oleh tangan-tangan
jahil manusia, rerumputan hijau bak permadani menghiasi sekitar rumah tempat
kami berkumpul jauh dari keramaian dan hiruk pikuk masyarakat sekitar.

********************************

*Hore Hari libur telah tiba.*

* *

Siang itu aku menggiring ketiga gadisku yang manyun. Mereka mengenakan
atasan tank top dan rok mini ketat.

“Manggg kita ke dufan ajaaaa…” Tarida merengek

“Iya manggg…” “Manggg Dhaniiii… Huu Uhhh” demikian juga halnya Nia dan
Feilin merengek-rengek.

Dengan tegas aku menyuruh mereka naik kemobil, Rhoni menggaruk-garuk kepala,
aku menghela nafas panjang ada perasaan bersalah mendera hati kecilku.

———————————–

*Beberapa hari yang lalu*

* *

“Ehhh Dhanni… bawa dong tiga gadis itu kesini…”Barli sibawel tiba-tiba
mengajukan sebuah permintaan , para sahabatku juga ribut mengajukan
permintaan yang sama.

“Ayooo Dhannni tolongg kami butuh sekali” Shad begitu memelas.

Aku dan Rhoni saling berpandangan tidak tahu harus menjawab apa…

“Udahhh gini aja… Ntar kita bawa kesini tapiiii….*, kalian ngak boleh
menyakiti mereka*… kalau tidak…. Kami akan mengambil tindakan serius…” Rhoni
mendadak menjadi sangar dan serius.

Para sahabatku tidak berani bersuara lagi kemudian mereka mengangguk setuju

“Tapi kami boleh kan kalau memberi mereka kenikmatan…”Sam ngakak tertawa ,
selanjutnya terdengar suara tawa riuh rendah memecah keheningan malam.

————————————

Aku membujuk ketiga gadisku untuk turun dari mobil, akhirnya satu persatu
mereka turun dari mobil. Dari dalam sebuah rumah muncul wajah-wajah para
sahabatku, tanpa malu-malu mereka sudah telanjang bulat dihadapan ketiga
gadisku, kemaluan-kemaluan yang besar – besar dan panjang kini sudah lepas
dari sangkarnya.

“Burung-burung nakal” berukuran 19 s/d 25 cm teracung-acung mengajak ketiga
gadisku untuk berperang.dalam kenikmatan.

Ketiga gadisku bersembunyi ketakutan dibalik tubuhku dan Rhoni,

“Manggg Dhani siapa mereka ?” “Ihhh mangggg” “Uhhhhh…Mang Rhoni”

Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut ketiga gadisku yang panik. Kini
mereka mulai mengurung ketiga gadisku, decak kagum begitu ramai terdengar,
kagum akan ketiga gadisku yang cantik, mulus , mungil, pokoknya cute banget
deh. Kayanya biar ngak susah nginget-nginget, kita ulas dulu Profile mereka
ya..

1.)Amin wajahnya yang dulu ganteng , suka bermain wanita kini berwajah
hancur mengerikan akibat dibakar warga.

2.) Sam bermata picak, hanya memiliki satu kuping, kayaknya sih kuping yang
satu lagi udah Alm.

3.) Fadil tubuhnya berotot mirip hulk, bibirnya kini dipenuhi bekas jahitan.

4.) Jo wajahnya tetap Jo,tapi cuma setengah, setengah lagi hancur tersiram
air keras.

5.) Nick Botak, Brewokan, tubuhnya bertato.. berperut buncit kayak orang
cacingan.

6.)Shad Ahli kunci, tubuhnya penuh bekas jahitan disana-sini, mirip
Frankenstein.

7.) Barli sibawel, bibirnya sumbing.

8.) Agato, Tangannya kini Cuma sebelah kanan, hidungnya agak melesak
kedalam..

Aku memperkenalkan mereka pada para sahabatku yang berebutan menyalami
ketiga gadisku.

“Ehhhhhhh!!” Feilin kaget ketika Fadil meraih tubuhnya, dibopongnya tubuh
Feilin kedalam rumah, Jo, Shad dan Amin mengikuti Fadil dan Feilin.  Fadil ,
Jo, Shad dan Amin berebutan menelanjangi Feilin, kemudian Fadil mendudukkan
tubuh Feilin diatas ranjang, ia bersujud dan langsung mengangkangkan kedua
kaki gadis itu lebar-lebar.

“Ouchhh Owww.. Akkkk….” Feilin tersentak kaget merasakan jilatan-jilatan
Liar Fadil diselangkangannya, Jo meremas-remas buah dada Feilin sebelah
kiri, dan Shad meremas-remas buah dada Feilin sebelah kanan, Amin menciumi
Feilin dari belakang.

“AKhhhh Owwwww… Utssss” Kedua tangan Feilin menahan kemaluan Fadil yang
hendak menyeruduk lubang vaginanya

Jo dan Shad menangkap tangan Feilin dan memegangi tangan gadis itu sehingga
Fadil lebih leluasa melampiaskan nafsunya.

“Aowwww Whhhhhhhaa HMMMM MMMMMHHH” jeritan Feilin tersumpal oleh mulut Amin,
Tubuh Feilin tersentak-sentak ketika Fadil memaksa menjejalkan kemaluannya
memasuki lubang Vagina Feilin yang berukuran mungil.

“Duh sempit amat.. seretttt assyikkk…baru kali ini gua ngerasain memeknya
amoy.. anak sekolahan lagi… HA HA HA” Fadil tertawa senang merasakan jepitan
sempit dikepala kemaluannya, tubuh Feilin terguncang-guncang dengan kuat
ketika Fadil menyodok-nyodokkan kemaluannya.

Jo dan Shad menggelitiki putting susu Feilin, mulut Feilin sampai kempot
diemut oleh Amin yang rakus, Fadil menggasak lubang Vagina Feilin kuat-kuat.
Tubuh Feilin menggelinjang-gelinjang menghadapi serangan dari empat orang
laki-laki sekaligus

“Auuhhh… OHHHH AWWW CRRRTTT… CRRRTTTT” tanpa ampun Feilin terkapar dalam
kenikmatan ketika lubang Vaginanya berdenyut-denyut dan memuncratkan cairan
dari dalamnya.

“Awww. Aduhhhh duhhhhhhh NGGGHHH”Feilin mengerang ketika Fadil menggunakan
kemaluannya dengan kasar mengorek-ngorek lubang vaginanya.

“Kira.. kira lu…, jangan sampe sobek tu memek.”Shad menggoda Fadil.

“Emangnya lu pikir kertassss…”Fadil terkekeh-kekeh kemudian melanjutkan
mengocek-ngocek dengan lebih kuat sampai Feilin merengek-rengek

Keempat laki-laki itu terkekeh-kekeh, Fadil mencabut kemaluannya dari vagina
Feilin. Shad tidur terlentang diatas ranjang, ketiga laki-laki itu
menggiring Feilin agar menduduki kemaluan Shad. Feilin pun bergoyang dan
menaik turunkan pinggulnya.

“Wueisssttt… gila!!!! panas amat goyangannya…”Jo memuji Feilin sambil
menjamahi payudaranya.

Amin menahan gerakan Feilin, ia menjejalkan kemaluannya kelubang anus gadis
itu.

“Owwww…” Jeritan Feilin mengiringi melesatnya kemaluan Amin merojok lubang
anusnya, Untuk sesaat Amin dan Shad membiarkan Feilin untuk membiasakan diri
menerima kemaluan mereka di lubang anus dan lubang vaginanya, selanjutnya…*.
*

[image: z1pqv4gwo41u.jpg]

“Akhhh Owww… Uhhh…” Feilin merinding keenakan ketika lubang vaginanya dan
lubang anusnya dikocok – kocok sekaligus.

Kedua tangannya melingkar kebelakang membelit leher Amin, secara otomatis
payudara Feilin membusung kedepan dan menjadi mainan yang mengasikkan bagi
Fadil dan Jo.

“He he he Hebat juga lo Moy*…*“Amin mencengkram pinggul Feilin sambil memacu
kemaluannya lebih kuat,

Shad mengelusi paha Feilin sambil meyentak-nyentakkan kemaluannya keatas.
Jo dan Fadil meremas-remas payudara Feilin, mengusapi payudaranya yang
lembut dan kemudian memelintir-melintir putting susunya yang lancip dan
keras.

“Akhhhhh Oww Kecrotttt KCRRRTTT” Untuk yang kesekian kali Feilin mengerang
kenikmatan, matanya yang sipit terpejam rapat merasakan cairan kenikmatan
kembali membanjiri selangkangannya, Tubuhnya masih terguncang-guncang karena
sodokan Amin dan Shad, Jo masih asik menjejal-jejalkan kemaluannya kemulut
Feilin, sedangkan Fadil meremasi payudara Feilin.

“Hu AkkkkkhHHH…” “HMMMRRRRHH” Amin dan Shad menusukkan kemaluan mereka
dalam-dalam pada lubang anus dan lubang Vagina Feilin.

Hampir bersamaan mereka menembakkan sperma mereka kedalam tubuh gadis itu.
Tubuh Feilin tertindih diantara tubuh Amin dan Shad, namun itu tidak begitu
lama karena Fadil dan Jo merebut tubuh mulusnya dari cengkraman kedua teman
mereka yang sudah sukses memuaskan nafsu bejatnya.

“Jo…bagi susunya….” Fadil sempat sewot karena Jo dengan rakus memonopoli
kedua payudara Feilin.

Jo menggeser posisinya kesebelah kanan dan Fadil langsung merebahkan
tubuhnya disebelah kiri.

“Tadi siapa nama lu moyy*.*. Hmm ?” Fadil bertanya sambil menciumi bibir
gadis itu, tangan Fadil menggenggam payudara Feilin.

“Feilin Ennngg….” Gadis itu kembali memejamkan mata sipitnya ketika
merasakan hisapan Jo diputing susunya.

Feilin membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya keluar. Fadil
terkekeh-kekeh menghisapi dan mengait-ngait lidah Feilin, sesekali Bibirnya
mengulum bibir Feilin yang mungil. Jo menarik dan menyuruh Feilin agar
menungging, Jo berusaha mencoblos lubang Vagina Feilin dari belakang,
sedangkan Fadil menarik kepala Feilin dan menjejalkan kepala kemaluannya ke
mulut gadis itu.

***********************

*Sementara itu diluar sana*

* [image: 70309_3_122_137lo.jpg]*

“Ihhhhh…jangan ahhh…Oww” Barli memeluk dan menciumi Tarida, Rhoni merayapkan
tangannya menjamah pinggul Tarida dan Nick bersujud dan menyusupkan
tangannya kedalam rok mini gadis itu. Pakaian yang dikenakan oleh Tarida
terlempar kesana kemari.  Barli dengan paksa hendak menidurkan tubuh Tarida
diatas rerumputan.

“Eiiittt… tar dulu…. Lu ambil gih kasur busa didalem sana…” Rhoni merebut
tubuh Tarida dari Barli.

“Waduhhh tanggung… ngak usah pake kasur segala…”Barli hendak merebut
Tarida.

“Kotor tau !!! Kaga…boleh !! Napa sih lu rewel amat !!!” Wajah Rhoni berubah
garang, ia begitu melindungi Tarida

Barli dan Nick tidak berani membantah mereka berdua masuk kedalam rumah dan
membawa dua buah kasur busa keluar.

“Tolooongg Rhon, ngak kuatt…” Barli memohon-mohon, demikian juga Nick.

Dengan lembut Rhoni mendorong Tarida kearah Barli dan Nick. Mereka segera
membaringkan tubuh Tarida diatas kasur busa, kedua tangan Tarida dipegangi
terentang ke kiri dan kekanan, Barli dan Nick dengan bebas menyusu
dipayudara Tarida, Rhoni menerkam selangkangan Tarida dan mengemut-ngemut
cairan gurih diselangkangan gadis itu.

“Awww Akkksss UHHHH” Tarida menggelinjang-gelinjang ketika kenikmatan yang
diberikan oleh ketiga laki-laki membuatnya merinding panas dingin.

Nick tidur terlentang diatas kasur busa, Barli memberi komando agar Tarida
mengangkang naik kemedan pertempuran dalam posisi punggungnya menghadap ke
arah dada Nick  dan “Jrebbbbb….. Jrebbbb” berkali-kali kemaluan Nick
berusaha memasuki lubang kecil imut dipantat Tarida. Tangan Nick membantu
mengangkat dan menurunkan pinggul Tarida, Rhoni dan Barli menyodorkan
kemaluannya pada Tarida, tangan mungil gadis itu sibuk mengocok-ngocok
kemaluan dua laki-laki yang terkekeh-kekeh keenakan. Sesekali bergantian
diemut-emutnya dan dijilatinya kepala kemaluan Rhoni dan Barli.

“Uhhh Si Amoyy hebattt!!! Terus!” Barli menceracau keenakan.merasakan
hisapan kuat Tarida dikepala kemaluannya.

“Hushhh… namanya bukan Amoyy Tapi TAAA.. RIII… DAAA” Rhoni protes sambil
mengelusi kepala Tarida.

“Hee NNNGhhh CRRRt CRRRRT” kening Tarida berkerut matanya terpejam rapat,
tubuhnya roboh kebelakang ketika cairan kenikmatannya berdenyut-denyut
keluar.

Rhoni berbaring disisi dikanan dan Barli berbaring disisi kiri , mereka asik
menonton geliatan-geliatan tubuh Tarida diatas tubuh nick yang sedang asik
memompa kemaluannya keatas merojok-rojok anus Tarida. Barli mulai mengambil
posisi, ia mengangkangkan kedua kaki Tarida lebar-lebar kemudian kepala
kemaluannya menusuk dan menekan-nekan berusaha memasuki lubang vagina gadis
itu yang sempit.

“Owww Akhhhhh” satu tusukan kuat SiBarli membuat Tarida membelakkan matanya,
dua Batang kemaluan yang besar dan panjang mengait lubang anus dan lubang
vagina Tarida yang mungil.

Rhoni mengecupi kening Tarida dan bertanya “Gimana ? enakk ?”

Tarida menatap Rhoni dan mengangguk, selanjutnya tubuh Tarida
terguncang-guncang karena sodokan-sodokan kuat dilubang anus dan lubang
vaginanya. Rhoni menyusu dibuah dada Tarida

“Ooooohhhh!!” Tarida kembali menggelepar-gelepar dilanda kenikmatan.

Ketiga laki-laki yang menggumuli Tarida terkekeh-kekeh menikmati tubuhnya
yang halus dan mulus. Beberapa saat kemudian Rhoni duduk mengangkang diatas
ranjang, Nick dan Barli mencabut kemaluannya dari kedua lubang gadis itu.
Nick menyerahkan Tarida pada Rhoni, Rhoni mengarahkan kepala kemaluannya
pada lubang Vagina Tarida, gadis itu berusaha memasukkan kemaluan Rhoni
dalam posisi duduk saling berhadapan. Barli dan Nick sibuk membantu meremas
dan menekan-nekan buah pantat Tarida.

“Auhhhh….. jrebbbb” Tarida menahan gerakannnya ketika kepala kemaluan Rhoni
melesat masuk kedalam lubang vaginanya.

Lidah Tarida terjulur keluar ketika Rhoni menyentakkan kemaluannya menyelami
lubang sempit diselangkangan gadis itu. Barli dan Jo menarik punggung Tarida
agar ia merebahkan punggungnya diatas kasur busa, mereka berdua asik menyusu
pada buah dada gadis itu. Rhoni yang masih dalam posisi duduk menaikkan
kedua kaki Tarida, kemaluannya yang besar dan panjang masih mengait lubang
vagina Tarida yang kini rebahan diatas kasur itu.

“Teruuuss Rhonnnn Ha HA HA HA” Nick memberi semangat pada Rhoni.

“Ha HA HA liat susunya… Wahhhh bagus..!! Baguss!!” mata Barli melotot
melihat payudara tarida yang bergerak-gerak dengan kencang seirama dengan
sodokan-sodokan Rhoni.

“Awww KRRCCTTT KTCTTTRRRTTTTT” Tarida menatap sayu pada ketiga laki-laki
yang sedang habis-habisan menikmati tubuhnya.

Tangan Barli dan tangan Nick mengelusi payudara Tarida, dipelintir-pelintir
dan ditarik-tariknya putting susu gadis itu dengan lembut. Sesekali mereka
menunduk untuk menghisapi  dan menjilati buah dada Tarida. Keringat meleleh
ditubuh Tarida bagaikan keju yang terbakar api kenikmatan.

***********************************

*Sam dan Agato mulai mengelilingi Nia*

* [image: 70314_5_122_157lo.jpg]*

“Ngakk ahh !! ngak mau…!! mang Dhani HMMM MHHH”Nia berontak ketika Sam
bersujud sambil meraih pinggangnya, Tangan kanannya merayapi Paha Nia yang
halus,  Agato menjilati leher Nia dari belakang,sedangkan dari belakang aku
memegangi kedua tangan Nia dan menarik tangan Nia dengan lembut kebelakang.

Lewat Tangan Agato yang Cuma sebelah menyusup masuk kedalam Tank Top yang
dikenakan oleh Nia. Agato tampak asik meremas-remas payudara Nia. Sam
menaikkan rok mini gadis itu dan menarik turun kain segitiga berwarna merah
diselangkangan gadis itu.

“HMMM… Wahhh…!!!” Sam melotot melihat garis tipis yang sedikit terbuka
menampakkan isi Vagina Nia yang berwarna merah muda.

Sam mencelupkan telunjuknya kesela-sela diselangkangan Nia. Agato menarik
tangannya dan bersujud untuk ikut menonton vagina Nia, Agato ikut
mencelupkan jari telunjuknya dan kini berbarengan mereka berdua asik
mengocek-ngocek lubang sempit diselangkangan Nia. Nia menggeliat geliat, aku
menciumi dan menjilati lehernya dan turun mengecup-ngecup bahu Nia. Nia
memohon agar aku melepaskan kedua tangannya, aku menuruti permintaannya
sambil terus kedua tanganku kini mengelus ngelus pinggang Nia yang ramping,
kutarik baju tank top yang dikenakan Nia keatas agar terlepas dari tubuh
mulusnya yang putih.

Setelah melepaskan pengait bra, kulepaskan dan kulempar jauh-jauh bra
berwarna putih itu.

”AWWW AKHHH CRUTTTT CRUTTTTTTTTT” Agato dan Sam berebutan menjilati lendir
yang meleleh diselangkangan gadis itu.

Sam berdiri dan merendahkan tubuhnya, diemut-emutnya payudara Nia bergantian
yang kiri dan kanan, sementara Agato masih sibuk membersihkan lendir meleleh
dari sela-sela selangkangan Nia. Lidah Agato begitu lincah mengait-ngait
clitoris Nia. Aku menarik pinggul Nia dan mendorong punggung gadis itu agar
berdiri dengan posisi menungging, Agato menekan kepala Nia kearah
kemaluannya. Sam meraih payudara nia dari samping dan kutekan kepala
kemaluan memasuki lubang sempit diselangkangan Nia yang kewalahan menerima
masuknya kemaluanku.

“Awww…akhhhh mangggg aduhhh…” Nia menjerit-jerit kecil keenakan ketika
kemaluanku memompa lubang vaginanya dari belakang.

“Uhhh Siiipppp…!!! Teruss sedottt…”Agato membelai-belai kepala Nia
diselangkangannya,

Sementara Sam bersujud sambil terkekeh-kekeh mengusap dan meremas-remas
payudara Nia yang bergelantungan didada gadis itu, sesekali mulutnya
menjilati dan menghisapi payudara Nia dengan rakus.

“UUHHH Uhhh MMMMMHH MAngg Dhanii Akhhhh… CRRRTT CRRRT” Nia merengek manja
merasakan cairan kenikmatannya muncrat dari dalam tubuhnya.

“Dhann gentian doonng” Agato meminta lebih, aku terkekeh-kekeh sambil
mencabut kemaluanku dari lubang Vagina Nia.

Agato bergerak kebelakang Nia dan sekali lagi Nia mengerang merasakan
kemaluan yang besar dan panjang berusaha memasuki lubang kecil di vaginanya.
Tubuhnya kembali tersentak-sentak maju mundur dengan kuat…

“Uttsss Eee EEEEHHHHH” tangan Agato yang cuma sebelah itu terpeleset dan
tubuh Nia tersungkur kedepan.

“EitttTTT…” aku dan Sam buru-buru memegangi Nia yang hampir terjatuh.

Nia menolehkan kepalanya kebelakang, entah kenapa Nia merasa kasihan melihat
Agato yang merasa bersalah, atau juga merasa rendah diri menyadari kondisi
fisiknya yang kekurangan satu tangan* *dihadapan Nia. Nia meronta kecil
melepaskan dirinya dari peganganku dan Sam, ia melangkah mendekati Agato.
Tangan mungil Nia mengelus pipi Agato, Mata Nia saling berpandangan dengan
mata Agato, senyuman manis Nia membuat agato melupakan rasa rendah dirinya.
Kedua tangan Nia bergelantungan dileher agato dan “Hmmm MMMHHHH MMMMHHHHHH”
Agato menyambut ciuman Nia yang panas.

Nia meminta Agato berbaring diatas rerumputan hijau, gadis itu mengangkangi
kemaluan Agato dan berusaha menjebloskan kemaluan Agato yang berukuran besar
memasuki lubang sempit diselangkangannya.

“NNNN NnnnggGGGGHHH” Nafas Nia tertahan – tahan ketika perlahan-lahan kepala
kemaluan Agato memasuki lubang sempit diselangkangannya.

Nia mulai bergoyang dan menaik turunkan pinggulnya diatas tubuh Agato

“Achhhhh Owww akhhhh Uhhhhh Mmmmmmhh” Sam menyumpal mulut Nia yang
mendesah-desah dengan kemaluannya. Aku meraih tangan Nia dan membimbingnya
untuk mengocok-ngocok kemaluanku.

“Ackkkk OWWW CRRRTT CRuuuttt CRRRUTttttttTTT” gerakan Nia tertahan, tubuhnya
menggeletar keenakan.

[image: 70317_6_122_94lo.jpg]

“Hupppp HE he he he he” Sam mengangkat tubuh Nia sehingga kemaluan Agato
terbetot lepas dari lubang Vagina gadis itu.

*“*Yeee!!! Elu Samm Ahh….he he he” Agato tampak kecewa namun ia
terkekeh-kekeh melihat Sam tengah mencumbui tubuh Nia sambil berdiri.

Sam merendahkan kemaluannya dan kemaluannya berusaha mengait lubang vagina
Nia. Nia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar berusaha menerima kemaluan
Sam yang ingin memberinya kenikmatan.

“OOchhhh Uhhhh” Nia tersentak begitu kemaluan Sam memasuki dirinya, Sam
mencengkram buah pantat Nia dan mengangkat tubuh gadis itu. Nia mengalungkan
kedua kakinya membelit pinggang Sam dan mengalungkan kedua tangannya pada
leher Sam. Tubuhnya segera terayun-ayun seperti sedang bermain ayunan

“Clookkk Clopppp Plooopppp Cleepppp” Bunyi – bunyi itu terdengar dengan
merdu.

Aku bergerak dan meremas-remas buah pantat Nia yang menggantung, kujejalkan
Kepala kemaluanku kelubang anusnya dan…

“Ohhh MMM Mangggg Dhani… Akkkk….” Kini sebelah tangan Nia bergerak
kebelakang melingkari leherku, sedangkan yang satunya berpegangan pada bahu
Sam.

Aku dan Sam berlomba-lomba menghujani lubang Anus dan lubang Vagina Nia.
Agato bangkit berdiri, tangannya yang Cuma sebelah menarik kepala Nia dan..

“Hmmmm MHHHH MHHHHH MHHHHHH” mulut Nia tersumpal oleh mulut Agato

****************************

*Pada malam harinya*

* *

Malam itu aku terbangun, mataku mencari-cari dimana gerangan ketiga gadisku,
lewat kaca jendela aku melihat tiga sosok yang amat kukenal sedang duduk
berdampingan diatas kursi panjang menghadap kearah telaga. Aku berjalan
tertunduk menghampiri ketiga gadisku

“Kalian marah ya ? sama mang Dhani…”aku bersujud dihadapan mereka ,rasa
bersalah semakin mendera hatiku

“Maafin yaaa*….*” tanganku mengelus-ngelus paha-paha mulus mereka bertiga.

“Tadinya sih marah banget….” Feilin membuka suara

“Tapi setelah dipikir-pikir….” Nia melanjutkan ucapan Feilin

“Kami ngerti koq…. Mang Dhani pasti ngerasa ngak enak ya menolak permohonan
teman-teman mang Dhani” Tarida tersenyum manis.

“Tadi Mang Rhoni yang ngasih tahu…..” Feilin tersenyum manis

“Lagipula… setelah dirasa-rasa… enak juga pesta sex kaya tadi he he he”
Feilin terkekeh-kekeh.

Aku menghela nafas lega melihat senyuman  menghiasi wajah ketiga gadisku.

Ketiga gadisku berdiri, mereka menyuruhku duduk diatas kursi panjang
menghadap kearah telaga.

“Gubraggg…. Byurrrrrrrrrr……….”

Seekor Katak tiba-tiba roboh dan tercebur kedalam telaga terkena serangan
jantung* *menyaksikan tiga orang gadis Chinese yang cantik mulus bersujud,
menciumi dan mengulum kemaluan Dhani Anwar. Aku menatap keatas langit,
rembulan terlihat begitu cantik…bintang bintang bertaburan menghiasi langit
malam, kedip-kedip nakal terlihat diatas sana, mengintip aku dan ketiga
gadisku yang sedang asik bergumul demi meraih kenikmatan.

*The End*

*——————————————————————-*

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Pesta Seks dengan 3 gadis dusun

Cenit bersandar di dinding, gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya. Setengah busana atasnya masih rapi tapi seluruh rok dan celananya sudah terbuka. Menampakkan kedua paha yang putih mulus dan montok. Sementara tumpukan daging putih kemerahan menyembul di sela rambut-rambut hitam yang nampak baru dicukur.

Sedikit tengadah dan dengan tatapan mata sendu ia berujar lirih…

“Masukkanlah, Kak! Aku juga ingin menikmatinya….”

Aku hanya terdiam.. kami sama-sama sudah membuka busana bagian bawah, beberapa menit kemudian kami bergelut di pojok ruangan itu. Dengan penuh nafsu ku tekankan tubuhku ke tubuh gadis itu. Ia membalas dengan merengkuh leherku dan menciuminya penuh nafsu. Baca kelanjutan cerita seru pesta seks dengan 3 gadis dusun hanya di ceritapanas.com.

Tubuhnya terasa panas dan membara oleh gairah, bertubi-tubi kuciumi leher, pundak dan buah dadanya yang kenyal dan besar itu. Ia hanya melenguh-lenguh melepas nafasnya yang menderu. Setiap remasan dan kuluman… diiringi dengan erangan penuh kenikmatan.

Tanpa kusuruh ia membuka sebagian kancing bajunya. Menampakkan onggokan buah dada yang membulat dan putih. Tanpa membuka tali beha ia mengeluarkan buah dadanya itu dan mengasongkannya ke mulutku.

Dengan rakus kukulum buah dada besar Cenit sepenuh mulutku. Ia mengerang antara sakit dan enak. Nafasku pum semakin tersendat, hidungku beberapa kali terbenam ke bulatan kenyal dan hangat itu.

Puncak dadanya basah oleh air liurku yang meluap karena nafsu. Licin dan agak susah meraih puting susunya yang mungil kemerahan itu. Jelas sekali kulihat proses peregangannya. Semula puting susu itu terbenam, namun dalam sekejap saja dia keluar menonjol dan mengeras.

Cenit tahu susah mengulumnya tanpa memegang karena aku mencengkram erat leher dan pinggang gadis itu. Tanpa menunggu waktu ia memegangi buah dadanya dan mengarahkan putingnya ke mulutku.

Aku pun mengulumnya seperti bayi yang kehausan. Mengulum dan menyedot sampai terdengar berbunyi mendecap-decap. Kulihat gadis itu, dalam sayu matanya merasakan kenikmatan, bibirnya tersungging senyuman dan tawa kecil. ‘Gigit sedikit, Kak.’ pintanya padaku.

Aku menuruti kemauannya, dengan gigiku kugigit sedikit puting susunya. ‘Aih….’ Jeritnya lirih sambil menggigit bibir. Barangkali ia tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat luar biasa di bagian itu. Kurasakan tubuhnya melunglai menahan nikmat.

Kemudian tubuh kami saling mendekap semakin rapat. Gairah dan rangsangan nikmat menjalar dan memompa alirah darah semakin kencang. Secara naluriah aku menyelusuri tubuh sintal Cenit.

Mulai dari leher, terus ke punggung, meremas daging hangat di pinggul… terus ke bagian bawah. Akhirnya menyelip di antara paha. Gadis itu membuka pahanya sedikit, mengizinkan tanganku menggerayangi daerah itu.

Dalam pelukan erat, tanganku mencoba masuk… ehm.. bagian itu terasa hangat dan basah. Cenit menggeser pantatnya sedikit. Kedua matanya memejam sembari menggigit bibir , desah-desah halus keluar tak tertahankan. Detak jantungku semakin kencang ketika kubayangkakn apa yang terjadi di’sana’.

Gadisku menggelinjang, nafasnya sesekali tertahan, sesekali ia seperti menerawang, apa yang dia harapkan? Aku tahu, dia menginginkan itu, dia mendorong-dorongkan pantatnya ke depan, agar bagian itu lebih tersentuh oleh jemariku.
Dengan penuh pengertian aku pun turun… dari leher… buah dada.. wajahku terseret ke bawah, menikmati setiap lekuk liku tubuhnya yang hangat. Setiap sentuhan dan gesekan menimbulkan rintihan lirih dari mulutnya. Wajahnya menengadah, matanya setengah terpejam, bibir agak terbuka, dan sedikit air liur menetes dari salah satu sudutnya.

“Teruskan, kak… jangan hentikan..!” pintanya. “Puaskan aku….?” katanya lagi tanpa rasa sungkan. Yah, tak ada rahasia di antara kami. Apa yang dia inginkan untuk memuaskan hasratnya, pasti dia minta, kapan saja kami bertemu. Begitu pula aku… kalau lagi pingin, dia pasti kasih.

Perlahan aku menyusuri tubuhnya ke bagian bawah. Sekarang aku sudah di atas perutnya yang mulus. Aku bermain-main sebentar di sana. seluruh tubuh Cenit memang sangat menggairahkan. Tidak ada lekuk tubuhnya yang tidak indah. Aku sangat menikmati semuanya.

Tiba-tiba Cenit memegang kepalaku, meremas sedikit rambutku dan mendorong kepalaku ke bawah. “Ayo, Kak, udah gak tahan nih..! Jangan di situ aja dong….Aih..” Aku menurut…. Dulu aku bilang aku ingin merasakan dan menjilati kemaluannya, dia bilang hal itu menjijikkan. Dalam keadaan terangsang dia sangat menginginkanya.
Sesampai di bagian itu… aku terpana menyaksikan pemandangan indah terbentang tepat di depan mataku. Setumpuk daging berwarna kemerahan berkilat di celah-celahnya …

Bagian itu, bibir kemaluan Cenit yang merah dan basah dipenuhi cecairan lendir yang bening. Dengan kedua jari telunjuk ku buka celah itu lebih lebar… Klentitnya menyembul… nampak berkedut karena rangsangan nikmat tidak terkira.

Berkali-kali ia berkedut… setiap denyutan dibarengi dengan nafas dan rintih tertahan gadis itu. Aku memandang ke atas. Ke arah payudaranya yang terbuka, putingnya semakin mengeras. Nafasnya terengah-engah, buah dada Cenit yang putih itu nampak naik turun dengan cepat. Kulihat lagi kemaluan gadisku itu… semakin merah dan merekah. Kubuka lagi dengan dua telunjukku… cairahn kental pun mengalir deras. Meluap dan merembes sampai ke sela paha, persis seperti orang yang sedang ngiler.
Cairan itu terus mengalir perlahan… sampai ke arah anus. Kemudian perlahan berkumpul dan akhirnya menitik ke lantai. Semakin lama semakin banyak titik-titik lendir bening yang jatuh di lantai kamar itu.

Terasa ia merenggut rambutku… dan menekankan kepalaku ke arah vaginanya yang sedang terangsang itu. Aku pun semakin bernafsu…. Dengan penuh semangat aku pun mulai mengulum dan menjilati seluruh sudut kemaluan Cenit…

“Ahh…. Ahhhh… nikmat sekali, Kak!” Cenit merintih, tubuhnya menegang, cengkramannya di kepalaku semakin kuat. Pahanya mengempot menekan ke arah mukaku, sementara kemaluannya semakin merah dan penuh dengan lendir yang sangat licin.

Aku pun semakin dalam menusuk-nusukkan lidahku ke liang senggamanya. Beberapa kali klentitnya tersentuh oleh ujung gigiku, setiap sentuhan memberi pengaruh yang hebat. Gadis itu melolong menahan nikmat… aku terus menyelusuri bagian terdalam vaginanya. Oh… hangat dan sangat-sangat basah. Tak bisa kubayangkan kenikmatan apa yang dirasakannya saat ini. barangkali sama nikmatnya dengan rangsangan yang kuperoleh dari kemaluanku yang juga sudah mengeras sedari tadi.

Rasanya sangat nikmat dan tergelitik terutama di bagian pangkal… rasanya ingin aku melepaskan nikmat di saat itu juga. Tapi aku harus menyelesaikan permainan awal ini dulu, gadis ini minta untuk segera di tuntaskan.

Semakin aku memainkan kemaluannya, semakin ia mengempot dan menekankan kepalaku ke arahnya. Sesekali aku menengadah menatap wajahnya yang merah. Tampak ia menghapus air liurnya yang mengucur dengan lidahnya yang merah itu.
Tiba-tiba ia tertawa mengikik… seperti ada yang lucu. Ia mengusap wajahku yang bergelimang cairan vaginanya. Sambil memandangku penuh pengertian. “Lagi, Kak” pintanya.

Aku mengulangi lagi kegiatan itu, ia pun kembali merintih-rintih menahan rangsangan hebat itu di kemaluannya. Beberapa kali klentit itu kusentuh dengan ujung gigi….
Tiba saatnya, dia sudah sampai mendekati puncak. Nafas semakin memburu dan tubuhnya menegang hebat beberapa kali. Tanpa sungkan lagi, ia mengeluarkan lolongan penuh kenikmatan ketika rasa enak itu tiba…

“Ohhhhh… hhhh…ahhhhhhhh…” jeritnya lepas. “Enak sekali…”

Pantatnya mengempot ke depan setiap denyutan nikmat itu menyergap vaginanya… dan setiap denyutan diiringi dengan keluarnya cairan yang lebih banyak lagi. Beberapa cairan itu bagaikan menyembur dari liang senggamanya, aku mundur sebentar, melihat bagaimana bentuknya vagina yang sedang mengalami orgasme.
Tegang, merah, basah… berkedut-kedut, cairan pun membanjir sampai ke kedua pahanya….. mengalir dengan banyaknya sampai ke mata kaki… Aku pun tidak tahan melihat keadaan itu, cepat aku berdiri… mengasongkan kemaluanku yang sudah tegang itu ke arahnya.

Ia memelukku, terasa tubuhnya bersimbah peluh, wajahnya yang memerah karena baru melepas nikmat itu disusupkannya ke leherku. Memelukku semakin kuat…

“Puaskanlah dirimu, Kak!”

Aku pun mendekap tubuh sintal itu semakin erat. Rasa nikmat berkecamuk di titik kemaluanku. Terasa semakin menegang dan mengeras…. Tapi aku ingin merasakan sensasi yang lain.

Kuturunkan kepala gadis itu ke bagian itu. Ia menurut, perlahan ia menyusuri tubuhku dari dada terus turun ke bawah. Seperti yang kulakukan tadi, mulutnya menciumi perutku dan terus turun… sesampai di bagian itu ia memandangi penis yang selama ini selalu dia senangi.

Ia menengadah.. memandangku dengan senyuman nakal…. “Besar sekali punyamu, Kak! Ini untukku untuk selamanya,” katanya sambil mengelus dan mulai meremas pangkalnya. Aku terkesiap… jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta.

“Nikmatilah, Kak! Aku ingin kamu menikmati dan merasakan kenikmatan seperti yang aku rasakan, kamu milikku, tidak boleh untuk orang lain….” Aku mengangguk sambil tersenyum, perempuan kalau sudah cinta dan ingin pasti mau melakukan apa saja.
Perlahan ia mulai mengocok pengkal kemaluanku… sesekali ia mengecup bagian kepalanya yang seperti topi baja itu. Lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa kali pula ia menempelkannya di pipi sambil matanya terpejam.

“Ohh.. inilah yang aku impikan selama ini. Kepunyaanku milik kekasihku yang perkasa…”

Kemudian ia meningkatkan kocokannya, kedua jemari tangan menggenggam dan meremas-remas menimbulkan rasa geli luar biasa. Kemaluanku semakin menegang menahan nikmat.. keras dan enak.

Gadis itu sangat lihai mempermainkan jemarinya, seolah dia turut merasakan apa yang kurasakan. Sambil terus jongkok dan menciumi pangkal kemaluanku jemarinya terus juga digesekkannya.

Akhirny aku pun tak tahan lagi… aku merenggut rambut di kepalanya, tubuhku pun menegang. Aku mendorong pantatku ke depan, pahaku mengejang menahan sesuatu yang bakal kukeluarkan.

“Cenit…” kataku sambil mencengkram rambutnya. Ia menatapku, wajahnya tepat di ujung kemaluanku yang sedang dicengkeramnya. Gadis itu tersenyum kecil…. Dia senang menatapku yang sedang dalam puncak nikmat.

Maka, sambil setengah terpejam, aku pun mengeluarkan segalanya, kemaluanku meledak dalam genggaman tangan Cenit, menyemburkan air manikyang sangat banyak, mengenai seluruh muka gadis itu. Sebagian ada yang menyembur dan kena ke rambutnya. Kelopak mata gadis itu berkedip menahan serangan air mani yang mendarat di wajahnya…

“Hhhh…hhhh.hh,” perlahan nafasku mulai teratur… puncak itu sudah sampai, nikmat tak terlukiskan kata-kata.

Cenit bangkit berdiri dan menuju pojok ruangan. Paha dan pantat mulusnya nampak gemulai ketika ia melangkah. Gadis itu mengambil baju, mengusapkannya di wajah yang penuh cairan mani. Menoleh ke arahku sambil tersenyum, kemudian berjalan ke arahku. Merentangkan kedua tangan, memelukku dan menempelkan pipinya di pipiku.

“Enak ya, Kak”

Aku mengangguk, memeluk tubuh yang masih bersimbah peluh itu. Memandang matanya lekat-lekat. Ia membalas tatapanku, “Aku sangat mencintaimu, Kak. Kaulah milikku dan milikilah aku selamanya…”

Entah berapa lama kami berpelukan sambil berdiri.

Ketika angin berdesir melalui kisi-kisi jendela, terasa semuanya sudah mengendur. Jiwa dan raga sudah terpuaskan. Sekarang waktunya merapikan pakaian, duduk mengobrol di ruang tamu. Sebentar lagi teman-teman kost kekasihku akan pulang. Kami akan mengobrol di ruang tamu, bercanda, seperti tidak ada kejadian apa pun sebelumnya.

Tiba-tiba gadis itu berdiri seperti tersentak kaget. Ia memandangku sambil tersenyum kecil. Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lantai. Ha ha ha… hampir lupa, cairan itu masih berserak di lantai. Buru-buru ia pergi ke belakang dan kembali dengan secarik kain. Perlahan dia lap lendir-lendir itu dengan kain tadi.

“Ini punyaku…” katanya sambil menunjuk setitik cairan. “Dan ini punyamu, Kak!” hehe aku tersenyum. “Dari mana kamu membedakan keduanya?” tanyaku sambil mengambil sebatang rokok.

Seraya bangkit dan tertawa… “Punya perempuan dan laki-laki jelas beda. Punyaku lebih bening…”

“Tapi punyaku lebih enak kan?” kataku bercanda.

“Iya dong sayang…. ” katanya seraya menghampiriku dan mengusap wajahku penuh kasih dan sayang. “lain kali kita masukin ya . Kak. Aku ingin lebih menikmatinya..” bisik gadis itu, “Aku ikhlas demi Kakak…” bisiknya lagi di telingaku. Ia melingkarkan tangannya di leherku, aku pun memeluk tubuh sintal dan bermandi peluh itu lebih erat.

Malam belum begitu larut ketika aku dan Liani sedang asyik bercinta di ruang tamu rumah kostnya. Tubuh montok gadis itu terbaring pasrah di atas dipan sederhana yang terletak di salah satu sudut ruangan. Sedari tadi punyaku keluar masuk menyelusuri seluruh lipatan kemaluan gadis itu.

Berkali-kali gadis itu menggeram menahan rasa. Lipatan basah dan hangat itu terasa sesekali menyempit. Dia sungguh menikmatinya gesekan-gesekan itu, aku juga. Yang hebatnya, gadis satu ini sepertinya tidak memerlukan foreplay. Kami langsung melakukannya begitu saja. Cukup dengan tatapan mata, kami sudah tahu apa yang kami inginkan, kepuasan di malam yang basah oleh rintik hujan ini.

Jam delapan malam aku ada janji dengan Cenit kekasihku untuk bertemu di rumah kost khusus putri ini. Padahal malam ini bukan malam minggu seperti biasanya kami bertemu. Tapi dia sms aku minta ketemuan, ada yang penting katanya. Aku paham yang penting itu apa.

Yang aku tidak mengerti ketika aku tiba di rumah kost itu, ternyata dia tidak ada. Liani teman sekost nya yang menyambutku. Dia suruh aku masuk dan ketika kutanyakan kemana Cenit, dia bilang sedang keluar sebentar, ada perlu dan dia pergi dengan Rinay kawan sekampungnya. Dia bilang, kata Liani, suruh tunggu saja nggak akan lama kok. Liani, gadis lain desa yang bertubuh tinggi semampai berkulit putih dan berambut panjang itu menyuruhku duduk.

Tak lama dia pergi ke belakang , mau bikin minum katanya. Aku manut saja seraya mengambil sebatang rokok. Diam-diam kerhatikan tubuh gadis itu dari belakang ketika berlalu. Cukup lumayan, tinggi dan lumayan montok. Apalagi malam ini dia hanya menggunakan sehelai baju tidur sebatas lutut tanpa lengan. Menampakkan gumapalan-gumpalan indah khas gadis desa yang terbiasa bekerja cukup keras.

Tak terasa aku menghela nafas sambil menyaksikan pemandangan tubuh Liani yang gemulai menuju ke ruang belakang yang agak gelap itu. Pantatnya lumayan besar dan berisi, sementara kedua betis tampak putih mulus dengan tumitnya yang kemerahan. Kalau tidak ingat Cenit kekasihku, mungkin gadis ini pun sudah kupacari, tapi katanya dia sudah punya pacar, entah siapa aku belum pernah ketemu dengan lelaki yang katanya jadi pacarnya itu.

Tak lama kemudian gadis itu kembali sambil membawa nampan dengan segelas air putih. “Maaf, Bang, cuma ini yang aku sediakan,” katanya sambil setengah embungkuk meletakkan gelas itu di meja di hadapanku.

Tanpa sadar belahan dada gaun tidur gadis itu agak melorot, menampakkan dua bulatan putih yang mau tidak mau merasuk ke mataku. Kuakui tubuhnya sangat sintal. Walaupun tinggi semampai, tubuh itu tampak padat dan berisi. Buah dadanya tampak menantang tatkala ia berdiri.

Liani mengibas-ngibaskan rambut panjangnya di depanku. Bibirnya tersenyum. “Ada perlu apa, Bang? Kok tumben nggak malam mingguan ke sininya?” tanyanya sambil membenahi rambutnya yang indah itu. Ia menatapku dari sudut matanya.

Gadis yang satu ini memang memanggilku dengan sebutan ‘Bang’, tidak seperti yang lain memanggilku’Kakak’. Aduhai tubuhmu Liani sangat sintal dan lagak lagumu malam ini seperti bukan kepada orang lain saja.

Gadis itu duduk dengan santainya di depanku sembari memegangi nampan di perutnya. Tak ada canggung sedikit pun ketika mengangkat kedua kakinya dan membiarkan gaunnya yang selutut itu tertarik sampai ke batas paha. Aku menelan air liur ku sendiri. Di rumah kost yang sepi ini hanya kami berdua sementara Cenit dan Rinay entah ke mana….

“Masih lama mereka kembali, Liani?” tanyaku asal saja sambil meraih gelas minumku. Gadis itu menatapku lurus-lurus di mataku. Entah apa yang ada dalam benaknya malam ini. “Entah.” Katanya sambil menggeliat, merentangkan tangannya, kedua pangkal lengannya terangkat ke atas menampakkan ketiaknya yang bersih.

“Mungkin dua puluh menit atau setengah jam lagi mereka kembali. Katanya ada perlu, Bang.” Gadis itu menguap dengan enaknya di depanku. Kemudian ia menengadah menampakkan lehernya yang putih mulus itu. Hmm.. gadis ini agak-agak mirip Chinese walau sebenarnya bukan. Tapi terus terang aku cukup tertarik dengan kesintalannya.

“Kenapa gitu, Bang? Bosen ya… Nggak sabar ingin cepat ketemu.”

“Tahu aja perasaan orang…” jawabku sambil tertawa kecil.

“Hmm… tahu dong. Nggak sabar pengen… ”

“Pengen apa, hayo!”

“Pengen … ‘itu’ ya… ” katanya nakal sambil terkekeh.

“Itu apa? Itu … kalau itu kamu juga punya kan?” kataku agak sembrono. Gadis itu
merapikan posisi duduknya agak cepat. Tapi kemudian dia santai lagi sambil terus menggeliat, seolah ada kepenatan yang hendak dilepaskan dari tubuhnya itu. Dua gundukan dada itu menyembul dari balik gaun tidurnya yang berwarna biru itu. Tampak tali behanya yang berwarna hitam.

“Ngeliatin apa sih?” katanya sambil memperbaiki tali kutang yang agak melorot di bahunya. “Nggak.” Jawabku sekenanya. Ku lihat ia menatapku tajam. Aku balas menatap. Wajahnya tampak memerah. Aku menahan nafas. Apa rasanya gadis ini? apa bedanya dengan Cenit kekasihku?

Pikiran-pikiran itu berkelebat cepat begitu saja. Seolah dunia sudah jungkir balik. Tak ingat lagi dengan Cenit, dengan Rinay temannya yang barangkali akan pulang. Aku pun bangkit, meraih tangan gadis itu. Liani diam saja, tapi dia tersenyum sambil tertawa sedikit.

“Nggak ada waktu, Kak…” katanya pelan tapi membalas remasan tanganku. Kuselipkan jemariku di jemarinya, dia membalas. Matanya menatapku seolah mengatakan, kalau ingin melakukannya lakukanlah sekarang juga mumpung Cenit dan Rinay belum pulang. Dan itu tidak masalah apakah mereka akan tahu atau tidak, aku pandai menjaga rahasia.

Bisikan-bisikan itu mengiang di telingaku semakin membuat gairahku bangkit. Apalagi jika kulihat tubuh Liani yang montok dan dadanya yang naik turun menahan nafas yang mulai terengah.

Semakin lama remasan semakin erat. Tubuh kami semakin merapat dan terasa tubuh gadis itu memanas. Entah oleh nafsu entah oleh hasrat yang tertahan. Tidak, aku tidak akan menyia-nyiakan kehangatan yang disuguhkan gadis ini, meski bukan kekasihku, tapi… perselingkuhan selalu terasa nikmat.

Dia memang beberapa tahun lebih tua dari gadisku, cenderung lebih dewasa, tapi tak kusangka dia menyimpan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu terpendam dan panasnya memancar di malam ini.

“Kak… di dipan itu aja, yuk.” Ajaknya. Senyumannya dari wajahnya yang memerah kelihatan agak genit. Aku setuju, walau pun cuma dipan beralas kasur tipis jadilah. Yang penting aku bisa menikmati tubuhnya malam ini.

Maka, seperti orang kesetanan sambil berpeluk erat kami melangkah ke arah dipan. Di pinggir dipan ia melepaskan pelukanku, dan perlahan tapi pasti menurunkan gaun tidurnya.

Aku hanya bisa memandang mengagumi tubuhnya yang putih mulus dan penuh padat berisi itu. Sementara menurunkan celana dalamnya ia memandangku sembari menatap ke arah bawah. Oh, aku belum membuka celana panjangku, terlalu mengagumi kemolekannya….

Tak lama kemudian kami sudah berpelukan hampir tanpa busana. Dia berada di bawah dalam posisi tradisional. Siap dan menanti untuk dimasuki oleh lelaki yang bukan kekasihnya ini.

Kalau Cenit memerlukan fore play yang cukup lama sebelum terbangkitkan, dia barangkali tidak memerlukan itu. Atau… “Kalau malam begini… aku selalu membayangkan bersamamu, Bang. Bisiknya di telinga, kedua tangan melingkar erat di leherku. Pipinya menempel erat dipipiku.

“Benarkah?” jawabku sambil mencium pipi hangat itu. Liani mengangguk. “Kadang bayanganmu begitui jelas seolah merasuki tubuhku…. Kalau begitu aku suka… emmh.. basah, Bang.”

“Oh, ya?”

“Iya… coba kamu rasakan, Bang.” Katanya sambil menggerakkan pantatnya, menggesekkan tumpukan kemaluannya di batang penisku. Ya, terasa hangat dan basan…

“Sebelum kamu datang, aku sudah membayangkan dirimu.. emhhmmm… tanpa sadar ‘dia’ pun … sudah basah… Aku mencium telinga Liani, dia seperti merinding., tubuhnya menggelinjang karena merinding kegelian.

“Kadang…” bisiknya lagi, “Keluar banyak sekali, sampai membasahi celanaku… sekarang juga udah begitu, Bang.”

Ya, aku rasakan itu, sangat hangat dan sangat basah. Penasaran aku menyelusupkan jemariku ke daerah itu. Ya ampun! Sepertinya aku memasukkan tanganku ke seember lumpur yang hangat. Tak disangka, gadis pendiam ini ternyata menyimpan bara begitu panas. Sebuah rahasia yang selama ini dia pendam…

“Masukkan punyamu, Bang!” pintanya … “Aku udah gak tahan lagi, sedari tadi aku menahan rasa terhadapmu… jangan sia-siakan malam ini… walau sebentar, aku akan puas….”

Gadis itu menggelinjang sekali lagi, membetulkan posisi berbaringnya dan membuka pahanya sedikit lebih lebar agar mudah aku menggelosorkan kemaluanku ke liang senggamanya yang hangat itu.

Terasa meluncur dengan lancar memasuki kemaluan gadis itu. Terus masuk dan membenam sambil ke celah yang paling dalam. Gadis itu mengetatkan pahanya dan pantatnya mulai bergoyang ke kiri da ke kanan.

Tubuhnya terasa semakin memanas. Pelukannya begitu erat dan buah dadanya yang menempel menekan ke dadaku. Dia sudah begitu bernafsu, nafsu yang di pendam lama dan ingin di lepaskan dalam pelukanku malam ini juga.

Terus terang di menit-menit penuh cinta itu aku tidak ingat lagi dengan Cenit. Gadis ini butuh dipuaskan. Hasrat yang sudah menyeruak tidak bisa lagi di tarik surut ke dalam. Segala rem sudah di lepas dan kami pun melayang tanpa kendali menikmati semuanya malam ini….

Kurasa hujan di luar semakin deras. Titik air yang berjuta-juta itu seolah berlomba terjun ke bumi menimbulkan suara gemuruh tidak henti-hentinya. Tapi gemuruh itu tak sedahsyat gemuruh nafsu kami berdua, aku dan Liani yang tengah menikmati cinta.

Entah sudah berapa kali batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. Sudah berapa kali pula dia menggepit-gepit dan memelukku dengan erat dengan kedua tangannya. Entah berapa kali ia terengah dan menggelinjang menggeram penuh nikmat.

“Hhhhhh… ehhhhhhh..hhhhhh….” erangnya setiap kumainkan dan kutekan pantatku ke kemaluannya. Luar biasa, setiap tekanan ke bawah di balasnya dengan tekanan ke atas.

Kurasa sudah sepuluh menit aku mengayun pinggul di atas tubuhnya. Liang kemaluannya terasa semakin rapat dan sangat licin, mencengkram kuat batang kemaluanku yagn menegang.

Aku kendurkan sedikit gerakanku. Mengalihkan perhatian ke tubuh bagian atas. Liani mengerti, ia meregangkan tubuhnya menarik kepalanya ke belakang, membiarkan buah dada besar yang putih berkeringat itu meenyeruak dari pelukanku. Buah dada gadis desa yang besar dan kenyal, tidak seperti payudara anak-anak kota yang besar tapi loyo….

Dua gumpalan kenyal itu pun kusergap dengan mulutku. Ku lahap dan kukunyah-kunyah sepuas hati. Putting susunya yang merah itu ku kulum dan kuhisap-hisap sambil kugigit sedikit.

Hanya sebentar saja, gadis itu menjerit tertahan….

“Ohhh.. geli, Bang!” aku terus mengulum…. Berganti ke kiri dan ke kanan, kemudian tanganku pun meremas-remas pangkal payudara Liani dengan gemas. Sangat kenyal, hangat dan enak rasanya.

“Aku udah gak tahan lagi… Bang,” rintihnya lirih, tubuhnya semakin panas dan berkeringat, tubuhku juga sama. Dalam hawa malam yang cukup sejuk karena hujan itu seolah tubuh kami mengeluarkan uap. Tubuh bugil bermandi keringat yang mengebulkan asap nafsu birahi tak tertahankan.

Setelah puas dengan buah dada kenyal itu, aku memeluk punggung gadis itu. Kurasa dia mengangkat lututnya, menggepitnya di pantatku. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya dan memelukku di pinggang.

“Tekan-tekan lagi, BAng.” pintanya.

Aku juga sudah pingin merasakan gesekan kemaluannyai. Sambil saling berpagut erat aku mengayunkan lagi pantatku di atas rengakahan pahanya yang montok itu. Dia pun semakin menggepitk-gepitkan kakinya.

Sekarang kami konsentrasi ke setiap gesekan, setiap lipatan, setiap senti dari liang kemaluan Liani. Malam ini sunguh hanya milik kami berdua. Gesekan-gesekan itu semakin lama semakin berirama. Sementara Liani melakukan aksi yang menambah kenikmatan, ia menggepit… lalu menahan. Gepit tahan gepit tahan…. Oh tak terlukiskan enaknya bercinta dengan gadis ini.

Gesekan itu semakin intens kami lakukan. Sampai-sampai kami tak sadar kalau hujan sudah berhenti. Malam di luar terasa hening…. Tapi di atas dipan yang berbunyi kriak-kriuk ini dua tubuh saling memompa berpacu mengejar waktu. Takut kalau Cenit dan Rinay keburu pulang.

Aku pun mempercepat ayunanku… sehingga di malam yang menjadi sunyi ini terdengar jelas suara penisku yang keluar masuk ke kemaluan Liani. Beradu rsa dalam limpahan cairan kemaluan Liani..

‘Crekk.. Crekk.. Crekkk. Crek…Crekkk.. Crrek….

Kejantananku naik turun menggesek lipatan-lipatan dinding kemaluan gadis itu. Bunyinya terdengar jelas sekali di telinga kami berdua. Sesekali kutekan akan kuat, gadis itu membiarkan dan menerima tekanan itu, menggeolkan pantatnya berkali-kali agar kelentitnya lebih tersentuh pangkal atas kemaluanku yang keras.

“Tekan terus, Bang.. aihh…”

Aku menekan lagi sambil menggerakkan pantat ke kiri dan ke kanan. Mungkin dia merasa gatal dan ingin gatal itu digaRinay sampai tuntas…. PenggaRinaynya adalah batang kemaluanku yang dia cengkram dan dia benamkan sedalam-dalamnya.

“Ohhh..ohhhhhhhhh,” lolong gadis itu melepas nikmat. Seluruh liang senggamanya berkedut-kedut dan sembari menggepit kuat. Tubuh Liani menggelinjang dan menegang menahan rasa enak ketika ia mengeluarkan air mani kewanitanya.

“Eughhh…hhhhh… euuughhhhh….. ahhhhh… ” rintihnya sambil menyurupkan wajahnya ke leherku, lehernya nafasnya menderu, air liur berceceran dari bibirnya yang merah.

Saat itulah aku pun bersiap hendak keluar dan menyemburkan kenikmatan di kemaluanku. Tapi sesuatu menyebabkan aku berhenti …Masih dalam keadaan bersetubuh dengan Liani… ada sekelebat bayangan melintas. Aku memandang dengan ujung mataku, di lantai tampak ada dua bayangan seperti diam terpaku. Aku pun terkejut … bayangan siapa itu?

Perlahan kulihat wajah Liani yang matanya masih setengah terpejam. Kemudian matanya perlahan terbuka… Dia pun melihat bayangan itu dan menatap langsung ke ruang tengah. Samar-samar di bola matanya yang hitam itu kulihat dua sosok berdiri menatap ke arah kami.

Itu bayangan Cenit dan Rinay! Rinayanya sudah beberapa menit tadi mereka berdiri di sana, menatap kami yang sedang asyik memagut cinta. Apakah mereka tadi mendengar juga.. bunyi crek…crekk.crekk.. alat kelamin kami yang sedang berkelindan? Entahlah, aku tak berani membayangkan hal itu.

Anehnya, meski pun Liani sudah tahu kehadiran mereka, dia diam saja. Tidak memberi tanda bahwa kekasihku dan temannya sudah pulang. Bahkan seolah membiarkan mereka menonton kami yang sedang beradegan mesra di atas ranjang.

Terdengar bunyi deheman kecil, dehem khas suara perempuan. Seolah memaklumi kami yang masih dalam posisi senggama ini. hmmm… aku tahu itu suara Cenit, aku bisa membedakannya.

Sedetik dua detik aku tak tahu apa yang harus kuperbuat, kemudian Liani melakukan sersuatu yang tidak kuduga. Dia seperti melambaikan tangan dari balik punggungku. Menyuruh kedua ‘adik’ kostnya itu masuk ke kamar…

“Teruskanlah, Bang. Nggak apa-apa, kok….” Bisiknya di telingaku. “Ngapain malu.. kita kan sedang enak, kamu enak aku enak…. Mereka juga pasti maklum….”

Oh, ya? Bercinta dengan orang yang bukan pacar, dan dilihat oleh mereka pula? Apa pula ini?Exibit kah ini? Ya, sudah! Aku gak sempat memikirkan sejauh itu. Kalau bagi Liani tidak apa-apa, dan Cenit serta Rinay pun justru menikmati pemandangan ini…. kuteruskan saja.

Perlahan dua gadis itu berlalu, seperti tak terjadi apa-apa, kecuali tawa kecil Rinay yang terdengar. Aku memandangi mereka yang pergi menjauh, tiba-tiba Cenit menoleh ke belakang. Dia menatap mataku langsung, di bibirnya tersungging senyuman yang aneh … di situasi seperti ini… senyum yang tampak nakal.

Aku tak tahu apa akan terjadi sesudah ini, bagaimana hubunganku dengan Cenit? Bagaimana pula aku akan menemui mereka setelah ‘permainan’ penuh keenakan ini? Tak bisa lagi aku berlagak seperti seorang lelaki yang setia hanya pada satu perempuan. Tapi tampaknya Cenit pun tak keberatan jika aku mengencani kakak kostnya Liani.

Ah. Dunia ini memang aneh… di tempat yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata tersimpan bakat-bakat cinta yang terpendam yang menanti untuk dikeluarkan dan dinikmati setiap lelaki semacam aku. Aku tak tahu harus bergembira atau… entahlah!

Aku meneruskan permainanku dengan Liani. Gadis itu sudah sampai ke puncak syahwatnya… kini giliran aku. Perlahan-lahan aku mulai memompa lagi … kemaluanku naik turun menggesek kemaluan Liani yang basah itu. Bunyi crek.. crek.. crek.. creeeek… terdengar ke segenap ruangan.

Aku agak termangu mendengar suara itu… tidakkah akan sampai ke telinga mereka berdua yang sekarang sudah ada di kamarnya?

“Terusin aja, Bang….. Kalo enak ngapain juga di berhentiin” bisik Liani seolah hendak menghapus keraguanku. Maka aku pun meneruskan lagi, kali ini dengan irama yang lebih cepat dan… tak lama kemudian creett…cretttt… sambil menekan aku keluarkan air maniku di dalam kemaluan Liani yang mencengkram erat itu. Oh nikmatnya.

Beberapa menit telah berlalu. Sesudah menghapus keringat di dadaku Liani mengenakan pakaiannya. Kemudian sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia merapikan rambutnya yang kusut masai. Wajahnya tampak puas. Sangat puas telah beroleh kenikmatan yang selama ini didambakannya. Seraya membetulkan tali beha dan menyempalkan payudara besarlnya ia berkata.

“Bang, aku masuk dulu ke dalam…. Nanti Cenit kusuruh keluar, ya!”

Aku hanya mengangguk mengiyakan, gadis itu pun bangkit dan berlalu dari hadapanku. Sementara aku duduk termangu sambil menghisap sbatang rokok. Tak lama kemudian Cenit keluar menemuiku, kali ini tidak memakai busana yang dikenakannya tadi, tapi sudah berganti dengan gaun tidurnya yang berwarna pink. Bahannya yang halus menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi. Aku menelan ludah… pasti dia bakal marah karena kelakuan kami tadi.

Dia hanya tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Tak tampak tanda-tanda emarahan di sana. sejenak dia hanya diam.. kemudian tiba-tiba dia bangkit dan ‘menyerbu’ ke arahku.

Melingkarkan tangannya di leherku dan menciumiku penuh nafsu. Aneh, dia tidak marah, bahkan setelah melihat kami bercinta seolah nafsunya bergelora ingin dipuaskan juga.

“Cenit… maafkan.. aku telah…” belum sempat kuselesaikan kalimatku dengan bernafsu dia mencari bibirku dan menciuminya dengan garang. Oh,… gelagapan aku dibuatnya. Aku tidak tahu, apakah dia marah atau sudah terangsang…. Aku balas ciuman itu, lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidahku. Beberapa saat lamanya lidah kami berjalin berkelindan seperti tak mau lepas. Dengan rakus pula dia hirup air liurku, meneguk dan menelannya. Setelah puas giliran aku yang menghisap cairan mulut itu. Setelah itu kami melepas ciuman dan saling memandang selama beberapa saat.

Tanpa banyak berkata-kata dia menurunkan gaunnya ke bawah, menampakkan dua gumpal buah dada yang tidak memakai beha. Putting susunya meruncing dan tegang.

“Aku terangsang sekali melihat kalian berdua tadi…. ” katanya terengah sambil mengasongkan kedua susunya ke arahku. Aku pun menyambut, tangan kiriku meremas dan mulutku mengulum puting susu yang satunya. Tiba-tiba gerakankuterhenti. Dengan wajah kaget Cenit menatapku heran. Aku lupa mematikan puntung rokok yang ku hisap tadi. Gadis itu tersenyum dan kamipun melanjutkan permainan hangat ini. Buah dada besar montok dan kenyal itu kukunyah sepuas hati.

Cenit mendesah keenakan. Jemarinya mencengkram kepalaku, mengusutkan rambutku. Masih dalam posisi duduk ia mengangkang .. melepas gaunnya yang sudah setengah terbuka…. Dia pun tidak bercelana dalam sehingga gundukan vaginanya yang tebal dan tidak berambut itu merekah di depanku.

Cairan bening meluap keluar. Mengalir di sela-sela celah kemaluannya. Di tak pedulikannya. Dibiarkan lendir bening itu mengalir…. Bahkan dia menyuruhku untuk memegangnya… jemariku menyelusup ke liang senggama Cenit, hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin.

Kusentuh klentitnya yang merah dengan ujung jemariku. “Akhh….” Cenit melolong tertahan. “Geli, Kak!” desahnya tersentak. Kemudian sembari memeluk leherku, dan mencium keningku dia mengajakku ke dipan tempat aku dan Liani tadi bercinta.

Tak banyak cingcong kurengkuh dan kugendong tubuh hangatnya ke dipan itu. Di sana dia kubaringkan. Tapi ketika aku hendak membuka celana, tiba-tiba ia mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu. Aku heran, apa yang akan dia perbuat.

“Bukalah celanamu, Kak!” katanya tak sabar sembari menarik resleting celana panjangku. Setela memelorotkan celana dalamku, dengan sangat bernafsu ia memegangi pangkal kemaluanku yang kembali menegang.

“Besar dan nikmat….” Seru Cenit sambil meremas-remas kemaluanku.

“Sekarang giliranku…” katanya agak keras.

Ia turun dari dipan dan berdiri di sampingku, di dorongnya dadaku ke arah dipan, menyuruhku berbaring disana. Aku menurut. Setelah aku berbaring, Cenit pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkang di atas. Perlahan dia menekuk tubuhnya dan memelukku dari atas.

“Masukkan, Kak.” Pintanya dengan nada gemas. Ia memegang batang kelaminku itu dan memasukkannya ke dalam liang kemaluannya. Kemudian dengan agak kasar dia menghenyakkan pantatnya ke bawah agar kemaluanku masuk lebih dalam ke tubuhnya.

“Ehhhhh…. Hhhhh” desahnya kacau seperti anak kecil yang rakus menetek di susu ibunya. Dalam posisi di atas dia menaik turunkan pantatnya dengan cepat… oh… batang kemaluanku di cengkram dan di gesek-gesek seperti itu. Geli rasanya.

Posisi di bawah jarang aku lakukan…. Tapi kali ini aku menerima saja, karena tadi sudah lumayan capek meladeni Liani. Kali ini Cenit yang giat menekan-nekankan pantatnya, maksudnya supaya punyaku masuk lebih dalam.

Sembari memelukku erat, ia terus mengempot-ngempotkan pantatnya. Bunyi crek crek crek terdengar lagi… kali ini bahkan di tingkahi oleh jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut kekasihku.

Aku terus berbaring sembari meremas-remas pantatnya yang mulai berpeluh itu. Cairan vagina terasa terus merembes dari kemaluan Cenit. Dia sudah sangat terangsang. Liang kemaluannya sangat basah dan panas. Sesekali ia menekan dan menahan. Seolah hendak melumat habis seluruh kemaluanku dengan vaginanya. Terang saja aku pun semakin keenakan.

Diam beberapa saat menahan tekanan, dia pun mengendurkan dan memulai lagi gerakan naik turunnya. Aku terus meremas-remas pantatnya. Dadanya yang kenyal itu menekan ke arah dadaku, hampir membuatku sesak nafas. Tapi aku pasrah.. lha wong enak rasanya.

Selama sepuluh menit Cenit bergerak naik turun, nggak cape-cape kelihatannya. Tubuhnya semakin basah oleh keringat, bahkan wajahnya sudah dipenuhi keringat sebesar-besar biji jagung. Sebagian mengalir ke ujung hidung dan menitik menimpa wajahku. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang tergerai..

Aku mencoba memiringkan kepala mencoba mengurangi titikan keringat di wajahku. Pada saat itulah kembali aku terkesiap. Di ujung ruangan, di pintu kamar Cenit, tegak sesosok tubuh perempuan menatap kami dengan matanya yang bulat.

Mata besar milik Rinay, teman sekost Cenit. Dia menatap kami tanpa berkedip. Tangan kanannya tertangkup di dada. Sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun tidurnya yang di atas lutut.

Ketika kami saling memandang… dalam posisi Cenit masih di atas dan asyik dengan empotan-empotannya. Perlahan tangan kiri Rinay mengangkat ujung gaun merahnya. Terus terangkat ke atas menampakkan paha gadisnya yang padat…

Entah sadar entah tidak gaun itu sudah sedemikian terangkat, sehingga aku bisa melihat celana dalam yang tersingkap. Kemudian ia menarik pinggir celana dalam itu… menampakkan segumpal tumpukan daging berbulu dengan celah merah di tengahnya.

Ujung jemari menyentuh bagian tengah celah itu. Menekannya dan memutar-mutarnya sedikit. Ya ampun… kemudian dia menatapku.. dengan mata setengah terpejam.

Saat itulah Cenit menengadah…. Dan menyurukkan kepalanya ke leherku, memelukku kuat dan mulai mendesah berkepanjangan. Pantatnya menekan kuat sampai seolah kemaluanku mau ditelannya sampai habis.

“Kak.. enak sekali.. ahh” terasa kemaluan Cenit berdenyut hebat, tubuhnya bergetar tak kuasa menahan nikmat… nafasnya sangat memburu… dan..

Dia pun lunglai dalam pelukanku…. Sementara air mani gadis itu mengalir tak tertahankan, meluap dan mengalir membasahi sampai bagian perutku.. aku peluk gadis itu di punggungnya… membiarkan ia mengendurkan syaraf setelah ia tadi sangat tegang menikmati puncak orgasmenya.

***

Sampai beberapa menit kami masih berpelukan, kejantananku yang masih tegang itu masih berada di dalam ’sangkar’-nya. Cenit diam tak bergerak dalam pelukanku, sepertinya dia lupa ada sesuatu yang bersemayam dalam tubuhnya.

Perlahan gadisku ini mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah agak reda… perlahan dia bangkit dan melepas persetubuhan kami. Lambat ia mengangkat pantatnya ke atas. Perlahan alat kelaminku itu keluar dari vagina Cenit. Ketika sudah keluar seluruhnya…. Cairan vagina yang kental nampak melumuri batang kemaluanku. Ketika bagian ‘kepala’-nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan di lepas..

Clep..crrrllek. Cenit tersenyum mendengar suara itu. Entah suara lipatan kemaluannya atau karena lendir yang begitu banyak melumuri batang kemaluanku.

Ia pergi ke tengah ruangan dan memakai gaunnya kembali, rona wajahnya menampakkan kepuasan yang tiada terkira. Sambil bernyanyi kecil, seperti baru sudah pipis, ia memebenahi rambutnya yang kusut masai. Dan berjalan ke belakang rumah, meninggalkanku yang hendak mengenakan celana dalam ku.

Belum sempat aku memakai celana itu, tiba-tiba Cenit sudah kembali. Membawa sehelai kain sarung dan menyuruhku mengenakannya. “Pakai ini aja, Kak!” katanya seraya mengambil celana panjang dan kolorku, melipatnya dan merengkuhnya dalam dada. Kemudian ia pun kembali ke belakang.

Tak lama kemudian ia datang lagi, membawaku segelas minuman, kalau tadi Liani membawakanku segelas air putih, kali ini Cenit menyuguhiku dengan teh manis. Aku segera mereguknya karena merasa kehausan, bayangkan saja melayani dua wanita secara bergilir tanpa istarahat sama sekali. Capek donk!

Ketika aku meminumnya, alis mataku terangkat, minuman apa ini? Rasanya kok pahit banget? Sebelum sempat bertanya Cenit berkata perlahan, “Itu sari dari akar Pasak Jagad Kak!”

“Haa?

Kekasihku tersenyum, itu kan obat kuatnya lelaki, kalau minum jamu itu pasti bakal melek semaleman, kataku sesudah menelan tegukan terakhir. Gadis itu hanya tertawa kecil. ‘Biar aja nggak tidur semaleman… besok kamu kan nggak kerja, tidur aja sepuasnya di sini.

Setengah jam kemudian kami masih ngobrol di ruang tamu. Masih terbayang-bayang permainan kami berdua barusan. Tak disangka begitu bernafsunya Cenit, sampai-sampai kuat main di atas hampir setengah jam lamanya, sementara aku anteng aja di bawah.

Tiba-tiba Cenit bangkit…”Kak,” katanya, “Aku ke dalam sebentar.” Aku mengiyakan saja, kupikir dia mungkin mau sedikit merapikan dandanannya yang agak amburadul itu.

Aku akan menghela nafas ketika terdengar dia memanggilku dari kamar.

“Sini sebentar, Kak!”

Aku pun bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya, sebelum tiba di pintu kamarnya aku melewati kamar Liani yang hanya dihalangi secarik kain gorden, diam-diam ku singkap tirai kamar itu. Tampak Liani tertidur pulas, masih mengenakan gaun yang tadi, pahanya yang terbuka nampak putih dan mulus.

Kamar berikutnya adalah kamar Rinay, hmmm… jantungku berdegup agak kencang. Apa yang dilakukannya tadi ketika aku dan Cenit sedang menikmati seks? Entahlah, aku tak tahu. Tapi aku pengen tahu sedang apa dia sekarang?

Perlahan kusingkapkan juga tirai pintu kamarnya itu. Kasur tempat tidurnya masih tampak rapi, bantal tersusun di tempatnya. Ke mana cewek itu? Kok nggak ada di biliknya? Sedikit heran aku terus melangkah menuju kamar Cenit.

“Masuklah, Kak! Jangan malu-malu, aku tahu kamu sudah berada di situ.” Kata Cenit lagi, bergegas aku pun masuk ke kamarnya…

Oh di sini rupanya Rinay, dia sedang tidur telungkup di dipan Cenit, sementara cewek ku itu sedang menyisir rambutrnya menghadap ke cermin. Tanpa mengacuhkan aku dia pun menyuruhku duduk di dipan dengan gerakan tangannya.

Dipan ukuran single itu lumayan sempit, apalagi sekarang sudah ada Rinay yang tidur di sana. Cenit berbalik menghadapku, ditatapnya aku dengan tajam. Kemudian perlahan dia mengalihkan pandangannya ke tubuh temannya yang masih telungkup itu.

“Terserah kamu, Kak. Mau di sini atau di kamarnya…. Aku ikhlas aja, yang penting…. Dia bisa juga ikut merasakan ….”
Aku melongo? Dia suruh aku menikmati pula tubuh Rinay!? Tubuh perempuan sintal yang sedang tertelungkup ini? Cenit mengangguk pasti.

“Kami lihat apa yang kalian lakukan, Rinay pun lihat kita tadi… kami bertiga bersahabat, resminya kamu memang milik aku… tapi.. berbagi antar sahabat tak ada salahnya, bukan? Lagi pula aku rela kok, selama tidak dengan yang lain selain mereka.”

Dalam hati aku cuma bisa mengangkat bahu. Kalau dia sudah mengikhlaskan temannya, dia tidak marah apalagi jadi membenci aku, lagi pula kalau dengan begitu dia jadi terangsang dan menikmati juga, apa salahnya.

Aku berpikir cepat, katakanlah malam ini adalah semacam sex party, dan aku menjadi rajanya sementara menjadi ratuku yang harus kupuaskan, oke saja sih. Hehehe. Kebetulan aku ingin mencobai juga tubuh Rinay yang berkulit sawo terang ini.

“Aku menunggu di kamarnya,” kataku kepada Cenit, cewek itu mengangguk setuju.

Dipan singel Rinay terasa cukup nyaman. Bantalan busanya masih cukup baru, dia memang belum lama kost di rumah ini, mungkin baru setengah tahun. Aku berbaring dengan rileks. Memandangi dinding kamar yang dipenuhi poster Cenit sambil memikirkan apa yang telah kudapat malam ini.

Mula-mula Liani menyerahkan dirinya kepadaku, kemudian Cenit yang memintaku untuk memuaskannya, dan sekarang Rinay, gadis paling pendiam yang jarang ngobrol denganku. Gadis ini pun menginginkan ku pula… hehehe.. dasar gede milik, yeuh

Semilir halus wangi parfum masuk ke hidungku.Terdengar pintu kamar terbuka, perlahan Rinay masuk ke kamar itu. Seperti orang baru bangun tidur. Ia langsung duduk di dipan itu, “Ada apa, Kak?” tanyanya seolah tak mengerti. Aku tersenyum, pandai juga dia menyembunyikan perasaan sebenarnya.

“Eh, kain sarung siapa yang kamu pakai itu, Kak?”

“Hehe.. ini pemberian Cenit tadi..”

Kedua bola mata gadis itu membulat… menatapku seolah tak percaya. Terus terang saja, dia cantik juga. Rambutnya yang ikal itu dibiarkannya tumbuh sampai sebatas punggung. Meski baru bangun ‘tidur’ tapi tak mengurangi kesegaran dan pesona cantik yang terpancar di wajahnya.

Aku menarik gadis itu ke pelukanku, tubuhnya terasa berat karena ia seperti menolak, tapi kemudian malah dia yang merangsek dalam dekapanku.

“Jangan , Kak! Nanti Cenit marah..” katanya berbasa-basi.

“Dia marah kalau aku tidak menayangimu juga….”

“Kamu bisa aja, Kak!” katanya sambil menengadah dan menyentuh pipiku. Aku mengecup bibirnya, dia sangat menikati kecupan kecil itu, matanya terpejam, tubuhnya melunglai, dan aku pun memeluk tubuh sintal itu lebih erat.

Ia membalas pelukanku dan membiarkan bibirnya kulumat… beberapa kali ia mengeluh nikmat. Terasa tubuhnya bergetar ketika aku mulai merengkuhnya. Kemudian aku pun mulai menyusuri seluruh lekuk dan liku tubuh gadis itu. Semakin lama tubuh itu terasa panas, setiap gumpalan dan tonjolan dagingnya terasa begitu membara dipenuhi gairah terpendam.

Aku membaringkan tubuhnya sementara kedua tangannya terus melingkar di leherku. Nafasnya terdengar agak memburu, gadis ini sudah mulai terangsang. Kuperiksa bagian kemaluannya dengan jemariku. Ternyata belum cukup basah, masih terasa agak kering. Kucumbu dia terus supaya gairahnya lebih menggelora….

Entah berapa lama kami saling mencium saling menyusup dan berkelindan, aku pulang suka buah dadanya. Sangat kenyal, besarnya pun sedang saja, tapi putting susunya sangat kecil, hanya sebesar biji kacang hijau. Tampak sekali putting itu sudah mengeras.

Ketika kuremas-remas buah dadanya, wajah gadis itu menengadah, matanya terpejam rapat, bibir agak terbuka. Setiap remasan adalah rangsangan bagi tubuh segar ini. Semakin intensif aku meremas, semakin intens juga dia menikmatinya. Ketika kuraba kemaluannya, lendir pelicin yang kental sudah mulai keluar.

Perlahan aku mengusap-usap jembut halus yang tumbuh di sana. Sesekali agak kutekan agar menyentuh bagian klentitnya. Tuibuhnya menggelinjang karena geli.

Perlahan tapi pasti cairan pelicin itu mulai keluar, merembes ke permukaan dan mengakibatkan jembut-jembut halus itu terasa mulai kuyup. Hmmm.. Rinay sudah siap untuk dimasuki. Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun memasukkannya. Terasa licin dan rapat. Batang kemaluanku seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir.

Creep…. Masuklah aku ke tubuh Rinay. Gadis itu melepas nafas panjang, merasakan nikmatnya gesekan di kemaluannya. Entah kenapa aku sangat-sangat terangsang dengan gadis ini, mungkin ini bukan yang pertama baginya, tapi… dia melakukannya seperti baru untuk pertama.

Sepuluh menit pertama kami mengadu rasa, menggesek-gesekkannya dengan gerakan rutin. Sementara Rinay pasrah saja sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di leherku. Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas. Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.

Kota kecil ini memang lumayan panas meski di malam hari, apalagi rumah kost itu tidak berAC, tubuhku pun kembali berkeringat. Tapi kami tak peduli, kami terus berpelukan menikmati pergumulan itu.
Kami masih bergumul ketika akhirnya memasuki tahap kedua. Kukeluar-masukkan penisku secara berirama di liang kemaluannya yang pasrah itu. Gadis itu memelukku lebih kuat. Tak peduli dengan tubuh yang bersimbah peluh.

‘Crekecrekecrek…’. Sepuluh menit lamanya aku menggesek-gesek kemaluan Rinay dengan kemaluanku. Terasa punyaku semakin menegang keras. Kemudian aku menekan… Rinay membalas dengan mengempot ke atas. Menggerakkan pinggulnya berputar-putar, ganas sekali putarannya. Aku naik turunkan lagi pantatku beberapa kali, kemudian kutekan dalam-dalam….

“Ahhh…,” gadis itu mendesah nikmat. Kemudian membalas lagi dengan tekanan ke atas, sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan kekanan. Lipatan kemaluannya yang hangat terasa semakin kenyal dan licin.

Beberapa kali kami melakukan itu, aku pun jadi tak tahan. Tapi dia belum mencapai puncak. Aku akan membuat dia duluan merasakan kenikmatan.

Aku pun semakin aktif mengocok dan menekan memek Rinay. Tulang kemaluan kami beradu, bibir kemaluanya yang tebal menahan tekanan itu dengan nafsu, terasa hangat dan sangat basah karena lendir mani Rinay sudah melimpah sedari tadi.

Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat.. “Ooohhhhh….”

Aku membantunya dengan menekan semakin dalam. Rinay pun membenamkan tubuhnya ke kasur, menahan tindihanku sambil melepas nikmat, seiring dengan mengalirnya air mani prempuan itu dengan lebih deras. Merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.

“Enak sekali, Kak…eigh oh…!”

Berbarengan dengan itu akan pun mencapai puncak. Kemaluanku terasa berkedut seiring dengan menyemburnya air maniku di liang senggama gadis itu. Sementara liang senggama Rinay pun menggepit-gepit tak terkendali karena tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa.

Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Gadis itu diam dalam pelukanku, tubuhnya sangat basah oleh peluh. Hawa panas pun terasa menyergap. Berangsur kami saling melepas pelukan.

Perlahan gadis bangkit itu duduk dari posisinya. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik. Sekilas ku lihat memek Rinay yang masih merah dan bibirnya tampak membengkak, cairan-cairan lendir masih menetes dari sela kemaluannya.

“Enak, Rinay?” gadis itu mengangguk. Kemudian ia mengusap keringat yang menitik di dadaku. “Dadamu penuh dengan peluh, Kak. Sini kuusap,” katanya sambil mengelus lembut dadaku yang memang penuh dengan keringat.

Beberapa saat lamanya kami kemudian berbaring bersama di kasurnya yang sempit itu. Rambutnya yang ikal dan panjang itu kubelai. Ia bergerak, menyusupkan tangannya di leherku, kemudian memintaku terlentang, dia ingin tidur di dadaku, katanya. Beberapa saat kemudian Rinay pun jatuh tertidur, tak menyadari air liurnya yang menitik dari sudut bibir. Aku pun segera terbang ke alam mimpi.

Entah jam berapa kami terbangun. Ketika itu aku dan Rinay masih berpelukan, sementara di luar terdengar suara-suara seperti sedang bernyanyi. Oh, ternyata hari sudah siang. Itu adalah suara Cenit yang sedang bernyanyi kecil, sementara di kejauhan terdengar suara orang sedang mandi, barangkali Liani sedang membersihkan tubuhnya.

Rinay pun sudah mulai terjaga, ia masih memelukku, buah dadanya yang kenyal itu menempel erat di dadaku. Dari ruang tengah terdengar Cenit sepertinya sedang menyapu lantai. Sementara dari bibirnya terdengar nyanyian yang sekarang sedang populer.

Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, kemudian gorden disingkapkan, dan masuklah Cenit ke dalam kamar, menatap kami yang masih bugil hanya berselimut kain sarung.

“Hei, bangun! Belum puas juga ya!”

Aku pura-pura tidur sambil memeluk Rinay lebih erat. Gadis itu terkikik… tapi dia juga pura-pura meneruskan tidurnya. Cenit berlagak marah dan menarik kain sarung penutup tubuh kami.

“Apa mau diteruskan lagi tidurnya? Udah siang tauu,”

Aku menarik kain sarung itu, malu karena kemaluanku sedang menegang setelah beristirahat total beberapa jam. Tapi kalah cepat, Cenit sudah menangkap batang kemaluanku dan mengusap-usap dengan jemarinya.

“Oh, jauh lebih besar dari gagang sapu ini… pantesan enak sekali.” Guraunya sambil tergelak sendiri. “Ya udah, kalau kamu pengen lagi, Rinay. Tuh mumpung lagi berdiri…”

Hampir tak kuat aku menahan tawa dengan canda Cenit, tapi tampaknya Rinay menanggapinya dengan serius, dia menggerakkan pantatnya, memelukku dari atas dan mengempot ke bawah. Bibir kemaluannya terasa menempel di batang kemaluanku.

“Tuuh, kan! Pasti mau lagi deh! Terusin aja, Rinay. Enak kok!” sergah Cenit sambil memegangi pinggang gadis itu, menolongnya mengangkat panta, aku pun memegang pangkal kemaluanku, menghadapkannya ke memek Rinay yang hangat.

“Udah pas belum?” tanya Cenit, Rinay mengangguk, perlahan Rinay menurunkan pantatnya, maka…. Srrluuuup.. batang kemaluanku masuk lagi ke memek Rinay. “Main dari atas enak, lho Rinay! Tekan aja biar lebih kerasa…” bisik Cenit agak keras.

Seperti tak peduli kehadiran Cenit di kamar ini, kami mengulangi permainan semalam, tapi kali ini Posisi Rinay ada di atas. Kusuruh gadis itu menegakkan tubuhnya. Ia menurut dan mendorong tubuhnya dengan meletakkan telapak tangannya di dadaku.

Sekarang posisinya berubah, aku berbaring sementara Rinay duduk mengangkang di atasku. Alat kelamin kami telah menyatu, ketika ia sudah duduk dengan benar, nampak memeknya seperti sedang mengulum kemaluanku sampai ke pangkalnya. Kelentitnya nampak menonjol dan cairan itu kembali mengalir membasahi jembut-jembut halusnya.

Kami saling pandang sementara masih bersatu, bibir Rinay tersenyum, beberapa kali ia menyibakkan rambutnya yang kusut. Perlahan dia mulai mengayun, gerakanya seperti orang sedang naik kuda. Naik turun berirama.

Semenit aku lupa dengan kehadiran Cenit di sana. ternyata ia berdiri di belakang Rinay, memperhatikan kami yang sedang bercinta dengan gaya seperti itu. Gadis itu menyeringai lebar menampakkan sederetan giginya yang putih bersih.

Kemudian tiba-tiba ia membuka bajunya, menampakkan beha putih dengan buah dada besar di baliknya. Ia pun membuka beha itu, melemparkannya ke sudut kamar, menarik rok panjang, membuka celana dalam sampai akhirnya bugil sama sekali.

Ia pun menyerbu ke arahku, membenamkan wajahku di susunya yang besar dan kenyal, meremas-remas kepalaku dengan jemarinya. Sementara Rinay terus asyik mengayun-ayunkan pantatnya naik turun.

Aku memeluk punggung Cenit, mengulum dan mengunyah susunya yang kenyal. Cewek itu mendengus-dengus ketika putting susunya tergigit lembut.

Lama kami bercinta segitiga seperti itu, mungkin ada seperempat jam.

“Kita enak-enakan bareng, Kak.” Bisik Cenit sambil meremas. Aku setuju, dia sudah hampir sampai puncak, aku pun tak tahan dengan ulah Rinay, yang mengocok-ngocok dari atas….

Cenit melepas pelukannya dan naik ke atas ranjang, mendudukkan pantatnya di dadaku mengangkang lebar menampakkan memeknya yang tercukur rapi. Gundukan dagingnya putih mulus dan kemerahan, bibir kemaluannya tebal dan dipenuhi cairan kental dan hangat.

Ia memajukan memeknya sehingga sampai di mulutku. Kemudian mulai menekan ke arah mukaku. “Ahh… ayo Kak! Aku udah gak tahan lagi nih.”

Sambil meremas pinggang dan pantatnya aku pun beraksi. Mengganyang habis kue pie lembut dan basah itu. Cenit segera merintih-rintih ingin segera melepas nikmat. Sementar di belakangnya Rinay tiba-tiba mengempot dan menekan ke bawah,. Tubuhnya ambRinay ke depan, menimpa punggung Cenit yang sedang menekan mukaku.

Wajahku semakin tertekan oleh gumpalan memek Cenit, sementara pahanya menggepit kedua pipiku dengan kuatnya. Akkkh… aku hampir tidak bisa bernapas. Ya ampun!

“Keluarin bareng, Kak! Aghhh.. ahhh!”

Cenit menekan, Rinay mengempot, dan… aku sesak nafas!

Terdengar suara rintihan panjang berbarengan, Cenit dan Rinay sedang dirasuki kenikmatan. Terasa memek Rinay berdenyut-denyut sembari melepaskan cairan kewanitaannya, sementara mulutku semakin basah oleh cairan memek Cenit yang juga berdenyut melepas nikmat.

Kedua tubuh cewek itu lunglai setelah menikmati segalanya. Mereka ambruk berbarengan ke tubuhku. Berat sekali rasanya menahan dua tubuh perempuan sekaligus, montok-montok lagi.

Seperti menyadari hal itu, Cenit dan Rinay pun bangkit, perlahan Cenit turun dari ranjang, sementara Rinay pun perlahan mengangkat pahanya, kedua tangan bertumpu pada dadaku.

Saat itulah kemaluanku keluar dari liang sanggamanya, cleep.. terdengar seperti bunyi plastik lengket yang sedang dibuka. Tampak kemaluanku masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Rinay.

Aku terdiam sejenak, tak tahu harus berbuat apa, karena aku belum lagi mencapai puncak gadis-gadis ini sudah menghentikan permainnya, ketika itulah tiba-tiba Liani masuk ke dalam kamar, melihat kepada Rinay dan Cenit yang sedang mengenakan pakaiannya kembali.

Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arahku, matanya terpaku menatap kejantananku yang masih berdiri dengan perkasa, merah dan mengkilat bermandikan cairan kemaluan Rinay.

“Kasihkan sama Liani, Kak!” kata Cenit sambil menyempalkan susunya yang montok itu ke balik beha. Wajah Liani semburat memerah. Mungkin dia tadi mendengar lolongan Cenit dan Rinay yang berbarengan menahan geli dan enak. Aku tak tahu apakah dia juga sudah terangsang dan ingin di gelitik nikmat lagi?

Tampaknya iya, ia mengangkat roknya menampakkan kedua paha yang padat dan putih mulus. Sementara Rinay dan Cenit bergegas keluar kamar, meninggalkan kami berdua saja di sana. semerbak wangi harum tubuh Liasni menusuk hidungku. Gadis ini baru selesai mandi.

Liani naik ke ranjang bersiap-siap hendak memasukkan kejantananku ke memeknya yang, ya ampun, ternyata sudah bengkak merekah merah dan basah pula. Tapi siapa tahan menahan tubuhnya yang tinggi montok itu setelah tadi ditindih oleh dua gadis montok sekaligus.

Aku bangkit duduk, mendorong sedikit tubuh Liani, gadis itu seperti kaget. Tapi dia menurut. Kemudian kusuruh ia berdiri dan … ini dia aku ingin merasakan sesuatu yang lain.

Kusuruh ia berdiri membelakangiku dan menumpukan tangannya di dipan. Posisinya sekarang menungging di depanku, Liani mengerti, ia mengangkat pantatnya lagi, dari belakang disela-sela bongkahan pantatnya, nampak kemaluannya membelah. Cairan kental menitik-nitik banyak sekali.

Meski nafasnya ditahan, aku tahu gemuruh di dadanya sudah sedemikian hebat. Tampak dari buah dadanya yang menggelantung itu bergetar-getar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.

Aku ingin masuk dari belakang dan kemaluan Liani sudah siap untuk kutusuk dari arah itu. Liani semakin menunggit menampakkan bongkahan pantat dan memek yang merekah. Aku maju menyorongkan kejantananku ke arah belahan nikmat itu. Creepp.. kejantanankupun coba menerobos dan berusaha keras memasuki liang senggama Liani yang terbuka. Tapi gumpalan pantat Liani cukup menahan gerakananku.

Egghh.. aku mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan. Akhirnya… masuk juga. Oh, rasanya seperti dipilin-pilin. Aku menekan lagi… kemaluan kami semakin berjalin, tapi bongkahan pantat Liani seolah menahan gerakanku sehingga aku harus menekan agak lebih kuat.

“Emhh….” rintih Liani tertahan. “Tekan , Bang…. Emmghhh”

Aku bergerak maju mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluanku rasanya seperti dicengkram. Sambil agak membungkuk aku mencoba meraih buah dada Liani, meremas keduanya dari belakang. Hangat besar dan sangat kenyal. Putingnya kuputar-putar dengan dua ujung jari. Membuat gadis itu menggelinjang hebat dan semakin mengangkat pantatnya tinggi-tinggi agar kejantananku masuk lebih dalam.

Tubuh kami semakin berkeringat ketika rasa enak itu semakin memuncak. Aku pun menekan dan menggosok-gosok lagi dinding memek Liani yang merapat. Agak sulit main dari belakang, tapi kami menikmatinya. Beberapa manit kami menikmati permainan itu. Tubuh Liani maju mundur tertekan oleh gerakan tubuhku.

Ketika sedang asyik tiba-tiba gorden kamar kembali terkuak. Sosok tubuh Rinay masuk berkelebat, seperti tak memperhatikan kami gadis itu menuju ke ujung dipan, ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana.

Kami tak mempedulikan kehadirannya dan terus saling menekan. Aku menekan ke depan sementara Liani menekan ke belakang. Kemaluan kami sudah begitu menyatu erat bermandikan cairan kental. Tubuh kami pun menegang dan basah oleh keringat yang membanjir. Rasa nikmat semakin meningkat, semakin lama semakin hebat.

“Aghhh…hhhh” aku menggeram menahan rasa. Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang kemaluanku. Liani merintih tak kalah dahsyat… bahkan lebih hebat dari erangan Cenit dan Rinay berbarengan.

“Bang… agh! Enak banget,…oh Aku gak tahan lagi!”

Samar kulihat Rinay mengenakan celana dalamnya…. Ketika itu pula aku dan Liani saling menekan hebat… menahannya dan merasakan detik-detik penuh kenikmatan. Nafas Liani melenguh-lenguh, keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Memeknya menyempit dan … srrr….. keluar banjir yang hebat. Tubuhnya bergetar menahan rasa geli yang luar biasa. Aku pun menekan semakin dalam.

Mmhhh… berkali-kali kemaluanku seperti meledak dalam cengkraman memek Liani. Berkali-kali pula lipatan kemaluan gadis itu menyempit dan menggenggam kemaluanku kuat-kuat ketika ia pun melepas nikmat di pagi nan cerah itu.

Rinay mendehem kecil ketika kami menyudahi permainan itu dengan rasa puas. Liani menjatuhkan tubuhnya yang basah oleh titik keringat di dipan, menelentang dengan nafas masih terengah-engah. Bibir kemaluannya nampak membengkak, merah dan berkilat penuh dengan lendir. Rinay pun diam-diam keluar dari kamar, di dekat pintu ia menyibakkan rambut ikalnya, menjeling ke arahku, setelah itu ia pun berlalu.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

Posted in Uncategorized | 1 Comment